Pidato Mimpi Jokowi

by

Jokowi menyebut dalam pidatonya pasca pelantikannya beberapa hari yang lalu, bahwa pendapatan rakyat Indonesia di tahun 2045 sebesar Rp.27 juta per kepala per bulan. Pidato yang yang indah dan manis. Pidato yang memberikan mimpi kepada rakyat. Mimpi yang seolah indah, namun tak akan indah dalam kenyataan. Kenapa bisa begitu?

Wartapilihan.com, Jakarta — Anda tau, bahwa pendapatan Rp.27 juta per bulan per orang itu baru terlaksana 26 tahun yang akan datang. Jika kita mau realistis, dengan pendapatan Anda saat ini –mengacu pada UMP dan UMR saat ini– di kisaran Rp.3-4 jutaan per bulan, ketika hidup di 26 tahun yang lalu, maka Anda termasuk orang kaya. Anda menjadi seorang jutawan. Karena jarang sekali orang mendapatkan penghasilan Rp.3-4 juta per bulan di 26 tahun yang lalu.

Sebagai gambaran, kondisi keluarga saya sendiri di 26 tahun yang lalu –kemungkinan besar berbeda dengan kondisi Anda dan keluarga di waktu yang sama. Abah saya yang hanya seorang Kyai atau ustadz kampung, dengan pendapatan yang tak pasti setiap hari atau tiap bulannya, masih mampu menghidupi kami sekeluarga dan membiayai sekolah semua anak-anaknya yang berjumlah 8 orang.

Pada 26 tahun yang lalu, dengan uang dua ribu perak, umi saya masih bisa belanja beras, sayur dan tempe untuk makan kami sekeluarga dalam satu hari. Artinya, dengan pendapatan kurang dari Rp.100 ribu setiap bulannya, abah saya masih bisa menghidupi kami sekeluarga. Selain untuk makan, pendapatan yang kurang dari seratus ribu tersebut juga untuk bayar listrik dan bayar uang SPP bulanan kami, anak-anaknya.

Dan sekarang, dengan uang dua ribu perak, apa yang bisa Anda dapatkan? cuma bisa kebeli kerupuk kalengan sebiji. Hanya bisa untuk kencing di toilet umum sekali masuk.

Jadi, bisa Anda bayangkan bagaimana kehidupan Anda di 26 tahun yang akan datang. Bisa Anda kira-kira berapa besar penghasilan untuk bisa membiayai kehidupan kita dan keluarga, dalam sehari dan dalam sebulan?

Buat Tuan Presiden yang kemarin pidato pendapatan Rp.27 per hari per orang. Sampeyan itu kok ya nggak bosen-bosen sih ‘nggimir’ rakyat dengan mimpi-mimpi indah perbaikan hidup?

Dengan penghasilan Rp.27 juta sebulan, per orang, apa yang bisa kami dapatkan di 26 tahun yang akan datang? Bisa sampeyan bayangkan kan Tuan Presiden?

Dengan penghasilan sebesar itu di 26 tahun yang akan datang, mungkin hanya bisa untuk makan kami sehari. Itu kenapa kami sebut pidato sampeyan itu mimpi

Belum lagi beban cicilan kebutuhan kami, iuran BPJS yang mungkin di 26 tahun yang akan datang jumlahnya berkali-kali lipat, bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah per bulan. Dan satu lagi, beban hutang yang sampeyan tumpuk di 5 tahun lalu selama masa pemerintahan,  dan entah berapa besar lagi jumlahnya di 5 tahun yang akan datang.

Beban utang yang masih harus kami bayarkan melalui pajak dan berbagai iuran untuk melunasinya. Utang yang belum tentu lunas di 26 tahun yang akan datang. Bahkan mungkin di berapa puluh hingga berapa ratus tahun lagi ke depan. Utang yang benar-benar menjerat kami dan anak-cucu kami nantinya.

Utang yang menurut catatan Bank Indonesia (BI), hingga Agustus 2019 mencapai total Rp.4.680 triliun. Bisa jadi lebih jika dihitung sampe akhir bulan Oktober ini. Utang yang sekitar Rp275 triliunnya akan jatuh tempo di tahun depan.

Ada yang tau jumlah bunganya? APBN 2020 mengalokasikan Rp.295 triliun untuk pembayaran bunga utang pemerintah. Hanya untuk bunga utangnya saja. Wuiiihh.. Edan!

Jangankan membayarnya, membayangkan jumlah gepokan duitnya saja kami tidak mampu! Dengan pecahan uang seratus ribuan mungkin tumpukan duitnya mencapai ribuan triliun tersebut bisa untuk mengurug waduk ria rio di Jakarta Utara yang luasnya mencapai 51.000 meter.

BI sendiri dalam statistiknya menyebut, utang pemerintah pusat selama 2014-2018 rata-rata tumbuh 14 persen per tahun. Dengan kenaikan tertinggi terjadi pada 2015, yang mencapai 21 persen. Rasio utang terhadap pun PDB terus naik. Kini sudah menyentuh angka 30 persen.

Jadi, jika sampeyan teruskan mimpi-mimpi sampeyan, wahai tuan Presiden, untuk membangun infrastruktur yang banyak diantaranya ‘muspro’, tidak tepat guna, kemudian memaksakan mimpi-mimpi sampeyan tersebut kepada rakyat agar ikut bermimpi seperti sampeyan. Maka, sungguh cilaka dua belas kami ini sebagai rakyat.

Jangankan bermimpi, rakyat seperti kami ini yang sudah susah tidur nyenyak karena kegerahan di gubuk-gubuk kami yang tanpa pendingin ruangan (ac), di cuaca yang panas sekarang ini. Makin susah tidur memikirkan ketidak-jelasan masa depan kami.

Masa depan yang justru kami sendiri takut memimpikannya. Mimpi yang sampeyan dahului dengan menyebut angka Rp.27 juta per orang per bulan. Ah, sampeyan ‘kuduh’ telah mendahului mimpi kami, Tuan Presiden.

Mimpi yang sampeyan awali dengan 16 kebijakan ekonomi mimpi, yang hanya terfokus pada mimpi-mimpi sampeyan sendiri, bukan mimpi rakyat. Kebijakan mimpi yang jauh dari menyentuh rakyat. Namun, sampeyan paksakan kami rakyat untuk ikut bermimpi.

Kebijakan ekonomi mimpi yang ketika sampeyan jalankan justru mengnyesarakan, eh.. Menyengsengrakan, eh.. Menyesengsarakan… Ah, ribetnya!

Sudahlah Tuan Presiden. Jangan lagi paksakan lagi mimpi-mimpi sampeyan kepada kami, rakyatmu. Karena ini periode terakhir sampeyan memimpin. Jadi, realistislah. Bangun! Bekerjalah yang sungguh-sungguh untuk rakyat. Biar sampeyan dikenang harum saat pensiun nanti.

Penulis: Nadeem Lamakarin

(mantan marbot masjid)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *