Lombok Butuh Rumah Hunian Sementara

by
Rumah hunian sementara (RHS) untuk masyarakat Lombok. Foto: Dok. WMI.

Rumah Hunian Sementara (RHS) bantu pulihkan psikologis penyintas gempa Lombok

Wartapilihan.com, Lombok — Wahana Muda Indonesia (WMI) bersama LPPDI Thoriquna dan MT Al Islah membangun Rumah Hunian Sementara (RHS) untuk para penyintas bencana gempa Lombok.

“Saat ini totalnya ada 50 unit. Yang sudah terpasang 25 unit. Sisanya sudah berdiri rangka dan siap dipasang gedhek atau bilik bambu,” kata Ketua Umum WMI, Handriansyah kepada Wartapilihan.com, Kamis (30/8).

Pemilihan gedhek sebagai dinding menurut Handrian, karena tahan lama dan mudah dijumpai di sekitar lokasi pengungsian.

“Selain itu proses pemasangannya cepat, dan yang terpenting aman jika kembali terjadi gempa,” jelasnya.

Untuk rangkanya, masyarakat diminta memanfaatkan material yang masih bisa dipakai dari rumah lama mereka.

“Jadi kami bantu untuk pengadaan gedhek, triplek, terpal serta alat-alat kerja lain. Dengan begitu kami ingin mengajak masyarakat untuk segera bangkit,” tambah Handrian.

Untuk satu unit RHS, dibutuhkan setidaknya 10 lembar gedhek, 3 lembar triplek serta satu buah terpal untuk atapnya.

“Kalau pembangunan dari nol, menghabiskan biaya Rp 3,5 juta. Sedangkan kalau tinggal menambahkan gedhek atau material lain, kira-kira biayanya Rp 2 juta,” jelasnya.

Dana pembangunan RHS, lanjut Handrian, selama ini didapat dari para donatur dan jamaah pengajian Majelis Taklim Al Islah.

Pihaknya menargetkan membangun 200 unit RHS yang tersebar di dua dusun yang ada di Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, yakni Empak Mayong dan Dangiang.

Sementara itu, Pembina LPPDI Thoriquna Budhi Setiawan mengatakan, RHS perlu dibangun agar pengungsi terhindar dari berbagai masalah kesehatan.

“Kalau mereka terlalu lama tinggal di tenda rentan terkena penyakit. Kasus yang sudah-sudah itu misalnya mulai terke a ISPA, penyakit kulit dan juga persoalan psikologis lainnya,” kata Budhi.

Dia juga mengatakan, dengan program RHS kondisi psikologis masyarakat menjadi lebih cepat pulih.

“Karena mereka ada kegiatan. Selain itu mereka jadi kembali punya optimisme bahwa hidup harus terus berlanjut,” pungkasnya.

Zuhdi/Handriansyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *