Di Unida Gontor, Zakir Naik Bicara tentang Konsep Tuhan dan Penerapan Syariah

by
Dr Zakir Naik berfoto bersama dengan pimpinan Pesantren Gontor Ponorogo (4/4). Foto : Forjim

Wartapilihan.com, Gontor Ponorogo – Meski digelar malam hari, kuliah umum cendekiawan internasional, Dr Zakir Naik di Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Ponorogo, Jawa Timur berlangsung begitu meriah. Kuliah umum dihadiri ribuan umat Islam.

Peserta begitu antusias menikmati ceramah, sesekali diiringi tawa ringan menyikapi candaan sambutan sejumlah tokoh Gontor dan ceramah Zakir Naik.

Kuliah umum berjudul “Religion in the Right Perspective” diawali dengan pidato putranya, Fariq Naik tentang berbagai bukti kasih-sayang kaum Muslimin di masa kaum Salafush Shalih, sambutan dari tuan rumah dan pemberian cinderamata.

Mengawali sambutannya, Zakir Naik mengaku gembira dengan adanya fakultas di UNIDA Gontor yang mengajarkan perbandingan agama yang terbesar di Indonesia.

“Saya senang ada fakultas perbandingan agama di sini,” katanya saat berbicara di halaman gedung Rektorat UNIDA Gontor, Ponorogo, Selasa Malam (4/4).

Kemudian, Zakir Naik memulai pembahasan tentang konsep mengenai Tuhan, menurut Yahudi, Kristen, Hinduisme dan Islam. Terkait ajaran Hindu, Zakir, menilai umat Hindu memahami konsep tuhan berbeda dengan rujukannya. Dalam rujukan kitab Hindu sebenarnya ada penggambaran Tauhid.

“Bila ditanya, berapa Dewa, maka kaum Hindu dapat menjawab banyak Dewa. Namun bisa juga satu Tuhan. Bahwa Matahari, Bulan, dan lain-lain itu tuhan atau dewa. Semuanya adalah God. Sedangkan Islam mengatakan itu semuanya adalah God’s, milik Tuhan,” ungkapnya.

Untuk menyamakan persepsi ketuhanan, perlu mengacu ke ayat 64 surat Ali Imran. Dan di kitab Hindu sebenarnya ada penegasan ini.

“Dan tidak boleh ada penyerupaan seperti gambar, patung, dan lain lain, dan tak mungkin ada yang serupa, sebenarnya,” katanya.

Persepsi ketuhanan seperti itu, ditegaskan juga di Kitab Keluaran dan Bilangan di Bibel di 10 Perintah Tuhan dalam ajaran Kristen “Jadi, sebenarnya ada larangan seperti itu di Hindu, Yahudi, Kristen,”jelasnya.

Menurut Zakir, Muslim percaya penuh bahwa Rasulullah Isa atau Yesus bin Maryam As adalah Rasul terkemuka, lahir tanpa ayah, dengan banyak mukjizat, Al Masih di Akhir Jaman, dan lain-lain. Namun tidak mungkin menerima bahwa Isa adalah Tuhan. Karena, di Bibel juga ini ditolak seperti termaktub di banyak ayat.

“Jika ada di Bibel yang menyatakan bahwa Yesus menyatakan dirinya Tuhan, maka saya bersedia masuk Kristen,” tegas Zakir Naik.

Zakir Naik menegaskan kembali bahwa surah Al Ikhlash di Al Quran, adalah dasar dari keagamaan atau teeologi dan penguji seluruh, aneka agama yang dikenal manusia.

Zakir Naik juga menyinggung pentingnya menggunakan kata “Allah”, sebuah kata dalam Bahasa Arab.

“Muslim harus menggunakan ini untuk merujuk kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun agar orang yang tidak mengerti bahasa Arab, saya tidak keberatan menerjemahkannya ke bahasa lain, agar orang itu mengerti. Namun “God” bukanlah penerjemahan yang tepat,” terangnya.

Wajib Menerapkan Syariah

Dai asal Mumbai, India tersebut juga mengingatkan wajibnya menerapkan hukum syariah. Menurutnya, hukum syariah bukan soal potong tangan yang banyak dikesankan sebagai aturan primitif.

“Renungkanlah bahwa negara yang paling rendah tingkat kriminalitasnya di dunia, adalah negara Islam Arab Saudi,” ucapnya.

Zakir kemudian mengulas tentang potensi gangguan kepada perempuan tidak berhijab di Barat dan Amerika. Ia menegaskan bahwa perempuan berpakaian ala Barat yang terbuka auratnya lebih rawan diganggu dibandingkan wanita yang menerapkan syariat hijab.

“Dan ingat, negara yang paling banyak pemerkosaan adalah di AS berdasarkan berbagai laporan. Jika dirata-rata secara statistik, ada tiga pemerkosaan dalam satu menit,” ceritanya.

Zakir berpendapat, bila hukum syariah diterapkan di AS angka itu akan menurun. Karena, Islam menunjukkan jalan “salaamah” atau keselamatan. “Karena Islam itu adalah “salaam”, peace, kedamaian,” tandasnya.

Selanjutnya, kuliah umum diteruskan dengan tanya jawab dengan peserta yang hadir. Sejumlah peserta non-Muslim dan mualaf memberikan pertanyaan seputar Islam yang dianggap salah atau benar.

Dari kegiatan tersebut, dua orang non-Muslim mengikrarkan syahadat secara terbuka. Begitu semangatnya Zakir Naik menjawab berbagai pertanyaan, kuliah umum akhirnya berlangsung dari pukul 20.00 wib malam hingga 01.00 dini hari.

Kuliah umum berlangsung di halaman gedung Rektorat Utama UNIDA Gontor, ribuan jamaah memenuhi halaman seluas dua hektar bernaung tenda untuk sebagian pesertanya. Sementara, ratusan jamaah yang tidak teregistrasi menonton melalui layar di halaman Masjid kompleks UNIDA Gontor. Dr Zakir Naik berceramah di atas panggung terbuka setinggi sekira dua meter. |

Reporter : Sodiq/Tim Media Zakir Naik Visit Indonesia 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *