Peristiwa Diangkatnya Umar bin Khaththab sebagai Khalifah

by

Umar bin Khaththab adalah khulafa Ar-Rasyidin kedua. Sejarah mencatat namanya sebagai khalifah terhebat sepanjang zaman.

Kala itu sahabat terdekat Rasulullah, al-atiq alias Khalifah Abdullah Abu Bakar Ash-Shiddiq bin Utsman Abu Quhafah sedang terbaring sakit. Ia merasa ajalnya telah dekat. Saat terbaring lemah itulah tokoh Bani Taim yang banyak berjasa membebaskan kaum Muslimin dari kalangan budak ini mewasiatkan jabatan kekhalifahan kepada sahabatnya, Umar bin Khaththab. Khalifah Rasulullah pun menuliskan wasiatnya kepada Utsman bin Affan (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah masa Khulafaur Rasyidin, h. 191).

Ternyata setelah wasiat itu dibacakan ke hadapan kaum Muslimin, mereka ridha terhadap wasiat Khalifah Abu Bakar dan menyatakan siap untuk mentaatinya. Apalagi yang ditunjuk adalah figur paling berkompeten dan paling layak. Sahabat terdekat Nabi SAW tersebut akhirnya wafat pada tanggal 21 Jumadi Ats-Tsani (Jumadil Akhir) tahun 13 H. Ia wafat setelah menjabat Khalifah selama dua tahun tiga bulan lebih. Khalifah Abu Bakar wafat di hari yang sama dengan Sayyidul Mursalin, yakni hari Senin. Ia menghembuskan nafasnya yang terakhir ba’da Maghrib. Jasad sahabat yang menemani Nabi berhijrah ini lantas dikuburkan pada malam harinya.

Keesokannya, Umar langsung menjabat sebagai khalifah. Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa peristiwa itu terjadi hari Selasa tanggal 22 Jumadi Ats-Tsani. Khalifah Umar bin Khaththab langsung menunjuk Ali sebagai Qadhi di Madinah, suatu saat Abu Hafsh pernah berkata, “Ali adalah orang yang paling adil di antara kita semua.” Mungkin ini yang melatarbelakangi pengangkatan sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW sebagai qadhi. Untuk wilayah Syam, ia menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai pemimpin tertinggi kaum Muslimin, mengganti Khalid bin Walid.

Khalid bin Walid dinilai Umar terlalu banyak bermanuver sendiri, walaupun begitu Khalifah Umar tetap mengakui kalau panglima besar Khalid sudah terlalu banyak berjasa bagi Islam. Khalifah Umar khawatir jika rasa tawakkal umat Islam kepada Allah luntur, lantaran bergantung kepada Khalid. Bisa jadi pula Khalid dikultuskan. Maka keputusan mengganti Khalid dinilai keputusan yang tepat.

Pertimbangan Khalifah Umar, figur yang paling pantas menggantikan Khalid ialah figur yang lebih baik dari Khalid. Abu Ubaidah-lah jawabannya. Abu Ubaidah adalah as-sabiqun al-awwalun, bahkan termasuk yang paling awal beriman. Ia juga salah satu dari 10 orang sahabat yang dijamin masuk Surga. Umar menjabat khalifah di kala para mujahidin sedang banyak melakukan peperangan di wilayah Syam. Oleh karena itu Khalifah Umar terdorong untuk bekerja dengan sangat cermat dan cepat.

Khalifah Umar berkomitmen untuk mengerjakan seluruh tugas-tugasnya dengan baik sebagai Amirul Mukminin. Umar sendiri adalah orang pertama yang digelari Amirul Mukminin. Kabarnya, Al-Mughirah bin Syu’bah adalah orang pertama yang memanggil Umar dengan sebutan Amirul Mukimin, namun demikian menurut Imam Ibnu Sa’ad bisa juga bukan Al-Mughirah, tapi orang lain lagi (Ibnu Sa’ad, Thabaqat Al-Kubra Ibnu Sa’ad, 3/281). Saat Abu Ubaidah diangkat menjadi pemimpin tertinggi kaum Muslimin di Syam, bukan berarti Khalid diabaikan begitu saja. Khalifah Umar tetap menjadikan Khalid sebagai pertner musyawarahnya. Niat Khalifah Umar pun agar kaum Muslimin yang lain kelak bisa memperoleh kesempatan berkontribusi kepada Islam layaknya Khalid. Dengan begitu, narasi-narasi yang menyatakan bahwa antara Umar dan Khalid bin Walid terjadi perselisihan sebenarnya tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Umar merupakan sahabat Rasulullah yang termasuk 10 sahabat yang dijamin masuk surga (al-mubasyir bi al-jannah). Di antara sembilan sahabat lainnya, Umar paling belakangan masuk Islam. Tokoh Bani Adiy ini baru masuk Islam tahun keenam kenabian. Tetapi itu tidak menghalanginya untuk berkontribusi besar terhadap Islam selama sisa hidupnya. Aqidah Islam pun mengenalnya sebagai sahabat Rasulullah terbaik kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Umar sahabat yang lebih utama dari Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Masuk Islamnya beliau membuat kaum Muslimin bisa beribadah terang-terangan di sekitar Baitullah Ka’bah. Saat dirinya masuk Islam, kaum Muslimin seperti memiliki kekuatan baru yang tak pernah dimiliki sebelumnya. Apalagi tiga hari sebelum beliau masuk Islam, Hamzah bin Abdul Muthalib paman Nabi SAW yang dikenal sebagai sosok ksatria Quraisy juga telah masuk Islam. Dengan masuk Islamnya Hamzah dan Umar, kedudukan Islam di tanah suci Makkah semakin kuat.

Di masa jahiliyah Umar dikenal sebagai juru bicara Quraisy, tokoh yang disegani dan berwatak keras. Padahal usianya saat itu masih sangat belia. Sejak muda ia sudah mahir membaca dan menulis, oleh karena itu beliau termasuk di antara 17 orang di Makkah yang tidak ummiy (Al-Baladzuri, Futuh Al-Buldan) karena mampu membaca dan menulis, tidak seperti mayoritas bangsa Arab kala itu. Umar menerima Islam karena tersentuh hatinya kala membaca beberapa ayat surat Thaha di rumah adiknya Fathimah binti Khaththab. Tidak lama kemudian beliau memutuskan untuk bersyahadat di hadapan Rasulullah serta menjadi orang pertama yang mendeklarasikan keislamannya langsung ke hadapan para pembesar Quraisy dengan mendatangi rumah-rumah mereka.
by: Ilham Martasyabana, Pegiat sejarah Islam