Polmark Indonesia Bantah Kunjungan Anies ke Habib Rizieq Adalah Blunder   

by
Eep Saefullah Fatah menyampaikan hasil surveinya terbaru di Jakarta (19/1). Foto : Nuim Hidayat

Wartapilihan.com, Jakarta – CEO Polmark Indonesia Eep Saefullah Fatah bantah adanya klaim dari sebuah lembaga survei yang menyatakan bahwa kunjungan Anies ke Habib Rizieq adalah blunder. Dari hasil surveinya menyangkut kunjungan Anies ke Habib Rizieq, responden yang menyatakan netral 50,5%, yang menyatakan setuju dan sangat setuju 38 3%, yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju 10,5 % dan yang tidak menjawab 0,7%.

Dari hasil survei terbarunya 6-12 Januari 2017, Eep juga menemukan bahwa Anies Baswedan-Sandiaga Uno kalahkan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Basuki Tjahaja Purnama- Djarot Saiful Hidayat dengan selisih yang tipis.

Dalam keterangan persnya di Hotel Akmani, Gondangdia Jakarta kemarin (19/1), Eep menyatakan bahwa Anies-Sandi mendapat dukungan 25,3 persen responden. Agus-Sylvi sebanyak 23,9 persen dan Basuki-Djarot mencapai 20,4 persen. Sisanya 23 persen menyatakan merahasiakan pilihannya dan 7,4 persen lainnya tidak menjawab calon yang dipilihnya.

Dari 23 persen yang rahasia itu ketika digali lagi dengan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut, maka jawabnya yang memilih Anies-Sandi 6,4 persen, Ahok-Djarot 4,2 persen dan Agus-Sylvi 6 persen dan tidak menjawab 6,4 persen.

“Sehingga potensi elektabilitas Agus-Sylvi menjadi 29,9 persen, Basuki-Djarot 24,6 persen dan Anies-Sandi 31,7 persen dan yang tetap menjaga kerahasiaannya sebesar 13,8 persen,”jelas alumni Ohio State University, Amerika Serikat ini.

Kenaikan angka Anies ini menurut Eep, karena Anies aktif melakukan kampanye dan kunjungan-kunjungan ke kelurahan serta ‎kepribadian atau karakter Anies yang layak sebagai pemimpin. “Keteladanan Anies jauh di atas Ahok,” terangnya.

Polmark mengakui  bahwa tingkat popularitas Basuki yang tertinggi, yaitu sebanyak 97,1 persen. Sedangkan Anies meraih 94,2 persen dan Agus 94,1 persen, “Tapi tingkat kedisukaan (likeability) Basuki 34%, Agus 49,1% dan Anies 51,5%,”terangnya.

Eep juga mensurvei bila pasangan head to head dalam pilkada DKI yang mungkin dua putaran nanti. Bila dihadapkan Agus-Sylvi dan Basuki-Djarot, maka hasilnya 44,2% Agus-Sylvi dan 24,3 %. Basuki-Djarot. Sedangkan yang tidak memutuskan 31,5 %.

Sedangkan bila dihadapkan Anies-Sandi dan Basuki-Djarot, maka Anies-Sandi 44,2 % dan Basuki-Djarot 21,3 %. Sedangkan yang tidak memutuskan 34,5%.

Sementara itu bila Anies-Sandi berhadapan dengan Agus-Sylvi, maka Anies-Sandi 33,1 %, Agus-Sylvie 29,4%. Sedangkan yang tidak memutuskan 37,5%.

“Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error 2,9%, dengan tingkat kepercayaan 95%. Jumlah responden 1200 orang dengan proporsi imbang 50 : 50 laki-laki dan perempuan,”jelas Eep.

Populasi survei Polmark adalah WNI yang berdomisili di Provinsi DKI Jakarta dan telah mempunyai hak pilih, yakni berusia 17 tahun ke atas atau yang sudah menikah ketika dilakukan survei ini. Setiap responden terpilih diwawancarai dengan metode tatap muka oleh pewawancara yang terlatih. Untuk mendapatkan hasil yang obyektif, kata Eep, pewawancara harus mendapat honor yang cukup.

Lebih jauh CEO Polmark ini menjelaskan bahwa 1200 responden itu tersebar secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk setiap kota. Kemudian dipilih 120 Kelurahan secara random. Di masing-masing kelurahan akan diambil 10 responden. Di tiap kelurahan dipilih 5 RT secara random dan akhirnya dipilih 2 KK secara random dari tiap RT itu.

Eep mengakui bahwa baru sekarang Polmark Indonesia mengumumkan hasil surveinya ke pers atau publik. Padahal di Pilkada DKI ini ia mengaku telah mengadakan tiga kali survei sebelumnya, yaitu 1-7 Februari 2016, 26-30 Juli 2016 dan 28 September-4 Oktober 2016. Tahun 2012 lalu, ketika Polmark menjadi tim sukses Jokowi-Ahok, Eep mengumumkan hasil surveinya setelah pemilihan gubernur DKI Jakarta selesai.

“Polmark Indonesia dan Polmark Research Center bersepakat untuk konferensi pers, karena informasi hasil suvrei sangat beragam dan membingungkan,” ujar suami Sandrina Malakiano ini. Meski mengakui bahwa ia adalah tim sukses Anies Sandi, Eep menyatakan bahwa ia harus menjaga kredibilitas lembaganya. “Kepercayaan adalah hal yang terpenting, hilang kepercayaan selesai. Kredibilitas penting,” jelasnya.

Polmark Indonesia juga menjaga data mentah hasil surveinya. Data mentah itu diserahkan kepada beberapa pihak yang mewakili klien Polmark. “Mereka boleh ngecek atau mengolah sendiri data itu, apalagi kandidatnya adalah doktor ekonomi politik,”terangnya.

Eep juga mengingatkan bahwa dalam mengkaji data politik harus hati-hati, seperti terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Hampir semua survei prediksinya meleset, kecuali Los Angeles Times. “Akhirnya dianalisis bahwa banyak orang tidak mau ngomong pilihannya. Karena kalua ngomong milih Trump dianggap rasis, nggak menyenangkan dan lain-lain,” terangnya.

Selain itu, menurut Eep, karakteristik pemilih Pilkada DKI Jakarta 2017 ini berbeda dengan 2012 lalu. Saat ini masyarakat terbelah antara yang setuju Basuki menistakan agama dan yang tidak setuju Basuki menistakan agama. Ketika responden ditanyakan tentang tahu atau tidak tahu kasus penistaan agama yang dilakukan Basuki maka jawabnya, 94,2% menyatakan tahu dan 5,5% menyatakan tidak tahu. Sisanya 0,3% tidak menjawab. Dari yang 94,2% tahu itu, ketika ditanya lebih lanjut Ahok menistakan agama atau tidak, 72,1% menjawab Ahok menistakan agama. Yang menjawab Ahok tidak menistakan agama 26,6% dan yang tidak menjawab 1,3%.

Eep juga menyatakan bahwa sebenarnya kinerja Ahok ini dinilai positif oleh responden. Tapi ucapannya dan kepribadiannya dianggap tidak patut dilakukan oleh pemimpin. “Di Jakarta saat ini entitas kesukuan dan agama, masih kuat. Itu pemilih kita,” terang Eep.

Sementara itu ketika Warta Pilihan bertanya kepada Eep Saefullah tentang bagaimana responden menentukan pilihan kandidat, Eep menjawab bahwa penduduk Jakarta ini secara mandiri dalam mengambil keputusan. Menurutnya, berita televisi tentang kandidat mempunyai pengaruh besar di masyarakat. “Medsos pengaruhnya kecil,”paparnya. *

Redaksi : Nuim Hidayat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *