Poligami

by

Wartapilihan.com – Poligami memang indah untuk diucapkan, tapi tidak mudah dilaksanakan. Banyak keluarga Muslim yang gagal ketika berpoligami, meski tidak sedikit yang sukses dalam poligami.

Bila poligami hanya menuruti nafsu belaka, membiarkan istri pertama dan anak-anaknya terlantar pendidikan dan nafkahnya, maka poligami ini jelas gagal. Tapi bila dalam poligami istri pertama, anak-anak dan istri keduanya (ketiga dan keempatnya) serta anak-anaknya sukses dalam pendidikannya, maka bisa dikatakan poligami itu berhasil.

Seperti kita ketahui poligami jelas disyariatkan oleh Al Quran. “Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bila kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.” (QS an Nisa’ 3)

Ya akhir ayat ini dinyatakan oleh Allah SWT ‘agar kamu tidak berbuat melampaui batas/zalim’. Dalam kenyataan, kita melihat banyak laki-laki yang berpoligami zalim terhadap istri-istrinya. Laki-laki sering mengucapkan kata-kata yang menyakitkan kepada istrinya, membiarkan istrinya terlunta-lunta nafkahnya sementara ia bermesraan dengan istri keduanya dan seterusnya.

Begitu pula banyak laki-laki yang berpoligami zalim terhadap anak-anaknya. Ia membiarkan anak-anaknya terbengkalai pendidikannya. Ia tidak pernah mengawasinya dan membimbingnya ke jalan yang benar (Al Quran). Ia tidak pernah membicarakan pendidikan anak-anaknya dengan istri-istrinya. Ia hanya berpoligami untuk memuaskan nafsu seksnya belaka.

Dalam sejarah kita lihat Rasululullah saw dan para sahabatnya banyak yang berpoligami. Sayidina Umar, Sayidina Ali dan lain-lain menikahi istri lebih dari satu.

Rasulullah adalah contoh terbaik dalam poligami. Ketika berpoligami Rasulullah senantiasa memperhatikan kehidupan istri-istri dan anak-anaknya. Sehingga tidak satupun istrinya yang kecewa terhadap Rasulullah. Ada kecemburuan diantara mereka. Tapi itu wajar terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Justru ‘kecemburuan seperti itu’ bisa menimbulkan kemesraan suami dan istri-istrinya.

Poligami memang tidak ada dalam konsep/kehidupan Barat (Kristen). Mereka menganggap bahwa poligami akan menyakiti istri pertama, sehingga mereka menghapuskan konsep itu dalam kehidupan rumah tangga. Tapi apa yang terjadi ketika poligami dilarang dalam kehidupan rumah tangga? Yang terjadi adalah banyak perselingkuhan atau perzinahan di dunia Barat (dan juga di dunia Islam kini).

Inilah yang ditentang Islam. Islam yang merupakan Din dari Allah, mengatur kehidupan secara selaras. Islam/Al Quran mengetahui bahwa laki-laki beda dengan wanita. Laki-laki yang diberikan ‘kelebihan akal dan otot’ dibolehkan Allah SWT untuk menikah lebih dari satu. Dalam proses pembentukan manusia, sel telur hanya satu, sedangkan sperma jumlahnya jutaan/milyaran yang siap membuahi sel telur itu. Dan hanya satu ‘sel sperma’ yang akhirnya bertemu dengan sel telur hingga kemudian membentuk bayi manusia.

Perbedaan laki-laki dan wanita diantaranya : wanita diberi rahim untuk melahirkan, diberikan buah dada untuk menyusui bayi mereka, diberikan ‘perasaan lebih peka dibanding laki-laki, diberikan kesabaran dalam mendidik anak dan lain-lain. Karena kelebihannya ini, maka wanita mempunyai kewajiban lebih mendidik anak dibanding laki-laki.

Ini bukan berarti laki-laki boleh meninggalkan kewajiban anak-anaknya. Laki-laki tetap wajib pula mendidik anak-anak, tapi kewajiban terbesar pada perempuan yang melahirkan. Ibarat sayap, suami dan istri dalam pendidikan anak, adalah dua sayang yang saling melengkapi agar anak bisa ‘terbang’. Sifat keberanian, kreativitas dll kadang-kadang dapatnya dari ayah, selain dari ibu.

Jadi masalah poligami ini bukan masalah ringan. Mereka yang mau berpoligami harus mempersiapkan kematangannya dalam membimbing istri-istri dan anak-anak mereka. Mereka yang gagal dalam membimbing istri pertama dan anak-anaknya, kemungkinan besar akan gagal pula membimbing istri kedua  dan anak-anaknya.

Rasulullah adalah contoh terbaik dalam poligami. Rasul senantiasa membimbing istri dan anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah saw menyatakan bahwa laki-laki yang baik adalah laki-laki yang baik terhadap istri dan keluarganya.

Rasulullah juga memberikan teladan dalam pendidikan anak. Rasul sering mengusap kepala anak kecil, ‘mengajak mereka ke masjid/shalat’ dan lain-lain. Wallaahu aliimun hakim. (Lebih lanjut baca buku Pendidikan Anak dalam Islam, Syekh Abdul Nasih Ulwan). ||

Dachli Hasyim