WARTAPILIHAN.COM, Jakarta – Mantan terpidana teroris, Sofyan Tsauri menuturkan, teroris hadir karena ada ketidakadilan di masyarakat, ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah, terjadinya disharmonisasi antara ulama dan umara serta sikap intoleran umat beragama. Hal itu disampaikan Sofyan Tsauri saat diskusi akhir pekan di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat pada Sabtu (3/6).
“Seperti yang terjadi kemarin adanya disharmonisasi antara ulama dan umara, hal ini akan melahirkan radikalisasi. Sebab, radikalisasi muncul dari anti kemapanan, anti sosial dan lain sebagainya,” kata Sofyan Tsauri.
Menurutnya, pemahaman ini akan hadir ketika kondisi masyarakat dalam kondisi yang tidak stabil -ekonomi yang terbelakang- menjadikan peminat radikalisasi bertambah subur, termasuk kondisi negara yang carut-marut akan menjadikan orang memiliki pemikiran radikal. Ia merasa pemahamannya memiliki legalitas karena disetujui oleh masyarakat akibat pemerintah yang dzalim, keberpihakan kepada asing dan lain sebagainya.
“Jadi pendekatan kita itu dulu ketika di Nusa Kambangan adalah doktrin bukan dalil syar’i. Kita mau mereka sama dengan kita, dan itu berhasil salah satunya adalah Freddy Budiman. Sehingga tahanan yang sudah 3 bulan tidak boleh permanent, karena kita seperti virus, akan terus mengkader orang,” sambungnya.
Sofyan menilai, sejauh ini regulasi soal terorisme sangat diperlukan. Ia menceritakan saat diikuti oleh Detasemen Khusus 88 (Densus 88) selama dua tahun, kenapa tidak langsung ditangkap kemudian ditahan.
“Ternyata undang-undang sangat berguna bagi Densus 88 di lapangan. Maka revisi UU Terorisme nanti harus melahirkan pemetaan yang pas dan assesment yang terukur,” ungkapnya.
Lebih lanjut, kata Sofyan, pemikiran ekstrimis yang lahir di masyarakat berbanding lurus dengan kepentingan musuh-musuh Islam. Dalam perjalanannya, pemahaman-pemahaman tersebut sering di manipulasi dan di kooptasi.
“Kelompok-kelompok yang sesat pemikirannya dimanfaatkan untuk saling memerangi. Antum bisa lihat sekarang bagaimana di Timur Tengah, antar kelompok Islam di adu, intinya bagaimana menjadikan Timur Tengah tidak aman dan Amerika lenggang menguasai kepentingan politik, bisnis dan lain sebagainya,” tegas mantan Brigadir Polri tersebut.
Selain itu, ia menjelaskan, fenomena kesalehan sosial di tengah masyarakat semakin meluas. Namun, masyarakat lebih suka kepada tayangan video agama yang instan, tegas dan doktriner seperti pemahaman terorisme.
“Yang membuat saya keluar dulu ada evaluasi dan koreksi. Evaluasi dan koreksi timbul bukan dari out group tetapi in group (kalangan internal). Termasuk Syekh Osama bin Laden mengevaluasi gerakan jihad ini, ternyata pemahaman kita selama ini ada yang salah,” tandasnya. Reporter: Ahmad Zuhdi