Wartapilihan.com – Krisis kemanusiaan di Suriah pekan ini telah berumur 6 tahun. PBB mencatat, 450.000 orang tewas dan lima juta warga Suriah telah menjadi pengungsi. UNICEF merilis, tahun 2016 bahkan menjadi tahun paling mematikan bagi anak-anak Suriah.
Sedikitnya, menurut laporan UNICEF, 625 bocah meninggal dunia pada 2016—meningkat 20% dari 2015. Dari jumlah itu, 255 di antara mereka tutup usia di dalam atau dekat sekolah.
“Situasi untuk anak-anak Suriah telah mencapai titik rendah,” kata Juliette Touma, juru bicara lokal UNICEF kepada Guardian, Senin (13/3).
Selain itu, konflik juga telah memperburuk kondisi mental anak-anak Suriah. Lebih dari 70% anak-anak Suriah diwawancarai oleh Save the Children menunjukkan gejala stress pasca trauma.
Kematian anak-anak di Suriah adalah wajah dari krisis kemanusiaan yang dimulai pada 2011. Banyak dari mereka harus melepaskan bangku sekolah akibat serangan rezim. Sekalipun harus tetap pergi ke sekolah, mereka harus siap tidak kembali ke rumah akibat banyaknya lembaga pendidikan yang dibombardir jet tempur rezim.
Wajah anak-anak Suriah sontak menjadi simbol kemarahan dunia akibat kesewenang-wenangan rezim Bashar Assad bersama sekutunya.
Masih belum lepas dari ingatan kita sosok Omran Daqneesh. Bocah lima tahun itu diselamatkan dari reruntuhan rumahnya setelah pesawat Rusia menggempur Aleppo. Wajahnya menjadi headline utama media-media dunia. Diangkat dari reruntuhan, Omran hanya bergeming. Ia tak bersuara walaupun wajahnya bersimbah darah seolah-olah mewakili diamnya dunia atas penindasan terhadap anak-anak Suriah.
Dua tahun lalu, seorang polisi Turki juga dikejutkan dengan tubuh anak imigran asal Suriah di pantai di Bodrum, selatan Turki, dalam keadaan mengambang. Aylan Kurdi (3 tahun), ditemukan meninggal karena perahu yang ditumpanginya tenggelam dalam perjalanan menuju ke Pulau Kos, Yunani.
Kisah Aylan Kurdi bersama keluarganya sempat menggemparkan dunia, setelah foto jenazahnya yang sedang terdampar di pantai menyebar ke berbagai belahan dunia melalui internet. Kala itu, netizen meramaikannya dengan tagar #KiyiyaVuranInsanlik (kemanusiaan telah terdampar).
Foto anak kecil asal Kobane, Suriah ini tak urung memicu aksi di banyak tempat di seluruh dunia. Kecaman dialamatkan khususnya kepada negara-negara Eropa yang selama ini menutup pintu perbatasannya terhadap pengungsi asal Timur Tengah dan Afrika Utara. Bahkan muncul petisi online dengan hashtag #refugeeswelcome.
Melalui media sosial, warga dunia marah dan bersedih sekaligus mengritik sikap dunia internasional yang membuat nasib para imigran terlunta-lunta.
Kasus ini pula yang terjadi dengan Omran Daqneesh dan keluarganya. Dunia menangisi nasib dua bocah Suriah ini tapi tak seorangpun bicara tentang pembunuh-pembunuhnya.
Patut kita ketahui, Omran ataupun Aylan bukanlah satu-satunya korban agresi serangan Rusia di Suriah. Sebelum Omran, ada Raghad, Ahmed, Yamen yang meregang nyawa akibat invasi militer Rusia pada malam 30 September 2015.
Kisah pilu anak-anak Suriah akibat invasi militer yang dilakukan oleh Rezim Bashar Assad, Rusia, dan Amerika Serikat adalah fakta nyata di Suriah.
Saat melakukan peliputan kemanusiaan di Suriah pada 2014, penulis banyak mendapati kisah-kisah serupa dari anak-anak Suriah. Tentang kisah kematian teman-teman mereka dan cerita-cerita soal orangtuanya yang menjadi korban pelanggaran HAM di Suriah.
Maka tidak heran, di sepanjang kota Istanbul, penulis banyak melihat anak-anak yang harus terpisah dari orangtuanya dan menjadi pengemis di Turki.
Gambaran mengenai kondisi psikologis anak-anak di Aleppo dijelaskan dengan baik oleh Dr Zaher Sahloul. Dokter yang lama bekerja di Aleppo ini, mengaku telah melihat banyaknya korban anak-anak usia muda yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Namun salah satu gambar yang paling diingatnya adalah lukisan sederhana dari anak berusia tujuh tahun dari Aleppo.
Gambar tersebut menunjukkan helikopter pemerintah Suriah menjatuhkan bom barel pada anak-anak. Mereka yang masih hidup menangis dan kesakitan, tetapi orang-orang yang sudah mati terlihat tenang dan damai.
“Entah bagaimana dia berpikir bahwa anak-anak yang meninggal berada di tempat yang lebih baik daripada mereka yang masih hidup,” kata Dr Sahloul. “Ini adalah apa yang terjadi pada anak-anak di Aleppo dan di tempat lain.”
Hadi al Abdallah, seorang wartawan independen di Suriah memuat karikatur tentang nasib anak-anak Suriah. Dalam akun twitternya @HadiAlAbdallah, Hadi menunjukkan gambar Omran Daqneesh dan Aylan Kurdi. Pesannya, “Nasib anak Suriah bila mengungsi ia akan tewas tenggelam. Dan bila bertahan ia dibom sampai berkeping-keping.”
Penulis: Pizaro