Ketika anak tantrum—emosinya meledak– terlebih di tempat umum, jangan cepat-cepat panik ataupun emosi.
Wartapilihan.com, Jakarta – Menurut Elly Risman selaku pakar parenting, ketika anak tantrum ada hal-hal yang mesti dilakukan. Bukan dengan memberinya iming-iming ataupun ancaman.
“Pola asuh itu membentuk kebiasaan dan meninggalkan kenangan. Kalau kita iming-imingi nanti anak akan tantrum lagi, mengharapkan ada janji,” tutur Elly.
Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati ini mengungkapkan, tujuan dari parenting adalah menentramkan anak, dan hal yang paling penting untuk dipelajari oleh anak, menurut Elly adalah, tidak semua hal anak mesti mendapatkannya.
“Jadi sebetulnya tujuan kita harus menentramkan anak, tidak semua hal anak harus didapatkan, Kalau dia minta apa yang dia didapatkan apa saja, bagaimana ketika sudah besar? Kita harus mampu mengendalikan situasi,”
Menurut dia, orang tua merupakan kunci yang harus bisa mengendalikan situasi. Elly memberikan tips agar mendekap anak ketika anak tengah tantrum. Untuk anak usia 2 tahun, ia menyarankan untuk memeluk selama dua menit.
“Ambil dekap. Pelukan adalah hal yang luar biasa, karena anak sebetulnya baik. Kalau anak tantrum turunkan frekuensi, menularkan kalimat positif, Kalau anak teriak jangan teriak lagi. Frekuensi diturunkan kemudian dialihkan kepada hal yang lain,” tegasnya.
Solusi lain yang sering dilakukan orang tua adalah menakut-nakuti. Hal tersebut, terang Elly, kurang efektif karena sama saja dengan mengiming-imingi. Penyakit orang tua itu disebut sebagai Parentogenic.
“Banyak hal perlu ilmu, untuk belajar harus ada ilmunya. Kita menghadapi makhluk lain yang bukan kiat, dan nggak sama dengan siapapun. Tahapan perkembangan usianya berapa disesuaikan, jadi banyak hal yang kita ingat. Masalahnya, sabar itu paling mahal bagi semua orang,” tukasnya.
Lebih lanjut, Elly merekomendasikan agar menarik nafas panjang sebanyak tiga kali ketika anak tantrum dengan tujuan agar tidak emosi. Setelah itu, tebak perasaan anak sehingga anak merasa dimengerti dan diterima, juga merasa dikenali.
Membiarkan anak dalam emosinya sendiri juga ada tipenya masing-masing yang berbeda antara satu dengan yang lain.
“Biasanya karena capek, kurang tidur, kurang makan, orangtua suka emosi. Tidak apa. Asal suara jangan terlalu keras dan jangan main tangan,” pungkas Elly.
Eveline Ramadhini