LPAI: Refleksi Kemerdekaan Kontraproduktif bagi Anak

by
sumber: https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&ved=0ahUKEwj-7J6M4eTVAhUGPI8KHQHfCNUQjBwIBA&url=http%3A%2F%2Fassets-a1.kompasiana.com%2Fstatics%2Fcrawl%2F5529968f6ea8340a198b4567.jpeg&psig=AFQjCNHzw6lSyeyP3tTqjM9LXSsNhLjluw&ust=1503282290774937

Mendefinisikan kata kemerdekaan, tidak semudah mengatakannya sebagai slogan apalagi bila kita kaitkan dengan penyelenggaraan perlindungan anak.

Wartapilihan.com, Jakarta –Ketua Lembaga Perlindungan Anak Wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat, Idham Khalid mengatakan, perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus pada usia 72 tahun ini masih kontraproduktif untuk kemerdekaan anak Indonesia. Pasalnya, masih banyak tindakan yang merugikan anak.

“Beberapa hal masih kontraproduktif dengan spirit kemerdekaan, kalau  pandangan kacamata saya  masih mencatat berbagai tindakan yang merugikan anak,” ungkap Idham kepada Warta Pilihan.

Menurutnya, pertama, masih banyak anak menjadi korban eksploitasi ekonomi seperti menjadi pengemis, peminta-minta, korban jasa eksploitasi seksual karena dipaksa oleh orang dewasa. “Anak dinilai tidak berdaya melawan, menghindar apalagi menentang. Anak demikian harus dimerdekakan,” imbuhnya.

Kedua, ia menegaskan, masih banyak anak yang menjadi korban pola pengasuhan yang salah. “Tidak sedikit anak yang dicubit, ditendang, dipukul, bahkan diciderai oleh orang terdekat dengan alasan mendidik,”

Yang ketiga, banyak anak menjadi korban sistem sekolah yang bernuansa kekerasan dan senioritas. “Junior tidak kuasa melindungi dirinya dari kultur primitif kekerasan yang dibungkus kegiatan masa orientasi sekolah, pengenalan sekolah atau bahkan alasan pengkaderan,”

Keempat, masih banyak anak menjadi korban tontonan pornografi, kekerasan, konflik, bahkan kejahatan. Kondisi tontonan demikian menurut Idham harus dihapuskan untuk kepentingan terbaik anak. Kelima, masih banyak anak yang menjadi korban bisnis atas nama kebahagiaan dan keceriaan anak. “Tidak sedikit arena bermain justru tidak sesuai dengan tumbuh kembang anak. Mainan berkonten peperangan, berkelahi, pembunuhan, banyak ditemukan dimainkan oleh anak,” jelas dia.

Keenam, menurutnya masih banyak anak menjadi korban dari perilaku hidup yang tidak sehat untuk anak. Anak seringkali jadi korban perokok aktif yang berakhir sakit. Ketujuh, masih banyak anak menjadi korban eksploitasi politik. Seringkali anak dijadikan alat kampanye, juru kampenye bahkan ikut memobilisasi massa kampanye. “Anak demikian harus dimerdekakan,” tandasnya.

Juga yang kedelapan, Idham menjelaskan, masih banyak anak menjadi korban produk mainan yang bermasalah. Tidak sedikit anak bermain dengan media mainan tidak sehat, bau, dan mengandung bahan berbahaya untuk anak.

Ia berharap, anak dapat dimerdekakan, juga agar tidak menjadi korban kebijakan yang salah. “Secara prinsip, anak memiliki hak untuk dimerdekakan. Semua pihak harus memastikan bahwa anak tidak menjadi korban kebijakan yang salah. Negara tidak boleh kalah,” tandasnya.

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *