Mungkinkah, Bencana adalah Cara Alam Bicara?

by

Hujan adalah cara Allah  menurunkan rahmat dan berkahNya. Melalui hujan, tumbuhan, hewan dan manusia memiliki cadangan sumber air. Sikap terbaik tentu saja menampung curahan rahmat ini sebanyak-banyaknya. Tapi kadang-kadang hujan malah menjadi pemicu bencana. Itulah yang penulis saksikan di Sukajaya Bogor.

Wartapilihan.com, Bogor— Hari itu (16/1), penulis berkesempatan menjadi bagian dari Tim Relawan Aksi Kemanusiaan Mandiri-Himpunan Alumni IPB (ARM HA-IPB). Dalam perjalanan bersama kafilah kemanusiaan ARM-HA IPB menuju lokasi bencana di Sukajaya. Kendaraan khusus untuk medan berat, Land Rover, menjadi armada andalan kami.

Sepanjang jalan masih dapat disaksikan sisa-sisa longsoran. Di kejauhan terlihat banyak bukit yang meninggalkan jejak longsoran. Betul seperti yang digambarkan Ketua BNPB (Pa Doni), bukit-bukit itu seperti eskrim yang meleleh. (https://news.detik.com/berita/d-4864398/kepala-bnpb-longsor-di-sukajaya-sangat-masif-ibarat-es-krim-meleleh) Apakah bukit-bukit itu gundul? Kelihatannya penuh pepohonan, kok bisa longsor? Bukankah seperti yang diajarkan sejak dulu, bahwa longsor akan terjadi kalau hutannya gundul?

‘Longsor adalah Salah satu bentuk erosi, yang mana pergerakan atau pindahnya tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar (mass wasting), sebagai akibat meluncurnya volume tanah di atas suatu lapisan kedap yang jenuh air.’ (Permentan 47/2006)

Sambil terguncang kanan-kiri, atas-bawah dalam ritme Land Rover yang menggila…terjadilah diskusi asyik dengan teman setim, anak-anak muda adik kelas penulis. Ada yang mengomentari jenis pepohonan atau vegetasi yang kita lewati.

“Lho kok daerah berlereng begini ditanami sawit, ya…”

Ada juga anak muda yang spontan berkomentar mengenai peruntukan lahan: “Kok ada perumahan juga di daerah ini? Siapa yang beli ya…tapi penuh, tuh…”

Perbincangan kemudian berkembang menjadi diskusi produktif yang mengguncang daya imajinasi, nalar, dan pengetahuan kami. Tujuannya hanya satu, janganlah tragedi ini terulang dikemudian hari. Terlalu sesak dada membayangkan penderitaan pengungsi yang hilang nyawa orang terkasih, hilang harta dalam sekejap padahal hasil berpeluh puluhan tahun. Belum lagi mata-mata mereka yang nanar membayangkan masa depan seperti apa yang akan mereka hadapi.

Kami, ARM-HA IPB, datang membawa titipan para donator yang bersimpati dan berempati. Kami hanya sebentar, sementara mereka, para penyintas, akan melalui hari-hari berat yang entah kapan berakhir…

Semoga upaya maksimal mencegah kejadian serupa akan terwujud. Semoga kami menjadi bagian dari rencana besar ini. Semoga bisa menjadi role model untuk saudara-saudara kita di lokasi dengan problem serupa.

KONSERVASI TANAH

Mari kita bicarakan aspek lain dalam melihat kejadian di Sukajaya ini, yaitu mengenai konservasi tanah. Usaha konservasi tanah adalah usaha yang ditujukan untuk (1) mencegah kerusakan tanah oleh erosi, (2) memperbaiki tanah yang rusak, dan (3) memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar dapat digunakan secara lestari.

Seperti diketahui, sekitar 45% wilayah Indonesia berupa perbukitan dan pegunungan yang dicirikan oleh topo-fisiografi yang sangat beragam, sehingga praktek budidaya pertanian di lahan pegunungan memiliki posisi strategis dalam pembangunan pertanian nasional  Sekitar 45% luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang peka terhadap longsor dan erosi

Yang dimaksud  lahan pegunungan adalah wilayah dengan elevasi > 350 m dpl dan/atau dengan tingkat kemiringan lereng > 15%.

Peraturan Menteri Pertanian nomor 47/2006 (permen 47/2006)  Tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian Pada Lahan Pegunungan , memberikan petunjuk teknis yang cukup gamblang.  Selengkapnya: http://perundangan.pertanian.go.id/admin/p_mentan/Permentan-47-06.pdf

Tiap jenis tanah mempunyai tingkat kepekaan terhadap longsor yang berbeda. Langkah antisipatif yang perlu dilakukan adalah memetakan sebaran jenis tanah pada skala 1:25.000  atau skala lebih besar (1:10.000; 1:5.000) pada hamparan lahan yang menjadi sasaran pembangunan pertanian tanaman hortikultura, tanaman pangan, atau tanaman perkebunan

Jenis tanaman juga perlu dipertimbangkan masak-masak. Pada Permen ini tanaman yang dapat dipilih di area pegununga diantaranya adalah sonokeling, akar wangi, Flemingia, kayu manis, kemiri, cengkeh, pala, petai, jengkol, melinjo, alpukat, kakao, kopi, teh, dan kelengkeng.

Bagaimana perlakuan terhadap muka tanah?

Pada Permen inipun sudah dengan gambling diuraikan. Apakah ada  (a) saluran pengelak; (b) saluran teras; dan (c) saluran pembuangan air, termasuk bangunan terjunan. Demikian juga bentuk-bentuk teras yang harus dibuat.

Intinya, air hujan sedapat mungkin ditampung, dilambatkan kecepatannya, benamkan sebanyak-banyaknya, dan sisanya dialirkan secara terencana.

Jadi, sebenarnya sudah ada aturan yang tinggal diikuti bila ingin membudidayakan lahan pegunungan. Hanya saja dalam impelementasi di lapangan, ada 3 aktor yang perlu diperhatikan relasinya, yaitu: Negara, Pasar/Dunia usaha, dan Masyarakat. Selengkapnya tentang Perspektif Baru Analisis Tata Kelola Sumber Daya Alam, dapat dibaca pada link berikut: http://wartapilihan.com/modernisasi-ekologi-dan-ekologi-politik-perspektif-baru-analisis-tata-kelola-sumber-daya-alam/ disampaikan Prof Dr Arif Satria pada acara pengukuhan guru besar IPB beberapa waktu yang lalu.

Wallahu A’lam

Abu Faris (Alumni 7th Certified Permaculture Design Course, Bumi-Langit Institute)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *