Toleransi vs Tololransi : Menguak Keriuhan Digital Menjelang Akhir Tahun

by

Entah kenapa, sudah beberapa tahun belakangan ini setiap menjelang natal, jagat media sosial selalu diributkan dengan isu toleransi khususnya terkait dengan ucapan selamat natal.

Wartapilihan.com, Depok– Saking sudah muaknya netizen dengan keriuhan ini, keluarlah meme seperti dibawah ini:

Lalu bagaimana situasi menjelang akhir tahun ini? Apakah situasinya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya dimana selalu terjadi kegaduhan seputar masalah toleransi dan ucapan natal? Untuk menguak fenomena tersebut, berikut ini sedikit dikupas situasi 7 hari kemarin (14-21 Des 2021) yang diambil dari pemberitaan online media mainstream. Ternyata pemberitaan tentang toleransi dan ucapan natal masih cukup marak sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini. Hanya saja media online masih cukup menjaga suasana dengan minimnya pemberitaan tentang natal haram.

Terkait dengan sebaran topik, pemberitaan tentang toleransi lebih banyak terjadi di Jawa, Sumatera dan sebagian besar Sulawesi. Sementara pemberitaan tentang ucapan natal lebih tersebar merata di Kalimantan dan Irian Jaya. Bisa jadi kondisi ini terjadi karena banyaknya warga yang saling mengucapkan selamat natal di wilayah tersebut.

Lalu, bagaimana dengan pembicaraan tentang topik di atas di media sosial khususnya Twitter? Hasil penarikan data Twitter seminggu terakhir (14-21 Desember 2021) menunjukkan grafik sebagai berikut:

Dari gambar diatas terlihat bahwa pembicaraan seputar toleransi dan natal haram didominasi oleh Retweet dibandingkan dengan status asli mereka. Artinya jagat Twitter lebih banyak dipenuhi oleh Retweet status orang lain, meski ada juga yang menanggapi hasil cuitan.

Sedangkan konten percakapan bisa dilihat pada gambar wordcloud dibawah ini, dimana percakapan didominasi masalah halal atau haram ucapan natal. Terkait hal tersebut tidak bisa lepas dari fatwa MUI. Namun ada fenomena menarik disini yaitu munculnya kata muak. Hal ini mempertegas apa yang sudah dijelaskan dibagian awal tulisan ini yaitu muaknya netizen atas keriuhan yang selalu terjadi menjelang natal. Saking muaknya para netizen dimunculkanlah tagar #tololransi sebagai tandingan dari toleransi. Bahkan ada netizen yang demi menunjukkan kemuakannya menegaskan tololransi harap dibaca menjadi tolorrasi karena termasuk idzghom mutaqaribain yaitu bertemunya lam dan ra seperti pada qul rabby dibaca menjadi qurrabby. Sehingga tololransi seharusnya dibaca tolorrasi. Ada-ada saja 😊

Berikutnya, untuk menunjukkan peta ‘perseteruan’ para pihak terkait dengan topik diatas, berikut ini ditampilkan peta SNA (Social Network Analyzer) nya. Dari peta SNA terlihat bahwa jarak kedua cluster ini telatif jauh. Hal ini menunjukkan tidak ada ‘perseteruan’ yang nyata diantara kedua cluster. Hanya saja memang ada beberapa pihak yang mencoba memanas-manasi suasana agar kedua cluster ini bisa mendekat agar suasana menjadi panas. Hal ini tercemin dari misalnya tantangan Permadi Arya alias Abu Janda untuk menunjukkan ayat ataupun hadits tentang larangan ucapkan selamat natal.

Sebagai penutup, rasanya cukup sudah perdebatan tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat natal. Kembalikan kepada fatwa MUI tahun 1981 tentang larangan mengucapkan selamat natal. Suasana kondusif yang selama ini sudah terjadi, janganlah diharubirukan dengan memberi ruang kepada para buzzer untuk menciptakan suasana perpecahan khususnya di media sosial. Pertanyaannya, mungkinkah? Mari kita lihat bersama-sama apakah para buzzer ini akan ditindak atau tidak. Dari sini kita juga bisa melihat kemana arah kebijakan bagi para buzzer tersebut.

Ir. Munawar, PhD

(Praktisi IT, tinggal di Depok)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *