Untuk mengetahui ada tidaknya sel kanker pada mulut rahim, setiap wanita disarankan melakukan pemeriksaan pap smear. Pemeriksaan itu tersedia di sejumlah rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain seperti puskesmas yang memiliki fasilitas tadi. Tapi banyak wanita yang enggan menjalaninya lantaran jauh dan tidak nyaman ketika menjalani tes pap smear.
Tapi jangan kawatir. Tidak lama lagi ada perangkat praktis yang memudahkan wanita menjalani pap smear. Wanita cukup melakukannya di rumah. Perangkat pocket colposcope berbentuk tongkat yang terhubung tanpa kabel dengan komputer, laptop atau telepon genggam.
Nimmi Ramanujam, periset pada Duke University, Durham, North Carolina, Amerika Serikat, telah mengembangkan perangkat genggam untuk skrining kanker serviks yang menjanjikan. Dalam membuat alat itu, ia dibantu 15 mahasiswa pascasarjananya. Hasil temuannya dipublikasi dalam British Medical Journal Open dan dikutip oleh situs medicalnewstoday.com, Jumat (2/6/2017).
Mereka sudah mencobanya pada beberapa wanita. Mercy Asiedu, salah satu mahasiswa pascasarjana yang ikut proyek tadi, mengatakan, lebih dari 80 persen yang mencoba perangkat tadi mengaku puas. “Mereka mempelajari penggunaan alat itu hanya butuh beberapa latihan,” katanya.
Asiedu telah bekerja mengotomatisasi proses penyaringan. Dengan menggunakan pengolahan gambar dan pembelajaran mesin untuk mengajarkan komputer bagaimana menemukan tanda-tanda sel prakanker dan kanker pada serviks.
Kini Ramanujam dan Asiedu tengah mengerjakan uji klinis untuk melihat bagaimana desainnya itu bisa digunakan memeriksa sel-sel kanker di serviks wanita. Mereka akan membandingkan kedua metode: pap smear konvensional dengan pap smear model terbaru ini (pocket colposcope).
Menurut Ramanujam, selama ini pap smear biasanya memerlukan tiga syarat dan peralatan, yaitu spekulum, colposcope dan tenaga profesional yang terlatih untuk memeriksa. Pertama, spekulum adalah alat logam yang dirancang untuk menyebar ke sekitar dinding vagina. Kedua, colposcope adalah alat teleskopik dan kamera yang diperbesar yang dirancang untuk memungkinkan tenaga medis menggunakan spekulum untuk melihat serviks, yang terletak tiga sampai enam inci di dalam vagina.
Kedua hal itu, hanya bisa dikerjakan oleh tenaga medis profesional sebagai hal ketiga. Ramanujam percaya bahwa dengan perangkat yang baru, cukup dibutuhkan dua persyaratan saja, yaitu yang pertama dan kedua. Sedangkan, yang ketiga tidak diperlukan diperlukan lagi.
Para peneliti berharap dengan perangkat baru ini, banyak pihak yang terbantu. Selain wanita, rumah sakit dan pemerintah juga bakal tertolong. Rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang berlokasi di daerah pedalaman atau terpencil, dapat memanfaatkannya.
Pemeriksaan bisa dilakukan oleh bidan, dan hasilnya akan dikirimkan ke dokter yang terkait. “Dengan demikian dokter terlatih tak terlalu dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan langsung,” kata Ramanujam. Jika ini dilakukan, sambungnya, “Tingkat kematian akibat kanker serviks benar-benar menjadi nol persen.
Selama ini pap smear tersedia di beberapa rumah sakit dan hanya bisa dilakukan oleh ahli tertentu. Peralatannya juga terbilang mahal dan tidak mudah diakses oleh populasi daerah yang jauh dari akses pelayanan medis. Faktor inilah yang menjadi salah satu penyebab tingginya kasus kanker serviks di daerah pedalaman atau yang berpenghasilan ekonomi rendah.
Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker pembunuh utama wanita. Setelah itu diduduki oleh kanker payudara. Sedangkan dilihat dari jumlah kasus, kanker serviks menempati urutan kedua di bawah kanker payudara. Setiap tahun ditemukan 15.000 penderita kanker serviks di Indonesia. Dengan jumlah tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia.
Mereka divonis terkena kanker serviks karena datang terlambat. Mereka mengira tanda-tanda keputihan yang berlangsung lama, sebagai kelainan yang wajar. Padahal itu merupakan gejala lanjut dari kanker serviks. Sehingga begitu datang ke dokter, sulit disembuhkan.
Untuk itulah masyarakat disarankan rutin melakukan deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan pap smear. Dengan adanya teknologi baru temuan peneliti Duke University, diharapkan banyak wanita memberanikan diri memeriksakan kesehatan serviksnya.
Helmy K