Perpustakaan Bahasa Inggris Gaza, Tanpa Buku Politik

by
Mossab Abo Toha (kiri) dan temannya Shafi Salem ingin membuka perpustakaan berbahasa Inggris pertama di wilayah Palestina yang terkepung (Gaza). Foto : AFP/Mohammed Abed

Wartapilihan.com, Gaza – Mossab Abu Toha tidak pernah benar-benar meninggalkan Gaza, sebagai gantinya ia “melahap” buku sebagai pelarian. Kini, ia sedang berjuang untuk membuka perpustakaan berbahasa Inggris pertama di wilayah Palestina yang terisolasi.

“Kirim buku-buku dalam bahasa Inggris, baru atau bekas,” kata pemuda berusia 24 tahun yang sangat antusias dalam membaca pada halaman Facebook-nya, seperti dilansir AFP (26/2).

Abu Toha, seperti banyak warga Gaza yang lain, bermimpi untuk bepergian. “Kebebasan dimulai ketika salah seseorang membebaskan pikiran orang lain,” kata pria lulusan Sastra Inggris dari Universitas Islam Gaza, yang berbagi kecintaannya dengan mengajarkan Shakespeare di sebuah sekolah PBB.

“Saya telah membaca puluhan buku dalam bahasa Inggris dan dengan buku-buku itu saya bisa melakukan perjalanan ke setiap negara di dunia dan melalui semua periode. Saya merasa seperti di dunia lain.”

Israel telah mempertahankan blokade terhadap Gaza selama satu dekade, sementara perbatasan dengan Mesir juga sebagian besar ditutup.

Mereka yang berhasil mengambil keuntungan dari terbukanya perbatasan Mesir tidak pernah benar-benar tahu kapan mereka akan dapat kembali.

Dalam wilayah yang sangat membutuhkan kebutuhan dasar, perpustakaan juga merupakan korban dari politik.

“Ada beberapa buku dalam bahasa Inggris,” kata Abu Toha, dan buku-buku itu “tiba dengan baik setelah publikasi mereka karena blokade”.

Bahkan ide untuk buku versi elektronik juga menuai masalah. “Listrik dipotong sepanjang waktu,” kata Shadi Salem yang membantu Abu Toha mengatur proyek.

Gaza hanya menerima beberapa jam listrik per hari karena kekurangan energi yang kronis.

Pengeboman Toko Buku

Sejak peluncuran halaman Facebook “Library & Bookshop for Gaza” pada Juli 2016, halaman itu telah memiliki hampir 2.500 pengikut.

Dua teman Abu Toha mengatakan, mereka telah mengumpulkan lebih dari 200 buku, termasuk donor dari Amerika dan Eropa, serta uang sejumlah $2.000 (€1.890).

Namun, pengiriman buku kembali menjadi masalah.

Selama berbulan-bulan pada tahun 2016, Israel memblokir kedatangan paket ke Jalur Gaza karena mereka menduga Hamas menggunakannya untuk mengirim peralatan untuk senjata.

Pengiriman dipulihkan pada bulan Desember 2016. Abu Toha mengumumkan sukacitanya di Facebook: “Anda sekarang dapat mengirimkan buku Anda.”

Untuk saat ini, 200 buku yang telah diterima dan perpustakaan pribadinya—terdapat sekitar 400 buku—berdiri di rak-rak di rumah keluarga Abu Toha di Beit Lahia di Gaza Utara.

Targetnya adalah lebih dari seribu buku.

Dari semua buku-bukunya, ia menyoroti tiga buah buku yang dikirim secara pribadi dari filsuf Amerika Noam Chomsky.

Pada tahun 2014, militer Israel melancarkan serangan ketiga terhadap Gaza sejak Hamas berkuasa pada tahun 2007.

Di antaranya menargetkan Universitas Islam dengan toko buku bahasa Inggris yang rusak parah.

“Saya kaget: Tentara Israel, yang didukung oleh Barat, telah mengebom buku dalam bahasa Inggris,” kenang Abu Toha.

Menurut Mohammed al-Sherif dari Kementerian Budaya Hamas, sekitar 30 perpustakaan yang sebagian atau seluruhnya hancur selama perang tahun 2014.

Ada 18 perpustakaan di Gaza, dengan sebagian besar buku bahasa Arab. “Israel telah memungkinkan buku untuk diimpor ke Gaza selama setahun terakhir, tetapi buku-buku politik, misalnya, masih dilarang,” kata Sherif. |

Reporter : Moedja Adzim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *