Oke, kita telah memasuki tahun 2021, meski ternyata pandemi masih jauh dari usai, dan entah kapan akan berakhir.
Wartapilihan.com, Jakarta– Jadi pilihan investasi apa yang terbaik dijalani untuk tahun 2021 ini? Atau bahkan yang terbaik untuk dijalani hingga 2022 and beyond?
Mari kita bahas di pagi yang mendung kali ini, sambil ditemani secangkir kopi susu hangat dan setangkup pisang goreng crispy.
Ada 3 pilihan investasi yang akan kita ulik kali ini, dan kemudian kita coba telisik mana yang kira-kira akan menghasilkan return terbaik di tahun 2021 ini. Langsung saja kita mulai dengan instrumen investasi pertama.
Pilihan Investasi#1 : EMAS
Yeah, tahun 2020 lalu, saat Pandemi dari Negeri Api menyerang, emas terbukti menjadi pendekar investasi yang paling jagoan. Di sepanjang tahun 2020 lalu, harga emas mengalami kenaikan 25%, sebuah kenaikan yang lumayan epik. Emas memang layak menjadi primadona di tahun lalu.
Namun faktanya, dalam jangka lima tahun belakangan, kenaikan harga EMAS bahkan jauh lebih unggul dari instrumen saham (diwakili dengan IHSG – Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia) dan reksadana saham.
(Di luar negeri, para ahli melakukan perbandingan emas dengan saham selalu dengan menggunakan indeks saham negara yang bersangkutan. Jadi kalau bicara saham, para ahli keuangan selalu mengacu pada angka Indeks Saham – bukan saham individual. Ini yang disebut dengan menggunakan saham sebagai “asset class”. Kalau di Amerika selalu patokannya adalah Indeks saham SP 500. Sejak 100 tahun lalu, indeks ini yang selalu digunakan sebagai acuan saat mau dibandingkan dengan harga emas dunia).
Berikut data kenaikan emas vs IHSG dalam 5, 3 dan 1 tahun terakhir.
Kenaikan harga 5 tahun : Emas 80% vs IHSG 30%.
Kenaikan harga 3 tahun : Emas 41% vs IHSG Minus 1%
Kenaikan harga 1 tahun : Emas 25% vs IHSG Minus 5%.
Dari data diatas, dengan jelas emas menunjukkan kinerja yang jauh lebih superior dibanding saham dalam 5 tahun terakhir (kinerja rata-rata rekasadana saham juga tak bedah jauh dengan kinerja IHSG sebagai acuan utama, atau bechmark).
Data itu dengan segera juga menunjukkan, kalau ada orang yang bilang emas itu bukanlah instrumen investasi yang bagus (jika dibanding saham), maka orang itu artinya gak pernah baca data sejarah kinerja keuangan (dan banyak banget orang yang tidak pernah baca data, namun asal percaya dengan omongan orang lainnya yang juga ternyata salah).
Lalu bagaimana dengan 2021? Tahun ini diprediksi pandemi akan usai, setidaknya pada bulan Desember 2021, setelah seluruh dunia menerima vaksinasi. Ini artinya, harga emas kemungkinan akan stabil dan cenderung stagnan. Sebab biasanya saat kondisi ekonomi dunia mulai tenang, harga emas akan cenderung stabil saja. Bahkan di sepanjang Januari lalu, harga emas malah turun 4%.
Lepas dari Pandemi, emas mungkin tetap merupakan salah satu pilihan investasi yang menarik. Dalam 10 tahun terakhir, harga emas naik 114% atau dua kali lipat lebih sedikit; dan risikonya jauh lebih aman dibanding harga saham yang sangat fluktuatif.
Pilihan Investasi #2 : Saham dan Reksadana Saham
Seperti yang sudah diungkap diatas, kinerja saham (yang diwakili oleh IHSG) dan juga rata-rata kinerja RD Saham, agak mengecewakan dalam 3 tahun terakhir. Secara akumulatif, hasil return on investment IHSG selama 3 tahun adalah minus 1%. Bahkan tahun 2020 lalu, minus 5%.
RD Saham secara agregat juga kinerjanya relatif sama dengan kinerja IHSG (bahkan kalau diamati dengan cermat, mayoritas RD Saham lebih jelek kinerjanya dibanding IHSG).
Lalu bagaimana dengan 2021 ini?
Kalau mau investasi saham itu sebaiknya dengan dimensi jangka panjang, minimal 10 tahun (demikian juga jika mau investasi instrumen emas).
Nah dalam perspektif jangka panjang, berikut kinerja IHSG dalam 30 tahun terakhir, dibagi dalam periode 10 tahunan.
Kinerja IHSG 30 tahun
1990 – 2000 : turun 8% (era 90-an adalah masa kelam bagi saham).
2000 – 2010 : naik 780% atau hampir 8 kali lipat (inilah era keemasan saham).
2010 – 2020 : naik hanya 62% (terlalu kecil untuk jangka 10 tahun).
Bagaimana dengan 2021 – 2030?
Feeling saya, kinerjanya akan mengikuti periode keemasan di era 2000 – 2010.
Alasannya :
- Ada bonus demografi, dan puncak bonus demografi (titik dimana penduduk usia produktif jauh lebih banyak dibanding yang non produktif) akan terjadi di sekitar tahun 2027.
- Investasi infrastruktur yang gencar dilakukan akan mulai menuai hasil di lima tahun ke depan.
- Dunia tak mau lagi tergantung sama China, dan akan banyak pabrik yang relokasi ke Asia Tenggara.
- Anggaran 20% APBN yang setiap tahun dialokasikan buat pendidikan, meski implementasinya masih jauh dari sempurna, pada akhirnya akan tetap memberi dampak yang lumayan positif bagi masa depan negara ini.
Tapi ini hanya feeling saya ya. Realitanya nanti sejarah yang akan menjadi saksi.
Pilihan Investasi #3 : Reksadana Pendapatan Tetap
Ada satu jenis instrumen investasi yang selama ini jarang dibicarakan banyak orang, terkesan low profile, tapi ternyata memberikan hasil yang lumayan bagus juga. Namanya Reksada Pendapatan Tetap (disingkat RDPT).
RPDT berbeda sekali dengan RDS. Kalau RDS, dana diinvestasikan ke saham-saham unggulan, maka RDPT dananya diinvestasikan ke obligasi (surat utang) baik obligasi yang diterbitkan pemerintah ataupun perusahaan swasta nasional dan BUMN.
Kinerja RDPT selama 5 tahun terkahir, surprisingly, lumayan maknyuss juga yakni menghasilkan return 65% (dua kali IHSG yang hanya 30%).
Dalam tiga tahun return RDPT adalah 25% – again, jauh lebih bagus daripada IHSG yang minus 1%. Di tahun 2020, return rata-rata RDPT adalah 13% (jauh lebih bagus dibanding bunga deposito yang hanya 5%).
Kinerja RDPT selama lima tahun belakangan lumayan bagus karena level inflasi di tanah air selama periode itu juga relatif rendah. Tingkat inflasi yang rendah akan membuat suku bunga BI menjadi rendah; dan saat suku bunga BI rendah, maka harga obligasi biasanya akan naik. Inilah yang terjadi selama 5 tahun belakangan.
Bagaimana prospek RDPT di tahun 2021 and beyond? Sebagai data sejarah, selama 10 tahun terakhir kinerja RDPT secara rata-rata menghasilkan return akumulatif sebesar 117%. Kemungkinan besar, kinerja ini akan terulang pada 10 tahun ke depan.
DEMIKIANLAH, sekilas mengenai prospek tiga pilihan instrumen investasi yang layak dipertimbangkan. Saya sengaja hanya membahas 3 jenis di atas, karena ketiganya yang paling mudah dibeli, dan tidak butuh modal besar untuk memulainya. Hanya dengan dana Rp 100 ribu, Anda sudah bisa mulai investasi.
Yodhia Antariksa
Founder dan CEO PT. Manajemen Kinerja Utama, sebuah firma konsultan yang bergerak dalam bidang corporate performance management.
Blog: https://strategimanajemen.net/