Dalam lanskap pelayanan publik yang mendamba integritas, kisah Ira Puspadewi, Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), menjadi ironi yang menyayat.
Wartapilihan.com, Jakarta– Sosok yang berhasil mentransformasi ASDP dari citra birokratis menjadi operator berorientasi pelayanan, kini justru menghadapi tuntutan hukuman 8,5 tahun penjara. Inilah yang disebut Paradoks Kepemimpinan: sebuah kondisi di mana ketulusan justru diuji oleh sistem yang belum sepenuhnya pulih.
Di bawah kepemimpinan Puspadewi, terjadi perubahan wajah signifikan, terutama pada lintasan penyeberangan Merak–Bakauheni. Antrean panjang diubah menjadi sistem digital yang tertib, kebersihan kapal ditingkatkan, dan budaya kerja digeser dari sekadar mengatur rakyat menjadi memuliakan rakyat. Ia menerapkan prinsip Servant Leadership, menegaskan bahwa jabatan adalah amanah untuk melayani, bukan kehormatan.
Filosofi kepemimpinan beliau menyatukan dua pilar: integritas untuk berani melawan sistem yang rusak, dan compassion untuk tetap melihat sisi manusia. Hal ini menempatkannya sebagai teladan transformatif.
Namun, di tengah capaian itu, beliau harus menghadapi ujian berat. Meskipun ASDP di bawahnya tumbuh lebih sehat, efisien, dan menguntungkan, tuntutan pidana tetap dilayangkan, seolah integritas adalah sebuah risiko, bukan modal utama pemimpin.
Kisah ini adalah cermin bagi bangsa. Ia mengajarkan tiga nilai esensial: melayani adalah inti kekuasaan; integritas akan selalu diuji di jalan ketidakadilan, tetapi kebenaran akan menemukan jalannya; dan cinta pada negeri diwujudkan melalui profesionalisme yang meninggalkan sistem lebih baik dari yang ditemukan -.
Kini, ujian yang dihadapi Ira Puspadewi bukan hanya perkara hukumnya semata, melainkan ujian moral bagi kita: sejauh mana bangsa ini bersedia melindungi pemimpin yang memilih menyalakan lilin di tengah gelapnya birokrasi, yang tulus mengabdi meski harus menanggung cobaan.

