SKENARIO ALLAH

by

Masih tersimpan rapi dalam ingatan saya, ungkapan ibu yang berulang-ulang beliau ucapkan di hadapan saya. “Amak sangat berharap ada anak amak yang jadi pegawai, walaupun hanya sebagai pegawai rendah.” Maksud ibu adalah jadi PNS. Sebab status PNS dalam pandangan masyarakat di kampung kami adalah sangat tinggi dan terhormat.

Wartapilihan.com, Bogor— Kalau bapak lain jalan pikirannya, berbeda dengan ibu. Anaknya mau jadi apa terserah. Yang penting terus sekolah.

Dan ternyata, saya dan empat saudara saya yang lain memilih untuk tidak menjadi pegawai, swasta maupun PNS. Semua kami memilih berwirausaha atau berdagang. Sama seperti ayah kami yang berprofesi sebagai pedangang semenjak masih muda belia.

Singkat cerita, setelah saya “sukses” sebagai pedagang, ibu masih menyebut-nyebut harapannya, agar ada anaknya yang jadi pegawai.

Saya sontak kaget. Sedih….
Ternyata harapan ibu masih disimpan.

Saya sempat meminta adik perempuan kami satu-satunya, setelah lulus D3 UI program Studi Akuntansi, untuk menjadi PNS di daerah asal kami. Sekalian menempati rumah besar yang dibangun bapak untuk anak perempuannya satu-satunya. Dan tentunya sambil mengurus kedua ibu bapak beserta segala sawah ladang dan harta pusako warisan nenek.

Kita punya skenario, namun Skenario Allah-lah yg berlaku. Adik perempuan kami bertemu jodoh dengan orang Betawi. Suaminya tidak bersedia pindah ke kampung orang tua kami.
Sering terbaca raut wajah kecewa pada ibu kami. Lalu saya berusaha mencari tahu, apa hal lain yang menjadi keinginan ibu. Yang dapat membuat beliau bahagia.

Saya bertanya; “Apa sekarang yang sangat amak idam-idamkan?”
Singkat ibu menjawab: “Ingin segera naik haji.”

Ya Allah,… sambil menahan tangis dàlam dada, dengan mata berkaca-kaca, saya berdoa dalam hati; “Ya, Allah,… berikan jalan bagi hamba-Mu ini untuk memberangkatkan kedua orang tuaku menunaikan ibadah haji.”
Sejak itu, saya bersungguh-sungguh mencari jalan untuk memberangkatkan kedua orang tua berangkat haji.
Sekitar tahun 95, ONH pada kisaran 5-7 jutaan/orang. Untuk skala usaha yang saya kelola saat itu, ONH sejumlah itu terasa cukup besar. Dan godaan duniawi ingin punya rumah sendri dan mobil pribadi lebih mengemuka. Wal hasil, uang untuk memberangkatkan kedua orang tua untuk berhaji tidak kunjung ada.

Diluar ramalan para tukang ramal. Diluar prediksi para analis. Di luar dugaan kebanyakan orang awam, termasuk saya. Pada tahun 97 terjadilah krisis moneter yang diikuti krisis politik dan ekonomi. Huru-hara terjadi di mana-mana. Soeharto yang sudah berkuasa 32 tahun terpaksa menyerahkan jabatan Presiden kepada B.J.Habibi, yang kala itu menjabat sebagai Wakil Presiden.

Ekonomi staqnan. Nilai tukar rupiah terhadap dolar anjlok. Kemudian diikuti dengan meroketnya harga2 barang.
Pada tahun 96, setelah saya gagal mendapatkan kijang kapsul baru, walaupun sudah inden 2 bulan, saya mendatangi show room mobil bekas yang berada tepat di seberang Auto 2000 Tajur, Bogor. Jatuh cinta terhadap mobil Kijang Rover tahun 95. Langsung deal dengan harga tunai 31 juta.

Setelah kurang lebih 2 tahun dipakai, masih dalam suasana krisis ekonomi, seseorang ngotot mau beli mobil saya tersebut. Hati kecil saya masih mencintai mobil tersebut. Tapi orang tersebut terus memaksa. Akhirnya mobil saya pinjamkan. Karena saya sudah nengenal orangnya, saya percaya. Setelah menyebutkan beberapa kekurangannya, mobil tersebut saya tinggal untuk waktu satu minggu. Biar bisa di coba, dirasa-rasa dan diperiksa. Tapi hati kecil saya berharap orang tersebut memutuskan untuk tidak membeli mobil saya. Karena saya masih menyukainya.
Selang sehari dua hari mobil di tangan calon pembeli, saya kembali ingat keinginan ibu untuk naik haji. Lalu hati saya berbisik,” Kalaulah mobil saya itu tetap ingin dibeli oleh orang tersebut, maka akan saya jual. Dan uangnya akan saya gunakan untuk ONH kedua orang tua saya.”

Hari ke 4 dari 7 hari kesepakatan mobil dipinjamkan, saya mampir kerumah calon pembeli mobil. Begitu saya bertanya, “Apakah mobilnya diambil?” Maksudnya jadi mau dibeli?
Sang suami langsung memanggil istrinya, dan bertanya; “Mobil Pak Yas jadi kita belikan, ma? “Ya, pa..”, jawab istrinya.

Saya berbisik dalam hati; “Ini rezeki kedua orang tua saya untuk menunaikan ibadah haji.”
Mobil itu dibeli tanpa ditawar. Harga yg saya sebut 50 juta, langsung disetujui. Mobil bekas yg dibeli 2 tahun yang lalu seharga 31 juta, kini terjual 50 juta. Alhamdulillah….
Saya segera mengabarkan bapak di kampung, bahwa ada uang untuk apak dan amak berangkat naik haji. Saya segera mengrimkan biaya ONH untuk kedua orang tua. Waktu itu ONH sudah naik pada kisaran Rp 15 juta per orang.

Dan diam-diam, tanpa diketahui ibu, bapak mengurus pendaftaran haji.
Alhamdulillah… walaupun pendaftaran sudah tutup, atas bantuan guru saya waktu SMA, yang saat itu menjabat sebagai Kepala KUA Kecamatan, bapak dan ibu bisa berangkat tahun itu juga. Alhamdulillah…!!!
Inilah SKENARIO ALLAH.

 Yaslinur Zainal Abidin

Al-Amin Bookstore Founder (http://www.tokobukualamin.com/), tinggal di Bogor