Ada orang muslim yang belum meresap iman di dalam hatinya.
Dia memang tiharam, namun dia lalai dan malas dalam urusan ibadah.
Misalnya, dia memangdak suka dengan segala perbuatan dosa-dosa besar seperti korupsi atau memakan dan meminum yang haram- melaksanakan shalat namun enggan atau malas berjama’ah di masjid, enggan belajar agama yang lebih mendalam seperti belajar aqidah tauhid ataupun fiqih ubudiyah dan siyasah syar’iyah, sehingga dia tidak tahu bahwa sekularisme dan liberalisme itu agama kafir.
Dia memang tidak lalai dengan ibadah mahdhah namun enggan melaksanakan ibadah sunnah seperti shalat malam atau shalat duha.
Puasa Ramadhan dia laksanakan namun tak pernah dia puasa sunnah padahal dia sehat-sehat saja.
Dia banyak makan dan banyak tidurnya dari pada mengingat Allah.
Dia tergolong suka mengajak makan teman atau kolega, relasi, kerabat dan sanak saudaranya, tapi enggan bersedekah dan membiayai pendidikan saudaranya yang hidupnya susah.
Dia senang mendengar shalawat disenandungkan namun setelah shalat wajib hanya dengan sedikit wirid atau sama sekali tidak lantas buru-buru mengejar urusan dunia.
Di rumahnya dia punya ruang makan yang luas, ruang nonton teve dengan teve layar lebar, punya ruang tamu seperti ruang pameran, tapi tidak ada mushala.
Dia mungkin ada mushala tapi jarang shalat sunnah dan mengaji bersama keluarganya.
Dia berislam seperti kebanyakan umat islam keturunan yang berislam sekedarnya saja, kulit-kulitnya saja.
Jangankan ada keinginan untuk berjihad fii sabilillah di medan perang, ingin menginfakkan hartanya untuk saudaranya yang susah dan kemajuan Islam saja dia ogah.
Dia sering menonton teve, nyaris setiap malam bersama keluarganya, nonton apa saja. Dan dia juga menyaksikan ada berita bencana alam atau umat Islam yang diperangi seperti di Palestina, tapi jangankan dia lantas menginfakkan hartanya untuk hal tersebut, mendoakan kebaikkan dan kemenangan saja pun tidak.
Dia memang shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, zakat fitrah dia mau, tapi zakat harta dia ogah.
Anaknya banyak, pada sekolah tinggi, semua di bidang keduniawian, karena yang ia pikirkan kalau tamat sekolah semua anaknya gampang cari kerja dan banyak uang.
Seperti orang Barat di abad pertengahan, kalau punya anak lima maka semua anaknya diberi pendidikan untuk menjadi klerk, pegawai agar bisa membantu keluarga.
Sementara Yahudi mendidik sepuluh anaknya di bidang agama, bahasa, filsafat
dan kepemimpinan yang bersifat mandiri.
Akhirnya setelah revolusi Prancis, orang Barat menjadi jongos dan begundal Yahudi.
Orang Islam yang malas, lemah jiwanya dan dayyuts, yang pikirannya cuma memperkaya diri seperti kebanyakan orang Barat di masa lalu, nasibnya akan seperti orang Barat hingga masa ini yang walaupun kelihatan hebat namun terjajah, hanya menjadi baut dan mur dari mesin politik dan ekonomi di bawah dominasi Yahudi ( Zionis Internasional, Freemasonry, Illuminati, Club Of Rome, Committe 300 dan lain lain ) yang disebut elite globalis yang menguasai perpolitikan dan ekonomi dunia saat ini.
( iwan hasanul akmal )