Bangunan sekolah yang hampir seluruhnya hancur membuat anak-anak kesulitan bersekolah. Pemerintah yang mengatakan hendak melakukan pembangunan sekolah darurat, justru malah dibuat oleh para relawan.
Wartapilihan.com, Jakarta – Hal tersebut disampaikan Najmul Akhyar, Bupati Lombok Utara. Ia mengatakan, normalisasi sekolah yang membutuhkan ruang kelas darurat sebanyak 1.700 kelas sangat urgen. Ia mengatakan telah beberapa kali menyampaikan kepada Presiden untuk membangun sekolah, namun ia mengatakan, kelas malah dibangun oleh para relawan.
“Substansi yang sesungguhnya adalah (pembangunan) kelas darurat. Beberapa kali saya sampaikan ke Presiden tolong sekolahnya dibangun, hampir seluruh kelas justru dibuat oleh relawan. Mohon maaf ini menjadi catatan, kelas itu dibuat oleh para relawan,” kata Najmul, Jum’at, (14/9/2018), dalam Diskusi bertajuk ‘Membangun Komitmen Percepatan Bantuan dan Rehabilitasi Bencana Gempa Lombok’ yang diselenggarakan oleh Majelis Nasional KAHMI.
Kendati demikian, ia berterimakasih kepada pemerintah yang telah memberikan dana stimulant kepada para guru baik PNS sebanyak 10 juta dan juga non-PNS sebanyak 12 juta per orangnya. Namun ia juga mendapati bahwa para guru di pesantren dan juga madrasah tidak mendapatkan pembagian dana tersebut.
“Saya mendapatkan WA, Pak, ada penyelenggara sekolah, petugas administrasi, dan juga guru-guru yang di madrasah dan sekolah-sekolah, yg dapat itu hanya di sekolah umum SMP dan SMA, padahal jumlah santri lebih banyak daripada jumlah siswa SMP SMA.
Pemberian terhadap guru disyukuri tapi juga perhatian pada seolah kita yang pondok pesantren. Atas nama pendidikan dan kemanusiaan, tidak ada anak swasta, mereka semua anak negeri yang perlu mendpat perhatian kita,” terang dia.
Terlebih, lanjut Najmul, pihak Kementerian Agama juga tidak pernah datang, ia menduga karena kesibukan mengurus haji. Di sana kalau kita lihat Perpres, pendidikan agama, di Inpres dikoordinasikan dengan PU. Harapannya yang dipikirkan tidak hanya fisiknya, tapi juga logistik. Karena anak-anak ini tinggal di asrama, beberapa pesantren belum berani mengosongkan karena urusan logistik. Agak berat, mudah-mudahan ini walaupun forum kita, mudah-mudahan bisa disuarakan,” tegasnya.
Selain di dunia pendidikan, fasilitas kesehatan seperti bangunan rumah sakit dan juga tenaga medis, ia berharap pembangunan dapat dipercepat. Pasalnya, merawat pasien tanpa fasilitas memadai menjadi persoalan tersendiri.
“Seharusnya fasilitas kesehatan kita lebih baik lagi. Tentu kami berharap kepada PU ayng menanggungjawabi infrastruktur membangun RS sementara,” tukasnya.
Eveline Ramadhini