LAPORAN HARI KE EMPAT RIHLAH SANTRI ILMIAH PRISTAC
Hari ini, Jum’at 13 Desember 2019, merupakan hari keempat kami, santri PRISTAC angkatan 2 melakukan Rihlah Ilmiah di Malaysia. Tujuan utama kami hari ini adalah IIUM (Internasional Islamic University Malaysia).
Wartapilihan.com, Kuala Lumpur-– Sekitar pukul 9 waktu Malaysia kami bertolak dari homestay menuju IIUM menggunakan grab car. Selama perjalanan, raut antusiasme tidak luntur dari wajah kami, mengingat bahwa yang akan kami kunjungi ini adalah sebuah kampus Islam Internasional. Tentu merupakan sebuah kehormatan bagi kami, para santri mendapatkan kesempatan berkunjung kesana.
Kami tiba di lokasi ketika waktu menunjukkan sekitar pukul 9.40. IIUM merupakan sebuah kampus Islam Internasional. Kesan pertama yang saya dapat ketika masuk kesana adalah arsitektur bangunannya yang indah, layaknya sebuah kerajaan dengan bangunan yang besar dan arsitektur yang unik. Di sini, mahasiswa berbeda-beda ras, etnis, bangsa, dan negaranya. Mayoritas berasal dari Indonesia. Semuanya berkumpul dalam satu naungan IIUM. Entah berkulit putih atau hitam, semua sama saja.
Di IIUM, selain didampingi oleh guru-guru pendamping, kami pun didampingi oleh Ustadz Alwi Al-Attas selaku dosen sejarah di sana, yang dulu pernah juga menjadi mudir PRISTAC di At-Taqwa. Kami diajak berkeliling IIUM, dimulai dari perpustakaannya. Perpustakaan IIUM cukup besar dan menarik. Perpustakaan ini memisahkan antara ruang baca laki-laki dan perempuan yang belum pernah saya temukan di Indonesia. Koleksi bukunya pun beragam dan melimpah. Ada juga beberapa manuskrip tersimpan di sana, yang mungkin hanya ada di perpustakaan IIUM saja.
Setelah selesai dari perpustakaan, kami menuju masjid IIUM, yang diberi nama Bait al-Hikmah. Karena hari ini merupakan hari Jum’at, sambil menunggu waktu untuk shalat Jum’at kami berdiskusi terlebih dahulu di lantai 4 masjid tersebut. Kami mendengarkan penjelasan tentang IIUM oleh ustadz Alwi. Selain itu, ustadz Alwi juga sedikit memberikan motivasi kepada kami mengenai penuntut ilmu, semangat menuntut ilmu dan sebagainya. Kami juga diberi semangat olehnya untuk tidak lelah dalam menuntut ilmu. Ustadz Alwi menceritakan bagaimana Imam Syafii dengan segala keterbatasannya, tetapi beliau tetap semangat menuntut ilmu meskipun harus mencatat ilmu tersebut dengan air liur di tangannya.

Masjid Kampus IIUM
Selepas berbincang dengan ustadz Alwi, kami istirahat sebentar di dalam masjid sambil menunggu datangnya waktu shalat Jumat. Selesai shalat Jumat dilaksanakan, kami bergegas kembali pulang ke homestay dengan menggunakan grabcar lagi. Sungguh, pergi ke IIUM merupakan sebuah pengalaman baru yang tidak pernah disangka akan terwujud.
Penulis: Dyahsari Mutmainnah