Menjelang Reuni 212

by
foto:http://static.republika.co.id/

Setahun sudah jejak 212 terpatri pada hati setiap muslim yang berangkat membela agama Allah dengan kedamaian; tak hanya misi damai yang dibawa, penyerahan pada penegakan hukum jadi ikon yang demokratis bagi muslim Indonesia.

Wartapilihan.com, Jakarta –Din Syamsuddin selaku salah satu tokoh terkemuka di Muhammadiyah mengatakan sikap dan pandangannya mengenai reuni Akbar yang akan dihadiri para alumni 212. Meski ia tidak turut menghadiri aksi 212, ia berpandangan, kelompok pendukung Aksi 212 sejatinya memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya, dalam hal berekspresi dan kebebasan dalam bentuk apapun.

“Dan oleh karena itu, gerakan mereka adalah absah di alam demokrasi selama tidak menggunakan kekerasan,” kata Din, kepada Warta Pilihan, Kamis malam, (30/11/2017).

Kendati demikian, ia mengatakan punya pendekatan sendiri dalam ber-amar ma’ruf nahi munkar. “Dalam pandangan saya, izzul Islam wal Muslimin di Indonesia perlu dicapai melalui pengembangan infrastruktur kebudayaan Islam. Maka diperlukan karya-karya nyata dalam meningkatkan mutu kehidupan umat Islam dalam berbagai bidang,” tukas Din.

Ia menerangkan, juga diperlukan langkah strategis yang lebih menekankan praksisme keislaman daripada menampilkan mob populisme keagamaan.

Sementara itu, Hilmi Firdausi salah satu Ustadz kondang mengatakan, menjelang reuni 212 sabtu besok, seperti biasa kelompok-kelompok yang tidak suka akan bersatunya umat Islam Indonesia kembali membuat manuver.

“Saya tidak akan membahas pihak diluar ummat Islam, karena Allah sudah amat jelas menyampaikan tentang ketidaksukaan kaum yahudi dan nashoro kepada ummat Islam (QS 2:120),” ucap Hilmi, di akun Twitter-nya, hari ini.

Ia mengatakan, di negeri ini ada dua kelompok yang terus-terusan menggerus persatuan ummat. Satu kelompok saya menyebutnya “kelompok terlalu lentur”, satunya adalah “kelompok terlalu kaku”.

Manufer kelompok terlalu lentur ini, ucap dia, sudah sering dilihat, gayanya sama, tidak pernah berubah.

“Dari mulai sering teriak radikal, intoleran, tapi suka bubarin pengajian yang tidak sejalan. Kebablasan dalam menyikapi toleransi. Tempat ibadah ummat lain dijaga, tapi masjid yang berbeda dalam pelaksanaan ibadah (furu’iyah) disegel,” lanjutnya.

Ia menghimbau agar umat Islam tegas dalam hal-hal yang ushul, tapi berlapang dada untuk hal-hal yang furu’ (fikih). “Mari bergandengan tangan, saling menghargai, saling mendukung bukannya malah menjadi duri dalam daging bagi persatuan ummat,” tandas dia.

“Ummat Islam bersatu, tak dapat dikalahkan. Ummat Islam berpecah, musuh-musuh bertepuk tangan,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *