Wartapilihan.com, Depok – Ahli Kajian Islam dan Timur Tengah, Yon Machmudi menjelaskan keputusan pengadilan Eropa kepada perusahaan untuk melarang simbol-simbol agama seperti jilbab merupakan refleksi meningkatnya Islamophobia. Menurutnya, ketakutan yang berlebihan terhadap Islam tidak hanya pada level politik, tetapi juga termasuk aspek ekonomi.
“Saya lihat bahwa di Eropa sedang meningkatnya Islamophobia—ketakutan yang berlebihan terhadap Islam, tidak hanya di level politik tapi juga aspek-aspek ekonomi,” ujar Yon kepada Warta Pilihan (20/3) Senin siang.
“Sehingga mengerucutnya sebuah keputusan pengadilan yang tidak memperbolehkan perusahaan menggunakan simbol agama merupakan sikap ketakutan yang berlebihan yang memang sedang berkembang di Eropa, hal ini tidak terlepas dari apa yang ada di Amerika,” lanjutnya.
Persoalan ekonomi yang dimaksud oleh Yon ialah terjadi suatu kondisi di mana negara Eropa mulai terjadi kerusuhan, sehingga berupaya untuk membatasi pekerja-pekerja imigran, khususnya dari negara Timur Tengah maupun negara-negara Islam.
“Saya kira beberapa kerusuhan yang ada di Eropa, mau tidak mau harus memberikan pekerjaan untuk negara mereka sendiri. Sedangkan mengalirnya gelombang imigran (dari) Timur Tengah yang memiliki kedekatan wilayah geografis, (hal itu) mengancam tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi warga negara (Eropa).”
“Hal ini menjadi salah satu kebijakan, saya kira bertujuan untuk membatasi warga negara asing, tertama Tmur Tengah dan negara Islam untuk masuk kerja,” papar Yon.
Dosen Universitas Indonesia ini menuturkan kejadian tidak diperbolehkannya jilbab di perusahaan merupakan kombinasi dari dua momen, yaitu bidang keamanan dan aspek ekonomi sehingga kebijakan tersebut dianggap absah.
“Jadi memang dua momen yang memang bersamaan, (yaitu) persoalan keamanan—ketakutannya terhadap kelompok Islam, sementara ada (juga) persoalan ekonomi. Akhirnya memicu keputusan semacam itu sebagai keputusan yang tidak diskriminatif. Sudah mulai ada pergeseran tentang penggunaan simbol agama.” I
Reporter: Eveline Ramadhini