Mengenal Urban Farming

by
Ilustrasi anak tantrum. Foto: parents.com.

Urban farming atau berkebun di tengah kota kini menjadi gaya hidup di kota-kota besar dunia. Urban farming berguna secara ekonomi dan juga kesehatan.

Wartapilihan.com, Jakarta – Urban farming merupakan istilah yang merujuk pada kegiatan bercocok tanam atau beternak secara mandiri di wilayah perkotaan dengan lahan terbatas, yang kemudian hasilnya diolah untuk dikonsumsi sendiri atau didistribusikan ke tempat lain.

Salah satu kegiatannya adalah menanam sayuran dan buah-buahan. Kegiatan urban farming biasanya memanfaatkan lahan terbatas di perkotaan, seperti di pekarangan rumah atau perkantoran.

Berdasarkan kajian yang dilakukan dokter Kevin Adrian dari Alodokter, urban farming biasanya dilakukan dengan menanam tanaman yang sering dikonsumsi, seperti sayuran, buah-buahan, tanaman obat, dan lainnya. Tak hanya tanaman, rupanya beternak hewan pun bisa dilakukan, seperti unggas, kelinci, kambing, ikan, dan lainnya.

“Keuntungan melakukan urban farming yaitu.membantu memenuhi kebutuhan pangan berkualitas. Karena, di wilayah padat penduduk, urban farming menjadi strategi tepat dalam upaya membantu rumah tangga ekonomi lemah dalam memperbaiki keamanan pangan serta konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA).

Produk urban farming dinilai lebih segar dan bergizi, dengan harga yang kompetitif, karena tidak melalui proses pengemasan, penyimpanan, dan pendistribusian yang memakan waktu berhari-hari,” kata Kevin, Selasa, (21/8/2018).

Tak hanya itu, Kevin melihat, hal ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat yang hidup di perkotaan. “Urban farming juga memungkinkan masyarakat sekitar untuk lebih sering mengonsumsi buah dan sayuran segar karena bisa diakses dengan mudah dan cepat,”

Belum lagi, dari segi kesehatan, menurut Kevin, melakukan urban farming dapat menyehatkan tubuh dan mental karena dapat menjadi sarana melatih fisik lebih kuat dan membantu tubuh menjadi lebih bugar.

“Urban farmingmembantu kita untuk kembali terhubung dengan alam. Kegiatan ini dapat menurunkan tingkat stres, serta menjaga kesehatan mental secara keseluruhan,” tegasnya.

Urban farming juga merupakan wujud upaya merevitalisasi lingkungan, menciptakan lahan hijau, mengurangi panas dan polusi udara, serta menurunkan risiko banjir dan tanah longsor.

Cara Melakukan Urban Farming

Kevin mengatakan, setiap rumah dapat membuat taman mikro dengan memanfaatkan ruang kecil untuk menanam pohon. Ruang tersebut bisa di balkon, teras, atau atap rumah.

“Hal yang perlu disiapkan yaitu wadah tanaman, yang bisa ditanam di tanah langsung atau menggunakan wadah berupa pot, botol, ember bekas, ban mobil bekas, atau media penampung lainnya,”

Adapun media penanaman, ia menyarankan agar menggunakan tanah kebun sebagai media penanaman. Bisa juga mengganti tanah kebun dengan benda-benda substrat, seperti kulit kacang, sabut kelapa, sekam padi, atau tanah.

“Bila substrat juga tidak tersedia, kita bisa menggunakan air yang dicampurkan dengan larutan pupuk,” tutur dia.

Adapun soal pengairan atau irigasi, bisa memanfaatkan air hujan atau air sisa yang masih layak. Air yang diperlukan untuk menyiram tanaman, relatif sedikit. Untuk taman seluas satu meter persegi, hanya membutuhkan kurang dari 3 liter air per hari.

“Meski mini, taman urban farming ini terbilang relatif produktif. Studi yang dilakukan oleh FAO (Food and Agriculture Organization) menunjukkan bahwa satu meter persegi taman mikro dapat menghasilkan sekitar 100 bawang tiap empat bulan, 10 kol tiap tiga bulan, sekitar 200 tomat atau 30 kg per tahun, atau 36 bonggol selada per dua bulan,” terang Kevin.

Kevin menekankan, pemilihan tanah ataupun air untuk irigasi menjadi dua faktor yang penting. Hindari menggunakan tanah atau air yang terkontaminasi unsur-unsur berbahaya. Selain itu, hindari juga menggunakan pestisida yang dapat meracuni tanah dan hasil tanam.
“Jangan lupa untuk selalu mengenakan sarung tangan, dan cuci tangan dengan benar setelah berkebun dan sebelum makan. Berhati-hatilah untuk tidak membawa serta kotoran dari kebun ke dalam rumah. Cuci hasil urban farming sebelum disimpan atau dimakan, dan ajarkan anak-anak untuk melakukannya juga,” tukas dia.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *