LPAI: Angka Kejahatan Meningkat, Itu Kabar Baik

by

Wartapilihan.com, Jakarta – Kabid Pemenuhan Hak Anak, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Reza Indragiri Amriel mengatakan, temuan kejahatan yang dialami oleh anak dari tahun ke tahun mengalami angka peningkatan merupakan kabar baik. Pasalnya, banyak orang tua yang takut untuk melapor, belum lagi di dalam instansi terkait dimintakan dana yang tidak kecil.

“Sebab masyarakat lebih berani lapor ke polisi, media juga gencar memberitakan dan polisi melakukan penegakan hukum secara serius. Maka ini sungguh-sungguh bangsa kita lebih tangguh menghadapi kasus-kasus kejahatan yang dialami pada anak,” kata Reza Indragiri pada acara diskusi Polemik Sindotrijaya, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (22/7).

Artinya, lanjut Reza, proses pembentukan anak secara sosial tidak ada kata terlambat untuk seorang anak yang ingin berubah. Pernyataan pemerintah yang mengatakan Indonesia darurat kejahatan seksual terhadap anak, tidaklah memiliki parameter (tolak ukur) yang jelas dalam pernyataan tersebut, sehingga hanya membuat masyarakat cukup takut dan menunjukkan anak-anak tidak berdaya. Bahkan Jokowi menyatakan kejahatan seksual merupakan kejahatan luar biasa.

“Bukan menghitung berapa kejadian yang sudah terjadi, tetapi dari sekian laporan yang ada berapa yang ditindaklanjuti, dari tindak lanjut tersebut ke Pengadilan, dari Pengadilan ke hukuman untuk pelaku. Namun, 70% yang masuk ke Pengadilan vonisnya di bawah Jaksa. Padahal klimaksnya di Pengadilan,” ungkap Reza.

Selain itu, ia mengkritisi dan memberikan pertanyaan besar apa alasan yang membuat Indonesia telah memasuki fase darurat kejahatan seksual serta bagaimana proses penyelesaiannnya.

“Justru ingin saya balik, kalau dianggap kejahatan luar biasa, maka saya menagih pada masa kapankah situasi itu terjadi. Jadikan 23 Juli besok bukan hanya peringatan senang-senang, tetapi juga sebagai eksekusi terhadap predator atau diberikan hukuman mati,” tandasnya.

Sementara itu, psikolog konseling Muhammad Iqbal menyatakan, tantangan bagi anak ialah terlalu banyak kemudahan (akses internet), sehingga daya juang menjadi lemah dan anak lebih meniru apa yang ditontonnya dari gadget tersebut.

“Anak-anak harus dibiasakan menghadapi masalah, saran saya bagaimana membuka seluas-luasnya konsultasi kesehatan mental, akses untuk mendapatkan treatment healing harus diperluas. Anak yang melukai orang lain geng motor itu, itu karena kurang pujian dari orang tua, sehingga dia mencari eksistensi dan dibuat video dengan harapan banyak yang memberikan like,” kata Iqbal.

Menurutnya, kesejahteraan anak dimulai dari pola asuh dan keteladanan. Hadiah, pujian, pelukan dan lain sebagainya seharusnya diberikan sebelum dia berangkat sekolah. Sebab hal tersebut merupakan vitamin bagi sang anak layaknya orang yang akan bertanding diberikan support, nutrisi suplemen dan kepercayaan penuh.

Bonding bukan ada atau tidaknya ayah, tetapi ada interaksi yang dibangun antara ayah dan anak, orang tua harus ada program, mengajak bicara anak sesibuk apapun. Kami sendiri banyak kerjasama dengan Pemda, keluhan orang tua saat mereka mengadukan keluhan lambatnya proses, karena dia bilang untuk mempercepat dimintai uang. Saya kira ini soal politik anggaran, sehingga tidak ada istilah unit basah unit kering. Anggaran Kepolisian bukan hanya besar untuk Densus tetapi ini juga darurat. Carilah istri atau suami yang sholehah dan sholeh he he he,” saran dia.

Iqbal mengatakan, seorang anak boleh berfikir radikal, berfikir jauh ke depan (visioner). Ia menuturkan, saat dulu aktif di Rohis diajarkan oleh seniornya untuk berfikir cita-cita masa depan menjadi generasi yang sukses.

“Tindakan radikalisme itu yang salah, tidak perlu ada kurikulum khusus di sekolah. Saya rasa guru cukup 5 menit memberikan motivasi, menasehati dan dorongan sebelum dimulainya pelajaran pada pagi hari,” tandasnya.

Terakhir, simpul Iqbal, Pemerintah seharusnya membasmi warnet-warnet, karena dari situlah sang anak mulai tumbuh untuk berfikir sesuai apa yang dia lihat.

“Jadi, penjara dalam teori psikologi tidak pernah mengubah orang, tetapi harus ada program. Kalau tidak ada program tidak bisa berubah,” pungkas Iqbal.

[Ahmad Zuhdi]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *