Kutitipkan Kalian kepada Allah

by
Umar bin Abdul Aziz. Foto : Republika

Umar bin Abdul Aziz menitipkan putra-putrinya pada Allah. Ia tidak ingin meninggalkan keberlimpahan harta…

Wartapilihan.com – “Kasihan sekali mereka!”

Demikian ucap seorang jenderal kondang saat dia mengetahui kehidupan tiga belas kemenakannya yang hidup serbakekurangan. Ya, benar-benar serbakekurangan. Padahal, mereka adalah putra dan putri orang nomor satu Dinasti Umawiyyah, sebuah dinasti yang sedang menapaki puncak kejayaannya dengan wilayahnya yang terentang sangat luas antara India dan Andalusia. Menurut sang jenderal, sebagai keturunan orang nomor satu Dinasti Umawiyyah, mereka selayaknya menikmati hidup yang layak.

Jenderal itu tidak lain adalah Maslamah bin Abdul Malik dan orang nomor satu Dinasti Umawiyyah yang dimaksud adalah Umar bin Abdul Aziz.

Merasa berkewajiban mengingatkan sang penguasa, yang saat itu sedang sakit berat menjelang berpulang, Maslamah bin Abdul Malik pun datang ke istana.

Selepas mengucapkan salam dan berbagi sapa beberapa lama, jenderal itu pun berucap, “Amir Al-Mukminin! Apakah engkau memang menghalangi putra-putrimu untuk mendapatkan bagian dari harta kekayaanmu sehingga kelak mereka hidup dalam keadaan papa? Sejatinya, mereka layak mendapatkan jaminan hidup yang pantas dengan kedudukan mereka. Sekiranya engkau berpesan dan berwasiat kepada saya atau sahabat-sahabatmu, tentu pesan dan wasiat itu kelakakan kami laksanakan, insya Allah.”

“Maslamah, dudukkanlah saya dahulu,” pinta Umar bin Abdul Aziz sembari menahan rasa sakit.

Maslamah bin Abdul Malik pun segera membantunya. Dan, selepas menarik napas panjang, Umar bin Abdul Aziz pun berucap pelan “Segala puji bagi Allah. Apakah dengan bersandar kepada Allah engkau menakut-nakuti aku, wahai Maslamah?”

“Maslamah! Perihal menghalang-halangi putra-putriku dari harta kekayaanku dan meninggalkan mereka hidup dalam keadaan papa, aku sejatinya tidak menghalangi mereka dari sesuatu pun yang semestinya mereka terima. Juga, tidak kuberikan kepada mereka sesuatu yang merupakan hak milik orang lain. Perihal pesan dan wasiat yang engkau harapkan dariku kepadamu atau sahabat-sahabatku, sejatinya semua putra-putriku telah kupertaruhkan kepada Allah Swt yang telah menurunkan Kitab-Nya. Dialah yang menjamin kehidupan orang-orang saleh.

“Putra-putri Umar adalah satu diantara dua: apakah dia orang-orang yang bertakwa kepada Allah sehingga Dia menjadikan seluruh urusan mereka mudah dan Dia yang memberikan rezeki-Nya dari arah yang tak terduga; ataukah mereka adalah orang-orang durhaka sehingga aku sama sekali tidak akan membantu mereka untuk berdurhaka kepada-Nya dengan harta itu. Putra-putriku doakanlah aku.”

Usai berucap demikian, Umar bin ‘Abdul Aziz pun menolehkan pandangannya ke arah putra-putrinya seraya menahan lelehan air matanya.

“Aku akan meninggalkan putra-putriku tanpa memiliki harta kekayaan. Putra-putriku! Aku telah menitipkan kalian kepada Allah Swt. Sungguh, kalian memang memiliki hak atas kaum Muslim maupun non-Muslim yang telah bersumpah setia akan hidup rukun yang semestinya mereka tunaikan, insya Allah.

“Wahai putra-putriku! Aku telah dihadapkan pada dua pilihan: apakah kalian akan kutinggalkan sebagai para hartawan, tetapi Ayahanda kalian masuk neraka, ataukah kalian kutinggalkan dalam keadaan papa, tetapi aku masuk surga. Rupanya aku lebih suka memilih kalian dalam keadaan papa, tetapi aku masuk surga, ketimbang kalian kutinggalkan sebagai para hartawan, tetapi aku masuk neraka. Kini, bangkitlah semua, wahai putra-putriku. Kiranya Allah Swt. memelihara kalian dan menganugerahkan rezeki kepada kalian.”

Tak lama setelah pertemuan itu, Umar bin Abdul Aziz berpulang, tepatnya pada Kamis, 1 Rajab 110 H/ 10 Oktober 728 M. Ternyata tiada seorang pun di antara putra-putrinya yang kemudian hidup dalam keadaan papa. || Sumber : Islamic Golden Stories, Tanggung Jawab Pemimpin Muslim, Ahmad Rofi’ Usmani, Bunyan, 2016.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *