Mengikat Hati Anak

by
Sumber:http://4.bp.blogspot.com/-a1BBxwT2Jic/WOGqEqKOhWI/AAAAAAAAIdk/1rg2tgvmO9cnIT4771-gd8I2MUOt5wihQCK4B/s1600/mom.gif

Meski ibu bekerja, anak tetap dapat diberikan kasih sayang melalui kualitas cinta kasih  agar sang anak terikat kepadanya. Bagaimana caranya?

Wartapilihan.com, Depok –Pegiat Komunitas @SahabatAyah, Ustadz Bendri Jaisyurrahman menjelaskan, hati yang terikat mampu membuat akal anak untuk tunduk kepada orang tuanya. Oleh karena itu, orangtua dianjurkan untuk senantiasa berpikir dan berperasaan positif.

“Emosi positif diibaratkan seperti taman. Anak akan mendekat jika taman terawat. Maka, para ibu perlu untuk kenali diri dan perbaiki, juga mempelajari pola tingkah anak,” ungkap Ustadz Bendri, Aula Utama Masjid Ukhuwah Islamiyah (MUI), Depok, Ahad (27/8/2017).

Ustadz Bendri melanjutkan, seorang ibu yang bekerja ketika ingin menyapa anaknya hendaknya berwudlu terlebih dahulu. Ia menambahkan, perlu untuk dipahami, setiap anak ketika masih kecil mengalami fasenya tertentu. Seperti fase ego, fase nakal. “Kita sebagai orang tua jangan langsung mengecap negatif, namun perlahan kita tebalkan fitrah-fitrah kebaikan anak,” lanjutnya.

Ia mengatakan, penting untuk memperhatikan masa kecil anak. Pasalnya, waktu tidak akan terulang kembali; jika mampu bersabar kepada orang lain, maka menurutnya, anak harus jadi prioritas kesabaran. “Ketika kita mampu berbuat baik kepada orang lain, maka keluarga jauh lebih berhak mendapatkan kebaikan kita,” ujar Ustaz Bendri dalam tajuk ‘Ibu Bekerja vs Ibu Rumah Tangga (Episode 2)’.

Ustadz yang berfokus pada parenting islami ini memaparkan, agar seorang ibu dapat mengontrol emosinya, ia mesti bisa memanajemen waktu, yaitu (1) Me time (waktu untuk diri-sendiri), (2) Couple time (waktu dengan pasangan), dan (3) Family time (waktu dengan keluarga). Bahkan, terapi seorang wanita ketika emosinya tidak stabil, yaitu dengan menulis.

Adapun ciri-ciri anak anak sudah siap dinasehati, yakni nafas yang teratur, telapak tangannya nyaman dipegang, dan punggungnya mau diusap. “Ketika anak melakukan salah, jangan langsung dihakimi, tetapi dirangkul dan didoakan dengan tulus. Ketika saat itu anak belum berubah, suatu saat dia akan teringat, bahwa di rumah ada seorang ibu yang mencintainya dengan tulus, secara perlahan anak akan sadar dengan sendiri,” pungkas dia.

Saat anak sedih, sakit dan memiliki prestasi, hal itu, menurut Ustadz Bendri merupakan golden moment yang harus dimanfaatkan orangtua untuk tetap di sampingnya. “Point pentingnya, ketika seorang wanita ingin tetap bekerja atau sepenuhnya ingin menjadi ibu rumah tangga, ada jiwa kasih sayang pada dirinya, sehingga bisa tetap mengikat hati seorang anak,” tandasnya.

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *