JAM SEKOLAH SEBAIKNYA IKUT TUNTUNAN AGAMA

by

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            Kebijakan Gubernur Jawa Barat untuk memajukan jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30 WIB, menuai kontroversi. Banyak alasan yang disampaikan. Salah satunya, konon di sejumlah negara jam pertama masuk sekolah di atas pukul 08.00 pagi. Katanya, masuk sekolah terlalu pagi berdampak buruk kepada perkembangan otak. Itu dari segi neuroscience. Katanya begitu. (Lihat: https://www.youtube.com/shorts/vs15aGcO4qc).

Menanggapi kritik tersebut, saya menghubungi seorang pakar otak yang juga dosen salah satu Fakultas Kedokteran di Jakarta. Ternyata, jawabannya berbeda dengan orang yang mengkritik Gubernur Jawa Barat itu. Menurutnya, proses pematangan otak tidak melulu karena faktor internal dari dalam, tetapi juga karena faktor dari luar.

Jawaban pakar otak itu lebih masuk akal. Pengalaman saya pribadi menunjukkan bahwa jam belajar itu bisa sepagi mungkin. Bahkan, ketika duduk di bangku SMA (1981-1984), saya tinggal di Pondok Pesantren.  Biasanya, bangun setiap dini hari sekitar pukul 03.00. Setelah shalat tahajjud, lanjut dengan belajar pelajaran-pelajaran sekolah, seperti Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Inggris, dan sebagainya.

Setelah shalat subuh berjamaah di masjid, kadangkala dilanjutkan dengan mengaji kitab Riyadhus Shalihin. Sekolah masuk pukul 07.00 pagi. Jarak Pesantren dengan SMA sekitar 2 kilometer. Masih ada cukup waktu untuk berjalan kaki atau bersepeda. Balik dari sekolah pukul 12.00.

Ketika itu, saya rata-rata tidur pukul 21.00. Jadi, setiap hari tidur sekitar 6 jam. Di Pesantren hampir tiap hari mengaji. Sore hari saya mengaji kitab fiqih. Saya harus naik sepeda sekitar 2 kilometer, mendatangi kyai yang mengajar fiqih di rumahnya. Habis shalat Isya mengaji kitab-kitab Nahwu, Sharaf dan fiqih. Usai shalat maghrib kadangkala ada kajian tahsin al-Quran.

Jadi, begitulah kegiatan pembelajaran pesantren dan sekolah sehari-hari, kecuali hari libur. Tidak terasa capek, lelah, atau jenuh. Alhamdulillah, selama lima semester, saya mendapat prestasi akademik yang lumayan, ranking kedua di SMA.

Sebenarnya, yang penting semua pelajaran itu dinikmati. Jadi, tidak benar dikatakan, jika belajar terlalu pagi maka akan membahayakan perkembangan otak. Mungkin di Finlandia dan negara-negara lain, rakyatnya tidak terbiasa shalat malam, makan sahur, dan shalat subuh berjamaah.

“Waktu belajar sangat variatif tiap orang, tergantung perkembangan fungsi otaknya seperti apa,” begitu jawaban sang pakar otak kepada saya, melalui WA.

*****

            Para pembuat kebijakan pendidikan di Indonesia sepatutnya merujuk kepada konstitusi dan peraturan perundang-undangan lainnya dalam membuat kebijakan untuk para murid. Sesuai konstirusi, tujuan utama pendidikan adalah untuk meningkatkan keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia. Juga, agar para murid itu menjadi orang yang cerdas, kreatif, mandiri, bergotong royong, dan sebagainya.

UUD 1945 pasal 29 ayat (2) juga mengamanahkan agar pemerintah menjamin kemerdekaan anak-anak muslim untuk menjalankan ibadahnya. Termasuk dalam hal ini adalah ibadah “thalabul ilmi”.  Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim; baik ilmu-ilmu yang fardhu ain maupun ilmu-ilmu fardhu kifayah. Jadi, tugas pemerintah adalah membuat kebijakan yang menguatkan iman, taqwa, dan akhlak para murid tersebut.

Merujuk kepada tujuan itu, maka jam pelajaran sekolah yang terbaik adalah bersamaan dengan masuknya waktu shalat subuh. Anak-anak muslim yang sudah dewasa (akil baligh) – mulai kelas 3 SMP – datang ke sekolah untuk shalat subuh berjamaah di sekolah. Begitu juga guru-gurunya. Jam pulang bisa dipercepat.

Kebijakan seperti ini sangat tepat untuk membangun kepribadian anak yang unggul. Pahala dan keberkahan dapat diraih. Pikiran lebih cerah. Manfaat untuk kesehatan juga sangat besar, karena udara pagi itu lebih bersih. Bagi yang tinggal di kota-kota yang padat, kebijakan ini bisa mengurangi kemacetan.

InsyaAllah, jika kebijakan ini diterapkan dengan bijak, maka akan berdampak besar terhadap kualitas akhlak para murid. Mereka akan tumbuh menjadi manusia-manusia yang jujur, pekerja keras, dan beradab kepada orang tua dan guru. Di dalam negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa (Tauhid), maka sudah sepatutnya, program-program pendidikan pun mengikuti petunjuk Allah SWT dan tuntunan Nabi-Nya. Wallahu A’lam bish-shawab. (Depok, 22 Mei 2025).

Dr Adian Husaini (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 2020-2025, Alumni IPB University FKH-21 )