Diplomat tertinggi AS mengatakan bahwa melabeli seluruh Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok ‘teror’ akan menimbulkan masalah keamanan regional dan politik.
Wartapilihan.com, Teluk – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, mengatakan bahwa mengklasifikasikan Ikhwanul Muslimin secara keseluruhan sebagai kelompok “teror” mempersulit keamanan dan politik di Timur Tengah.
Kesaksian tersebut diungkapkan pada hari Rabu (14/6) sebelum Komite Hubungan Luar Negeri hadir di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah Teluk yang sebagiannya berpusat pada dukungan Qatar untuk Ikhwanul Muslimin.
Tillerson mengatakan bahwa hal itu menimbulkan masalah karena menempatkan seluruh organisasi—yang anggotanya berjumlah lebih dari lima juta, beberapa di antaranya menduduki posisi di pemerintahan—dalam sebuah “daftar teror”.
“Ada unsur Ikhwanul Muslimin yang telah menjadi bagian pemerintahan,” katanya, merujuk pada parlemen di Bahrain dan Turki sebagai contohnya.
“Unsur-unsur itu telah meninggalkan kekerasan dan terorisme,” katanya, sebagaimana dilansir Aljazeera.
“Jadi, dalam menunjuk Ikhwanul Muslimin dalam keseluruhannya sebagai organisasi teroris, saya pikir Anda bisa menghargai kompleksitas yang masuk ke dalam hubungan kita dengan (pemerintah di wilayah ini).”
Diplomat tertinggi AS mengatakan bahwa Washington telah menunjuk unsur-unsur kelompok yang berkomitmen terhadap kekerasan sebagai “teroris”, namun klasifikasi yang luas dari keseluruhan kelompok akan menimbulkan permasalahan lain.
Arab Saudi, Bahrain, UEA, Mesir, dan beberapa negara lain memutuskan hubungan dengan Qatar awal bulan ini karena dugaan dukungan untuk kelompok “ekstremis”, termasuk Ikhwanul Muslimin. Doha membantah semua tuduhan tersebut.
Ikhwanul Muslimin adalah kelompok Islamis tertua di dunia Arab. Meskipun secara resmi dilarang di beberapa negara, di banyak negara lainnya, cabang-cabangnya memainkan peran penting dalam politik domestik dan sering berfungsi sebagai pejabat pemerintah.
Sampai saat ini, negara-negara melabeli Ikhwanul Muslimin sebagai “organisasi teroris” adalah Bahrain, Mesir, Rusia, Arab Saudi, Suriah, dan Uni Emirat Arab.
Pada tahun 2013, penguasa Saudi mendukung tindakan brutal Mesir terhadap pendukung Ikhwanul Muslimin. Pada bulan Maret 2014, kerajaan tersebut menunjuk kelompok Ikhwanul Muslimin sebagai “teroris”.
Analis telah menyimpulkan bahwa sebuah merek Islamisme Sunni yang menyerukan partisipasi politik dan legitimasi elektoral, yang Ikhwanul Muslimin mungkin adalah contoh terbaik, dipandang sebagai ancaman eksistensial karena ia menawarkan model politik Islam yang berbeda dengan yang negara Saudi. ||
Moedja Adzim