Wartapilihan.com – Negara adalah sekumpulan masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan keluarga dan keluarga adalah sekumpulan individu. Inilah konsep jenius pendiri Ikhwanul Muslimin bila ingin menciptakan negara yang Islami. Yakni sebelum Islamisasi atau memperbaiki negara, Islamisasi dulu individu, keluarga dan masyarakat.
Dalam pembukaan UUD 45 dinyatakan bahwa tujuan dibentuknya negara Indonesia adalah terbentuknya masyarakat adil dan makmur. Adil dan makmur memang menjadi idaman masyarakat seluruh dunia. Tokoh Masyumi Zainal Abidin Ahmad dalam bukunya Negara Adil Makmur menurut Ibnu Siena menyatakan : “Nyanyian perjuangan yang dirindukan oleh setiap manusia dalam abad ke XX ini ialah terbentuknya suatu masyarakat dan negara yang adil dan makmur. Baik negara-negara yang menganut faham demokrasi ataupun negara-negara yang menamakan dirinya sosialis, semuanya menginginkan masyarakat adil makmur, dimana keadilan dan kemakmuran merata ke seluruh rakyat. Tidak lagi terdapat perbedaan antara si kaya dan si miskin, antara the have dan the have not, tetapi kemakmuran adalah menjadi miliknya semua rakyat. Dan negara yang dijunjung oleh seluruh rakyat menjalankan keadilan tanpa pilih kasih. Baik di Amerika dan Eropa ataupun di Rusia dan Cina, bahkan juga di negara-negara yang tidak termsuk dua blok itu, yang di dalamnya juga terdapat dunia Islam, mencita-citakan adil makmur itu…”
Negara, dalam Bahasa al Quran disebut balad. Ayat-ayat tentang negara ini diantaranya :
“Dan negara (tanah) yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS al A’raf 58)
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ibrahim 35-36)
“Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,” (QS an Nahl 7)
“Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu.” (QS Fathir 9)
“Aku benar-benar bersumpah dengan negeri (kota) ini, Dan kamu (Muhammad) bertempat di kota ini,” (QS al Balad 1-2)
“Dan demi kota (negeri) ini yang aman,” ( QS at Tiin 3)
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (QS al Baqarah 126)
“Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri.” (QS Ali Imran 196)
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun (baldatun yhayyibatun warabbun ghafur)”. (QS Saba’ 15)
Allah SWT menjanjikan bahwa penduduk negeri yang beriman dan bertaqwa akan diberikan keberkahan melimpah olehNya. Sebaliknya negeri yang penduduknya banyak mendustakan ayat-ayat Allah, maka Allah akan menyiksanya suatu saat nanti. Al Quran menyatakan :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS al A’raf 96)
Al Quran juga menyebut kata untuk negeri dengan sebutan ‘qaryah’. Berikut beberapa ayatnya :
“Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: “Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: “Bebaskanlah kami dari dosa”, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS al Baqarah 58)
“Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.” (QS al An’am 123)
Jadi dalam Al Quran ada negeri yang baik dan ada negeri yang jahat Negeri yang jahat pembesar-pembesarnya melakukan kejahatan yang sistematis yang membuat rakyatnya banyak yang miskin, sementara mereka kaya raya.
000
Negeri yang pertama yang cahayanya menerangi dunia adalah Madinah Munawwarah. Rasulullah bersama Abu Bakar setelah hijrah ke Madinah –karena diancam bunuh oleh petinggi-petinggi kafir Quraisy berhasil mendirikan negeri yang makmur di sana
Madinah adalah negeri pertama di dunia yang mempunyai konstitusi tertulis. Di sini Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin (kaum Muslim dari Mekah) dan kaum Anshor (kaum Muslim dari Madinah).
Zainal Abidin Ahmad menulis : “Nabi Muhammad telah mempersaudarakan kaum Muhajirin yang datang dari Mekkah yang tergolong tidak berpunya dengan kaum Anshor penduduk Madinah yang tergolong berpunya, supaya hidup bersatu untuk saling bantu membantu dan jamin menjamin Sebanyak 45 orang muhajirin dan 45 orang Anshor dipersatukan Nabi di dalam persaudaraan Islam yang murni, yang menjadi sendi bagi tegak berdirinya negara Islam”
Memang negeri Islam, dasarnya adalah persaudaraan (ukhuwah Islamiyah), brotherhood. Persaudaraan ini didasarkan pada aqidah Islam, melebihi ‘ikatan darah atau saudara kandung’. Ukhuwah yang ditanamkan Rasulullah ini berhasil membuat kota Madinah sangat kuat dan akhirnya menjadi negara besar di tangan Khulafaur Rasyidin pengganti Rasulullah sebagai kepala negara.
Negara-negara Barat (negara sekuler atau negara kafir) pendiriannya bukan didasarkan pada ‘persaudaraan tapi persaingan’. Inilah yang menjadikan negara Barat cenderung berpecah, sementara negeri Islam cenderung menyatu (kecuali negeri-negeri Islam yang para pemimpinnya ‘menuhankan egonya’, sehingga tidak suka persatuan). Barat tidak punya konsep Ukhuwah Islamiyah, sebagaimana Islam.
Rasulullah saw menyatakan : Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim). “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)
Rasulullah saw pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai Rasulullah kabarkanlah kepadaku amal yang dapat memasukkan aku ke surga”. Rasulullah menjawab; “Engkau menyembah Allah, jangan menyekutukan-Nya dengan segala sesuatu, engkau dirikan shalat, tunaikan zakat dan engkau menyambung silaturahmi”. (HR. Bukhari). Wallahu azizun hakim . ||
Penulis : Dachli Hasyim