Wartapilihan.com, Jakarta – Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Masinton Pasaribu mengatakan, dalam Pilkada ada faktor figur dan pengelolaan isu. Menurutnya, warga Jakarta harus pintar menangkap hal tersebut agar tidak salah dalam menentukan pilihannya. Demikian ujar Masinton saat diskusi akhir pekan di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat pada Sabtu (22/4).
“Pak Anies dan bang Sandi ini harus hebat lagi dari Pak Ahok agar bisa dicatat dalam sejarah. Bukan hanya jago berkata-kata tetapi jago menata kota,” ujar Masinton Pasaribu.
Masinton Pasaribu menuturkan, program pasangan Anies Sandi harus menjadi sesuatu yang terealisasi, karena program tersebut bukan hanya sekadar disampaikan dalam kampanye, tetapi yang paling terpenting adalah bagaimana menjaga Pancasila dan bhinneka tetap eksis dalam bingkai program kerja.
“Sentimen primordial muncul begitu kuat, tidak mungkin juga isu itu dilawan lagi dengan isu primordial, tetapi harus dengan program dan kerja nyata. Itulah menurut saya pilar yang harus dijaga bangsa ini. Merajut kebhinekaan, merajut persatuan menjadi hal yang sangat penting,” paparnya.
Lebih lanjut, sisi politik pencitraan dan figur santun merupakan fakta-fakta yang tidak bisa dipungkiri oleh setiap Gubernur DKI Jakarta sejak tahun 2004, tetapi belum mencapai pembangunan yang maksimal seperti yang dicontohkan oleh Basuki Tjahaja Purnama.
“Kepemimpinan Basuki Djarot masih berlangsung selama 6 bulan, pertemuan pembahasan APBD dan lain-lain kemarin menjadi hal yang baik. Tentu dalam masa 6 bulan ini Pak Basuki dapat menyelesaikan programnya untuk masyarakat Jakarta. Sehingga anggaran itu harus dialokasikan benar-benar untuk warga Jakarta,” Masinton menjelaskan.
Tak lupa, ia menyampaikan bahwa dalam politik kompetisi dan koalisi itu hal biasa, yang terpenting dari itu adalah masyarakat tetap menjaga persatuan dan kesatuan dalam kerangka bhinneka tunggal ika.
“Kita harus move on, kita harus jalan bersama. Kehidupan warga yang tadinya pro kontra, pribumi dan non pribumi, SARA dan lain sebagainya harus dieliminasi. Pembangunan kota yang manusiawi dan modern itu harus kita jadikan. Selamat Pak Anies dan Pak Sandi, walaupun kita menunggu hasil dari KPUD dan mudah-mudahan konsisten sampai akhir,” tutupnya.
Sementara itu, pakar kebijakan publik UI, Haryyadin Mahardika menuturkan, perspektif ekonomic intelligent menjadi alternatif variabel masyarakat kolektif. Harapan-harapannya lebih kepada kehidupan dan apa yang nanti masyarakat rasakan. Berdasarkan collective intellegent, hal ini menjadi keputusan bersama daripada keputusan individu.
“Manusia merasa rasional tetapi dia irasional, dia sering jatuh pada hal irasionalitas. Sesuai dengan konteks Jakarta, dia memilih diffle choice. Ini merupakan reaksi dari keputusan yang sulit,” tukas Haryyadin.
Menurutnya, diffle choice ini ada hubungannya dengan style. Style sehari-hari pasangan calon sangat menentukan dengan perilaku pemilih.
“Orang yang style nya mirip dengan Anies Sandi dia akan milih sesuai style-nya. Begitu pun orang yang style seperti Pak Ahok, tetapi ini sangat sedikit,” jelasnya.
Selain itu, ia melihat partisipasi publik di masa Basuki Tjahaja Purnama sangat parsial, tidak melibatkan semua elemen dan masyarakat dalam pembangunan Jakarta.
“Gerakan partisipasi ini akan membuat hal yang baru. Salah satu diferensiasi Anies Sandi akan membuat partisipasi ini menjadi sebuah gerakan. Gerakan dalam artian masyarakatnya bukan hanya membangun tetapi mendorong semua elemen untuk membangun,” tandasnya. |
Reporter: Ahmad ZuhdiRadi