Berdasarkan berbagai penelitian, anak berlaku curang karena tindakan orangtua yang cenderung mengapresiasi dan melabel anak manakala anak mendapatkan nilai bagus.
Wartapilihan.com, Jakarta – Hal tersebut disampaikan oleh Elly Risman, pakar parenting.
“Saya tahu kalau Ayah Bunda bilang ngga boleh curang. Saya juga tahu kalau saya ngga boleh curang. Tapi saya merasa tertekan. Tampaknya bagi Ayah Bunda, yang paling penting itu nilai. Saya merasa harus dapat nilai bagus, ngga peduli caranya gimana,” diakui seorang anak yang ketahuan menyontek oleh gurunya, tutur Elly, Senin, (21/5/2018).
Joseph Di Prisco, pengarang buku Right from Wrong: Instilling a Sense of Integrity in Your Child, mengungkapkan bahwa anak mulai berbuat curang secara sadar pada usia 8-9 tahun.
Mulai usia tersebut, anak mulai memandang dirinya bertanggung jawab atas tugas yang ia kerjakan. Jika anak merasa kewalahan dan tidak mampu memenuhi tuntutan yang ada dengan kemampuannya sendiri, anak berisiko berbuat curang.
Dalam buku Mindset: The New Psychology of Success, Carol Dweck mengutarakan tindakan orang tua bisa menyebabkan anak terdesak untuk berbuat curang. Tindakan tersebut adalah pujian berupa label fixed mindset.
“Pujian fixed mindset contohnya adalah, “kamu anak yang pintar”, “Anak Papa nih, nilainya bagus!”, “kamu anak yang……….”, bisa menuntut anak untuk mempertahankan labelnya dengan segala cara,” lanjut Elly.
Menurut Elly, pujian yang tidak tepat bisa membuat anak tertekan. Apalagi anak yang tidak pernah diapresiasi oleh orang tuanya karena selama ini nilainya belum bagus. Anak yang awalnya tidak mau curang pun bisa terdesak untuk menyontek.
“Saat mengetahui anaknya berbuat curang, orang tua seringkali merasa malu. Akibat dari rasa malu ini bisa membuat orang tua tidak bijak menyikapi anak yang berbuat curang,” tukasnya.
Maka dari itu, hal yang pertama perlu disadari adalah menyadari bahwa merasa malu itu wajar.
“Namun rasa malu itu tidak perlu mengendalikan tindakan kita. Kalau memperturutkan malu, reaksi kita adalah menjadi marah untuk mengatasi masalah,” terang dia.
Ia menekankan agar orangtua mencari tahu alasan anak berbuat curang. Apakah karena tekanan yang Ayah Bunda berikan anak jadi terdesak berbuat curang? Atau karena pengaruh teman-temannya?
“Anak terlahir menyukai kejujuran, jadi pasti anak sebenarnya tidak mau berbuat curang. Mengetahui penyebabnya anak berbuat curang akan membuat Ayah Bunda bisa lebih bijak mengatasi masalah,” tuturnya.
Elly mengatakan, hal berikutnya yang bisa orangtua lakukan adalah mengganti pujian dengan doa. Di depan anak, lafalkanlah doa-doa yang baik.
“Sambil mengusap kepalanya, ucapkan ‘Ya Tuhan, jadikan anak ini pintar, cerdas, rajin, tidak kenal menyerah, dan juga jujur’. Ucapkan pujian dengan menekankan pada apa yang ia lakukan. “Bunda suka sekali kamu rajin belajar”, “Ayah senang sekali kamu berusaha keras semester ini”, imbuh Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati ini.
Bijak dalam memuji ternyata menyelamatkan anak kita dari kecurangan dan merawat fitrah kejujurannya.
Eveline Ramadhini