Wartapilihan.com, Kuala Lumpur – Pada Jum’at (3/2), Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, melepas kapal pembawa makanan dan bantuan darurat untuk Muslim Rohingya di Myanmar. Najib mengeaskan bahwa penderitaan Muslim Rohingya tidak akan diabaikan.
Najib secara terbuka mengkritik perlakuan mayoritas Buddha Myanmar terhadap minoritas Muslim Rohingya dan menyerukan pemerintah untuk menghentikan serangan.
Pemerintah Myanmar yang dipimpin oleh pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Mereka mengatakan, banyak laporan kekerasan terhadap Rohingya dibuat-buat. Ditegaskan bahwa masalah tersebut adalah masalah internal.
“Ini adalah momen bersejarah… upaya mulia yang menunjukkan bahwa semua rasa sakit dan penderitaan Rohingya di Myanmar tidak akan diabaikan,” kata Najib (3/2) dalam pidatonya di sebuah pelabukan dekat ibukota Malaysia.
“Kami mendengar penderitaan mereka, orang-orang yang diperkosa, dibunuh, atau dibakar hidup-hidup,” imbuhnya.
Pengiriman bantuan menuju Yangon telah dilakukan oleh kelompok-kelompok Muslim Malaysia, serta kelompok bantuan dari dalam dan luar negeri.
Penyelenggara mengatakan, kapal diharapkan tiba pada 9 Ferbruari 2017 yang memuat 500 ton perlengkapan.
Membutuhkan tiga hari perjalanan ke pelabuhan Teknaf di Bangladesh karena Myanmar tidak mengizinkan kapal berlabuh di Sittwe, ibukota negara bagian Rakhine.
Myanmar juga menegaskan bantuan akan didistribusikan secara merata ke dua komunitas, Buddha dan Muslim.
“Kami berharap dengan segenap hati kita bahwa mereka akhirnya akan mengizinkan kita mengunjungi Sittwe dan dapat mendistribusikan bantuan kita sendiri,” kata Kepala Misi, Abdul Azeez Abdul.
Malaysia telah mendesak ASEAN untuk mengkoordinasikan bantuan dan menyelidiki dugaan kekejaman yang dilakukan terhadap Rohingya. Hal itu sebenarnya melanggar tradisi untuk tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri masing-masing.
Myanmar menuduh Malaysia mengeksploitasi krisis “untuk mempromosikan agenda politik tertentu”.
Najib menjadi tuan rumah pertemuan perwakilan dari negara anggota OKI yang membahas penanganan Rohingya pada Januari lalu dan mendesak negara-negara Islam untuk mengakhiri “tragedi kemanusiaan”.
Kekerasan yang terjadi di utara negara bagian Rakhine adalah yang paling serius sejak terjadi bentrokan pada 2012 yang menyebabkan ratusan orang tewas. | Sumber: Reuters
Reporter: Moedja Adzim