Wartapilihan.com, Yangon – Pemerintah Myanmar mengecam Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, pada hari Jumat (20/1). Pemerintah Myanmar menuduh PM Malaysia menggunakan krisis Rohingya yang tengah berlangsung di negara bagian Rakhine untuk “kepentingan politiknya” sendiri.
Perdana Menteri dari negara mayoritas Muslim itu menjadi kritikus paling lantang terhadap Myanmar sejak kekerasan yang meletus di negara bagian utara pada bulan Oktober ketika tentara memburu penyerang yang melakukan pembunuhan di pos polisi perbatasan.
Sejak saat itu, setidaknya 66 ribu Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh. Myanmar dituduh melakukan pemerkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan massal yang dikatakan Najib sebagai “genosida”.
Pada hari Kamis (18/1), Najib menggunakan pertemuan luar biasa Organisasi Kerja sama Islam (OKI) untuk menyerukan penghentian “kekejaman yang tak bisa diungkapkan” terhadap minoritas Muslim.
Komentar Najib menyebabkan respons kemarahan dari Myanmar yang menyangkal segala tuduhan kekerasan terhadap Rohingya, daripada menyalahkan “berita palsu” untuk menyebarkan tuduhan tidak berdasar.
“Najib menggunakan Myanmar untuk kepentingan politiknya sendiri dan melawan prinsip-prinsip ASEAN,” kata Wakil Direktur Kementerian Luar Negeri Myanmar, Aye Aye Soe, kepada AFP.
“Mereka mengkritik kita tanpa ragu-ragu berdasarkan laporan berita dari tempat yang berbeda, termasuk berita dari sumber yang tidak dapat diandalkan, tanpa berdiskusi dengan kami selayaknya tetangga yang baik. Kami sangat menyesal tentang hal ini,” tukas Aye Aye Soe.
Para pengamat mengatakan, rangkulan yang diberikan oleh Najib kepada Rohingya setidaknya ditujukan untuk memoles citranya setelah tuduhan korupsi besar-besaran terkait dengan dana negara 1MDB. Najib menyangkal klaim tersebut.
Kritik Najib terjadap Myanmar menandai perseteruan yang jarang terjadi antara anggota ASEAN yang berkomitmen pada non-interferensi.
Perlakuan terhadap Rohingya, kelompok yang ditolak kewarganegaraannya oleh Myanmar meningkatkan kemarahan Muslim dunia.
Banyak di antara mayoritas Buddha Myanmar menyebut mereka Bengali—sebutan untuk imigran ilegal dari negara tetangga Bangladesh—meskipun banyak yang telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi. | Sumber: AFP
Reporter: Moedja Adzim