Konstruksi Sarang Laba-Laba Terbukti Tahan Gempa

by
Sistem Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) lebih tahan terhadap gempa. Foto: Istimewa.

Dibalik konstruksi bangunan yang selamat, tersembuyi fondasi ramah gempa.

Wartapilihan.com, Jakarta — Rentetan kejadian bencana alam yang menimpa Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam kurun satu dekade terakhir cukup menyedot perhatian dunia. Diawali dengan gempa bumi yang diiringi gelombang tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004, belum lama, bencana gempa juga melanda Nusa Tenggara Barat serta Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah.

Rangkaian kejadian tersebut membuktikan bahwa wilayah kepulauan Indonesia rentan terhadap bencana alam dan telah merenggut ribuan jiwa, menimbulkan kerugian finansial dan ekonomi serta kerusakan aset pemerintah dan masyarakat. Karena itu, dibutuhkan konstruksi bangunan yang ramah gempa, untuk meminimalisir kerugian dan dampak yang ditimbulkan.

Katama Building innovation sejak awal 2004 fokus sebagai perusahaan yang bergerak dalam perkembangan dan permasyarakatan teknologi inovasi. Salah satunya teknologi pondasi ramah gempa Konstruksi Sarang Laba Laba (KSLL). Teknologi pondasi Ramah Gempa ini pada titik kolom memiliki bentuk tulangan menyerupai sarang laba-laba.

Kemampuan menyebarkan beban ke permukaan lapisan tanah pendukung yang luas dan merata, serta kekakuan menjadikannya mampu mengeliminir resiko terjadinya Irreguler Differential Settlement. Didukung dengan penggunaan material massa yang terdiri dari 85% tanah urug dan pasir, serta 15% beton bertulang, sistem ini dinilai lebih ekonomis dan teruji aman terhadap gempa berkekuatan 9,2 SR di NAD dan beberapa daerah rawan gempa lainnya.

Konstruksi Sarang Laba Laba (KSLL) ditemukan tahun 1976 oleh Ir. Ryantori dan Ir. Sutjipto. Keduanya alumni Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), di bawah bimbingan mentor Prof. Dr. Ir. Rooseno.

Kris Suyanto selaku Direktur Utama PT. Katama Suryabumi pemegang paten KSLL menuturkan, pada tahun 1980, mulai dipasarkan. Namun karena strategi manajemen dan marketingnya kurang tepat, selama lebih- kurang 20 tahun hasilnya tidak terlalu signifikan.

Kris berprinsip, teknologi harus dikembangkan melalui riset, tak cukup hanya empiris.

“Pada tahun 2003, Kris diminta Pak Tjipto untuk mengembangkan produk KSLL dan sebagai marketing. Setelah dikonsultasikan dengan para pakar dari ITB antara lain Prof. Aziz Jayasaputra (ahli tanah), dan DR. Ananta (ahli struktur), terjadi penyempurnaan- penyempurnaan pada produk inovasi KSLL,” ujarnya.

Selanjutnya atas persetujuan penemu pada tahun 2004, KSLL dipatenkan atas nama PT. Katama Suryabumi. Di luar prediksi, musibah tsunami di Aceh tahun 2004 membawa hikmah kepada perusahaan yang dipimpinnya. Bangunan- bangunan yang menggunakan KSLL, secara struktural aman dan tampak utuh. Sehingga, masyarakat lebih trust (percaya), disamping teruji secara ilmiah.

“Seiring berjalan waktu, kami mendapatkan kepercayaan dari pemerintah. Dengan penghargaan-penghargaan termasuk Upakarti dari Presiden SBY serta mendapatkan dukungan biaya riset dari negara” ujar dia.

KSLL pada pengembangan konstruksi jalan dan lapangan terbang terus dilakukan, dan telah menghasilkan Doktor. Pada tahun 2009, Prof. Sri Prambandiani Retnowardani dari Undip menunjuk Helmi Darjanto untuk membuat disertasi berkaitan dengan konstruksi sarang laba- laba untuk jalan dengan tim pembimbing dan penguji oleh Prof. Aziz Jayasaputra (ITB),Prof. Mahsyur Irsham (ITB), Prof. Herman Wahyudi (ITS) dan Prof. Chaidir Makharim (Untar). Dan saat ini juga tengah dilakukan riset pengembangan KSLL di Universite de Technologie de Compiegne (UTC) Perancis.

Menurut Kris, setiap proyek punya desain model teknologi tersendiri. Ia mencontohkan, ketika terjadi gempa di Aceh dan Seumeleu dengan kekuatan 9,2 SR, termasuk Padang yang mengalami dua kali gempa berturut-turut semua bangunan dengan KSLL tetap utuh secara struktur dan berfungsi dengan baik.

“Kampus Universitas Negeri Padang (UNP) yang memiliki puluhan bangunan, pada gempa di tahun 2007 dan 2009, sembilan bangunan tetap kokoh dengan konstruksi sarang laba-laba. Pada Dies Natalis dan peresmian pembangunan UNP atas biaya Islamic Development Bank (IDB) pada pertengahan tahun 2017, Rektor UNP melaporkan kepada Wakil Presiden Yusuf Kalla bahwa UNP menggunakan produk inovasi anak negeri pondasi ramah gempa KSLL,” kata Kris menirukan gaya bicara Rektor.

Ia menjelaskan, konstruksi sarang laba-laba yang kaku dan stabil membuat bangunan di atasnya cukup aman dari kerusakan struktur. Menurutnya, dalam perencanaan bangunan masyarakat cenderung mendahulukan keindahan arsitektur sedangkan kekuatan struktur bangunan kurang diperhatikan dengan baik sehingga rawan akibat gempa.

“Alhamdulillah, pada kejadian gempa di Lombok dan Palu, KSLL mampu mengurangi resiko gempa dan jiwa manusia. Konsep KSLL seperti perahu. Jadi kalau terjadi gempa bangunan tersebut akan mengikuti gerakan gempa. Pada sistem pondasi lain, kekuatan gempa ditahan dan dilawan. Jika kekakuan dan sambungannya kurang baik, ya runtuh,” katanya.

Karya Inovasi Anak Negeri

Menghargai dan mencintai produk dalam negeri merupakan salah satu wujud nyata dari rasa nasionalisme yang dimiliki oleh seseorang kepada bangsa dan negaranya. Hal tersebut harus diwujudkan oleh seluruh masyarakat Indonesia agar setiap dari kita dapat menyadari bahwa rasa cinta dan bangga terhadap tanah air dapat dibuktikan dari hal terkecil sekalipun, termasuk bangga menggunakan produk-produk anak negeri. Sebagaimana terjadi pada negara maju yang sangat menghargai karya masyarakatnya.

Segala hal yang dihasilkan dari kekayaan alam Indonesia harus didekati dengan inovasi dan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing bangsa.

Menurut Kris, masalah kurang berkembangnya produk anak negeri disebabkan sebagian besar oleh sikap inferior masyarakat.

Dan Kris mengusulkan, pemanfaatan produk inovasi anak negeri perlu didukung kebijakan politik dalam bentuk undang- undang.

Kris menyayangkan, pada pembangunan infrastruktur saat ini belum banyak memanfaatkan hasil inovasi anak negeri yang telah teruji, sesuai arahan Presiden Jokowi saat Kris dan Mathlaul Anwar diterima di Istana, pembangunan harus mengedepankan inovasi anak negeri, padat karya, mengurangi pengangguran dan ketimpangan.

“Katama ingin identik dengan perusahaan di negara maju dalam mengembangkan bisnis inovasi paten anak negeri,” ujar Kris.

Untuk diketahui, Katama bukan hanya mengembangkan sarang laba-laba, tetapi dengan inovasi baru juga mengembangkan matras (penyetabilan tanah), KSLL Pra Cetak, Bearing (Tiang Terucuk Benda Ringan), sedangkan di bidang konservasi, Katama mengembangkan fast growing plant termasuk golden teak atau jati emas,” katanya.

Sebagai wujud kepedulian terhadap keselamatan jiwa manusia dan lingkungan, Katama berkomitmen terus berupaya mengembangkan inovasi-inovasi teknologi terbarukan.

“Semangat dan ketekunan kami, serta didukung para akademisi dan penggiat inovasi, merupakan langkah nyata guna membangun Nusantara Indonesia Bermartabat dan Mandiri,” tutupnya.

Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *