Janji Jokowi dan Anak-anak Papua

by
foto:http://img.jakpost.net

Ada sebelas janji Jokowi yang sebagian besar tentang janji pembangunan: membangun tol laut, sains-technopark (taman sains), pembangunan real estate (perumahan) dan Kereta Rel Listrik (KRL) di Papua. Adalah hal yang ironi, jika sudah berjanji membangun sarana, tapi dalam urusan sandang saja, anak-anak Papua masih terlantar.

Wartapilihan.com, Jakarta –-Penyakit campak dan gizi buruk menimpa anak-anak suku Asmat Papua, hingga penyakit ini dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB) setelah mewabahnya difteri di Indonesia. Sebanyak 61 korban jiwa tewas, setidaknya sejak Desember 2017.

Jokowi sendiri mengatakan, telah mengirim tim beberapa Minggu lalu. “Kita sudah kirim tim berapa hari lalu atau minggu lalu. Sudah mulai September masuk ke sana. Memang sudah kirim juga makanan tambahan,” ucap Presiden kepada awak media, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Jokowi mengeluhkan kondisi medan yang berat menjadi permasalah utama penanganan wabah. “Medan di sana memang sangat berat. Contoh di Nduga saja. Jalan baru ke Wamena saja 4 hari, ini sama di Asmat juga sama. Perjalanan ada rawa, di situ harus naik boat 2 sampai 3 jam untuk biaya ada Rp 3 sampai Rp 4 juta. Ini sebuah kendala yang memang sangat menghambat,” ungkap Presiden Jokowi.

Sementara itu, Anggota DPD daerah Papua, Charles Simaremare mengatakan, pemerintah daerah telah berupaya meminta tenaga medis ke pusat karena kekurangan, namun belum kunjung dikabulkan.

“Minimnya tenaga medis disana itu juga mempengaruhi, karena kalau mereka sudah kena terjangkit ya menunggu evakuasi, belum tentu sehari dua hari ada transportasi,” tutur Charles, yang dilansir dari Republika.com, Kamis, (18/1/2018).

Charles menekankan, semua pihak, baik pemerintah daerah, pemerintah kabupaten, dan pemerintah pusat mesti bekerjasama untuk turun langsung ke Kabupaten Asmat.
“Saya juga sudah menghubungi Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek untuk meminta dukungan obat-obatan, makanan, termasuk tenaga medis,” pungkasnya.

Lembaga Masyarakat yang Bergerak untuk Papua

Dompet Dhuafa, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan juga Ikatan Dokter Indonesia (IDI) turut turun tangan untuk tangani KLB yang menimpa anak-anak dari kabupaten Asmat ini.

Dompet Dhuafa dan IDI berkolaborasi mengirim tim pertamanya ke Distrik Agat, Kabupaten Asmat, Papua. Tim pertama terdiri dari dua orang: Dokter Safitri Rahmadani dan Dokter Rahmadani serta satu orang petugas kesehatan Tumijan dari Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa Papua.

“Mereka bertugas untuk melakukan Rapid Health Assessment atau mengumpulkan data-data terkait dampak wabah campak dan gizi buruk, yang akan menjadi rekomendasi untuk penentuan program prioritas kolaborasi Dompet Dhuafa dan IDI,” kata Ketua Tim Dokter Fitri seperti dalam siaran pers yang diterima Warta Pilihan (wartapilihan.com), Jum’at, (19/1/2018).

Fitri mengatakan, agenda awal tim akan melakukan koordinasi ke posko Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan gizi buruk yang bertempat di distrik Agat, Kantor Dinas Kesehatan, dan Gedung Pendidikan Wawasan Kebangsaan Worou Cem.

Sementara itu, Rosita Rivai selaku General Manager Program Kesehatan Dompet Dhuafa mengatakan, rencana awal tim adalah menginisiasi dua pos, yakni Pos Layanan Kesehatan dan Pojok Nutrisi Keluarga.

“Kerja sama antara Dompet Dhuafa dan IDI untuk penanganan kasus gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat akan mendirikan Layanan Kesehatan dan Pojok Nutrisi Keluarga yang di dalamnya akan ada pelayanan yang lebih holistik untuk Penanganan dan Pencegahan gizi buruk dan campak,” tutur Rosita.

Dalam jangka waktu ke depan, Dompet Dhuafa dan IDI akan terus mengirimkan tim secara periodik untuk menjalankan program yang direncanakan bersama.

BAZNAS pun tak ketinggalan soal ini. Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) telah mengirimkan tim tahap pertama yang terdiri dari tim medis dan relawan ke Kabupaten Asmat, Papua, Kamis (18/1) malam. Selanjutnya, Baznas berencana membentuk kader kesehatan lokal.

Menurut dokter Meizi Fachrizal Achmad, Pimpinan Crisis Center Baznas, setelah tim pertama melihat situasi di lokasi selama seminggu, Baznas akan kirimkan tim relawan lanjutan untuk menetap selama dalam jangka waktu enam bulan. “Dalam waktu selama itu, Baznas akan membuat program yang sifatnya berjangka pendek dan jangka panjang,” terang dokter Meizi.

Ihwal yang bersifat jangka panjang, Baznas akan membentuk jaringan Kader Kesehatan yang terdiri dari warga lokal. Dengan demikian, diharapkan warga Asmat ke depan dapat mandiri untuk kebutuhan kesehatan mereka sendiri.

“Nanti Baznas akan memberikan pelatihan agar mereka dapat melakukan deteksi dini sehingga seperti KLB ini tidak langasung meledak seperti yang sekarang ini,” ujarnya.

Nana Mintarti Anggota Baznas menjelaskan hal yang senada. Nana mengatakan, program tersebut memiliki target memperbaiki kesehatan suku Asmat dalam jangka panjang. “Baznas nantinya juga akan membangun 10 pos kesehatan yang terdiri dari satu pos induk dan sembilan pos keliling yang bisa menjangkau berbagai lokasi dengan cepat,”

“Tim dokter dan paramedis berupaya melakukanrecovery kesehatan di sana dengan membangun pos untuk enam bulan seperti Posyandu,” katanya.

Ia melanjutkan, kader kesehatan lokal yang dididik Baznas, lanjut dia, nantinya dapat ikut mencegah terjadinya kejadian serupa. Dengan begitu upaya deteksi dini terhadap penyakit dan KLB dapat dilakukan cepat, termasuk untuk penanganannya.

Setelah KLB dapat ditangani, BAZNAS akan berupaya membangun lumbung pangan makanan bergizi yang dapat diakses oleh warga. “Baznas akan mengucurkan dana satu miliar rupiah. Meski dana tergolong besar, tapi untuk jangka panjang tidak akan mencukupi untuk membangun kesehatan bagi suku Asmat. Sebab itu, Baznas mengajak pada masyarakat untuk mengalokasikan donasinya pada Baznas untuk membangun kesehatan yang lebih baik di Asmat,” pungkas Nana.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *