Wartapilihan.com, Jakarta – Kehadiran Raja Salman di Indonesia menjadi kebanggan tersendiri bagi rakyat Indonesia, tak terkecuali umat Islam. Raja Salman adalah simbol pemimpin negara Islam. Dia adalah penjaga dua kota suci ummat Islam, Makkah dan Madinah. Kehadirannya sangat dinanti dan dibanggakan.
Namun kehadiran Raja Salman dinilai sedikit tercoreng dengan kehadiran terdakwa penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dalam penyambutan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, siang tadi. Ahok kemudian mengunggah foto dia sedang bersalaman dengan Raja Salman ke akun Twitter-nya, @basuki_btp.
“Sangat disayangkan ada pemandangan tidak baik ketika penyambutan Raja Salman mendarat di Indonesia. Presiden Jokowi ternyata juga mengajak Ahok dalam rombongan,” ujar Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah Pedri Kasman kepada Warta Pilihan, Rabu (1/3) di Jakarta.
Menurut Pedri, Ahok adalah terdakwa kasus penodaan agama Islam, yakni agamanya Raja Salman. Mengajak terdakwa dalam menyambut tamu istimewa negara adalah sesuatu yang tidak etis.
“Jokowi semestinya sensitif dengan perasaan umat Islam yang sedang terluka oleh ulah Ahok. Ahok sudah saatnya ditinggal oleh Jokowi dalam agenda penting kenegaraan,” jelas Pedri yang turut melaporkan Ahok atas kasus penodaan agama.
Di samping terdakwa, lanjut Pedri, kedudukan Ahok sebagai gubernur juga sedang dipersoalkan. “Semestinya dia sudah dinonaktifkan sementara dari jabatan gubernur. Dan kasusnya sedang diproses Hak Angket di DPR RI. Bangsa ini betul-betul sudah dibikin bising oleh Ahok. Tetapi Jokowi tetap saja tidak bergeming.”
Pedri khawatir, jika cara-cara ini tidak diakhiri, maka dugaan bahwa pemerintahan Jokowi berpihak ke Ahok makin menemukan kebenarannya.
“Sebagai Presiden, Jokowi harus sensitif dengan perasaan ummat dan memperhatikan kepatutan dalam memperlakukan seorang terdakwa,” pungkasnya.
Reporter: Pizaro