Wartapilihan.com, Quebec City – Sebuah penembakan terjadi di Masjid Kota Quebec, Kanada, Ahad Malam (29/1). Kepolisian kota Quebec mengatakan enam orang meninggal dan delapan orang terluka setelah penembak melakukan aksinya pada saat sholat Magrib waktu setempat.
Associate Press mengutip pihak kepolisian Kanada bahwa dua orang laki-laki telah ditangkap setelah penembakan. Presiden Masjid, Mohamed Yangui mengatakakan diperkirakan puluhan orang sedang ada di masjid pada saat kejadian penembakan, seperti dilansir Reuters.com (30/1).
“Mengapa hal ini terjadi di sini? Ini adalah tindakan barbar,” kata Presiden Masjid Kota Quebec, Mohammad Yangi. Hal ini juga diamini oleh Perdana Menteri Kota Quebec Philippe Couillard sebagai “Kekerasan yang barbar.”
Penembak mulai melakukan aksinya di area shaf laki-laki di masjid, kata Yangui. Pada saat itu, dia mengatakan pada reporter bahwa lima orang meninggal dan ia mengkhawatirkan anak-anak yang be rada pada saat kejadian.
Penembakan tersebut menimbulkan kecurigaan, mengingat penembakan ini terjadi tepat pada akhir pekan setelah Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengatakan Kanada akan menyambut pengungsi usai Presiden Donald Trump menutup pintu bagi pengungsi dari negara muslim.
Perdana Menteri Justin Trudeau mengutuk penyerangan teroris kepada muslim di tengah ibadah. Muslim Kanada adalah bagian penting dalam struktur masyarakat nasional, dan aksi terror ini tidak memiliki tempat dalam komunitas, kota dan negara.
Sementara itu, Perdana Menteri Provinsi Quebec, Philippe Couillard, mengatakan keamanan akan ditingkatkan di sekitar Masjid dan Montreal.
“Kalian disambut di rumah sendiri. Kita semua warga Quebec. Kita harus terus bersama membangun masyarakat yang terbuka dan damai,” ujar Couillard, mengarah pada komentarnya pada Komunitas Muslim provinsi Quebec tersebut.
Ini bukan pertama kalinya masjid kota Quebec menjadi target tindak kebencian oleh kelompok anti-Islam. Juni Ramadhan 2016 lalu, masjid ini dikejutkan dengan temuan kepala babi yang ditaruh begitu saja di pintu masuk bersama dengan tulisan “Bon appétit” sepbagaimana dilaporkan Canadian Broadcasting Corporation .
Presiden Prancis Francois Hollande pun mengutuk penyerangan tersebut.
“Prancis sigap untuk bahu membahu bersama para korban dan keluarganya.”
Seperti Prancis, Quebec sedang dalam masa-masa berjuang untuk merekonsiliasi identitas sekulernya dengan berkembangnya populasi Muslim di sana, kebanyakan dari Afrika Utara.
Reporter: Nur Eka Oktavia S.