Kondisi Psikologis ODHA

by
foto:http://news.rakyatku.com

Setiap 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS sedunia. Edukasi masyarakat yang kurang tentang penyakit ini membuat para pengidapnya distigma buruk, padahal tidak selalu demikian.

Wartapilihan.com, Jakarta –Penyakit yang virus bernama human immunodeficiency virus (HIV) ini terus mendapat sokongan, baik pihak pemerintah maupun praktisi kesehatan.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Wiendra Waworuntu mengatakan, peringatan Hari AIDS Sedunia tahun ini dapat menjadi salah satu peringatan untuk menghapus stigma, juga diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

Menurut dia, penanggulangan HIV-AIDS di Indonesia menghadapi berbagai macam tantangan yang kompleks, sehingga membutuhkan kerja sama dari semua pihak.

“Mulai dari cakupan pencegahan dan pengobatan HIV, penguatan kualitas pelayanan kesehatan, regulasi yang tepat dan efektif, juga penghapusan stigma dan diskriminasi,” kata dr. Wiendra kepada para wartawan, Jum’at, (1/12/2017).

Wiendra mencanangkan tiga program (Program 3 Zero) agar terwujudnya penghapusan stigmatisasi di masyarakat, yaitu (1) Zero HIV Infection, (2) Zero Stigma dan (3) Zero AIDS related death.

Dewasa ini, para penyandang ODHA bisa bertahan hidup lebih lama karena obat antiretroviral (ARV) dapat diakses. Jika obat tersebut digunakan, seseorang dapat bertahan hidup lebih lama, hingga 50 tahun lamanya.

Dr Erwin Astha Triyono mengungkapkan, kendati obat telah ditemukan, upaya tersebut bukan untuk mengatasi masalah utama para ODHA.

’’Meski demikian, upaya itu belum bisa sepenuhnya mengatasi masalah utama yang dihadapi ODHA. Masyarakat masih punya stigma negatif terhadap mereka,’’ kata dr Erwin.

Koordinator Unit Perawatan Intermediate Penyakit Infeksi (UPIPI) RSUD dr Soetomo, Surabaya itu menjelaskan, orang dengan HIV/AIDS sulit ditangani karena ada aspek sosial yang melekat berupa stigma dan diskriminasi.

“Padahal, kunci penanganannya simpel. Ada tiga, yakni temukan, obati, dan perhatikan. Berdasar data di Thailand, orang dengan HIV yang mendapat pengobatan dengan baik dan teratur punya harapan hidup yang tinggi. Bisa hidup hingga 50 tahun lagi,” tuturnya.

Aspek psikologis para ODHA sangat mempengaruhi imun di dalam tubuhnya, ia menjabarkan. Pasalnya, ketidaksiapan seseorang dapat membebani pikirannya sehingga fisik lebih rentan terhadap virus yang akan menggerus imunitas dalam tubuh.

Maka, ia menerangkan, perlu ada hal yang dilakukan tenaga medis dalam mengungkapkan status positif HIV, yakni dengan mengubah cara pandangnya.

“Tegaskan bahwa HIV/AIDS sudah ada obatnya serta banyak penderitanya yang mampu survive dan aktif seperti biasa. Tenaga medis juga wajib mengarahkan pasien untuk tetap menjalankan pola hidup sehat dan aktif. Jangan sampai karena didiagnosis positif HIV, penderita bermalas-malasan. Yang paling penting, tenaga medis harus bisa dipercaya,” tandas dia.

“Status medis pasien adalah rahasia yang hanya diketahui mereka dan pasien. Saya rasa, panduan psikologis adalah hal utama yang harus diberikan kepada pasien dengan penyakit berat,” imbuh dr Erwin.
Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *