Wartapilihan.com, Jakarta – Tudingan bantuan lembaga kemanusiaan ke Suriah terkait dengan ISIS dan terorisme adalah sikap tidak bijak. Padahal selama ini lembaga kemanusiaan dapat menjalankan fungsi diplomasi kemanusiaan sekaligus mewakili negara dan bangsa untuk terlibat pada persoalan atau isu global.
“Sebagai insan kemanusiaan, jelas kami menyayangkan (tuduhan ini). Ironis sekali kalau sebuah keinginan membantu sesama di wilayah yang mungkin punya kerentanan dengan isu tertentu, lalu otomatis langsung dikaitkan dengan terorisme,” jelas Senior Vice President of Global Philanthropy & Communication Aksi Cepat Tanggap (ACT), Imam Akbari kepada Warta Pilihan, Jum’at (24/2).
Menurut Imam, mengaitkan bantuan kemanusiaan dengan terorisme dapat memadamkan semangat kedermawanan dan kerelawanan. Hal ini dapat melemahkan spirit untuk membantu sesama di manapun mereka berada. “Tentu tidak bijak, bahkan cenderung berbahaya. Ini bisa menghancurkan spirit filantropi dan kerelawanan,” tambahnya.
Lebih jauh Imam menjelaskan, sebagai makhluk sosial, manusia punya kewajiban membantu sesamanya yang sedang berada dalam kesulitan. Islam mengajarkan pengikutnya untuk berbagi. Bahkan, dalam hadis, kita diminta untuk memperbanyak “kuah” ketika memasak agar dapat berbagi dengan tetangga yang mungkin sudah menghirup aroma masakan kita. Sebuah pesan sederhana namun dalam dan luas kalau kita mau menghayatinya.
“Ini menunjukkan betapa Islam sangat mengajarkan kita berkhidmat juga kepada tetangga kita. Seberapa kita bisa berkontribusi memikirkan masalah yang tak hanya ada di dalam negeri tapi juga global menunjukkan kebesaran kita sebagai sebuah bangsa. Dan ini juga amanah konstitusi,” Imam menuturkan seraya mengutip Pembukaan UUD 1945.
Aksi Cepat Tanggap, imbuh Imam, sangat meyakini bahwa diplomasi kemanusiaan sesungguhnya mampu meredam konflik dan menurunkan suhu politik. Memberi kontribusi pada kemanusiaan global adalah bagian dari soft diplomacy. Ia mengingatkan, bahwa kemerdekaan Indonesia pun tidak lepas dari dukungan negara lain. Bagaimana saat Indonesia memproklamirkan diri, bangsa seperti Palestina, Mesir dan lainnya bukan hanya mengakui tapi juga memberikan bantuan. Pun saat kita mengalami bencana besar di tanah air.
“Ini gambaran betapa kita tidak bisa hidup sendiri. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia tak bisa hanya memikirkan diri sendiri,” Imam menerangkan.
Soal bantuan untuk pengungsi di perbatasan Turki, Imam menilai IHH sebagai NGO terbesar di sana sangat kompeten dalam pendampingan dan program layanan pengungsi. Meskipun mungkin memiliki kedekatan dengan pemerintah Turki, tapi IHH berusaha tetap netral dan menjaga jarak dengan politik.
“IHH sangat disiplin mewanti-wanti terhadap relawan ataupun lembaga mitranya dari luar negeri, bila secara kondisi tidak memungkinkan ikut masuk memberikan bantuan secara langsung ke dalam Suriah,” jelasnya.
Imam melanjutkan, sikap memukul rata bantuan ke pengungsi Suriah terkait dengan ISIS adalah cara berpikir yang tidak tepat. Hal ini bisa menganggu eksistensi lembaga kemanusiaan yang selama ini telah mengharumkan nama bangsa di pentas internasional.
“(Tuduhan) itu bisa mengganggu aktivitas kemanusiaan dan semangat filantropi. Ini harus didudukkan secara proporsional, dan bahayanya ini bisa memadamkan semangat orang untuk membantu,” jelasnya.
Dengan tuduhan ini, para filantropis juga bisa terintimidasi sehingga takut untuk membantu. Kalau itu terjadi, maka kemunduran bagi bangsa ini. Swadaya dan gotong royong masyarakat yang tanpa pamrih selama ini sangat signifikan membantu mereduksi problematika di negeri tercinta.
“Jadi jangan sampai alih-alih kita menjaga dan meningkatkannya, justeru menciderai dan membuatnya set back. Kami tak menginginkan itu terjadi.”
Selama 12 tahun, ACT sendiri banyak berkiprah di ranah global dengan menjalankan banyak misi kemanusiaan. Bahkan ACT turut hadir dengan selalu mengibarkan Merah Putih di 60 negara dalam aksi-aksi kemanusiaannya. Terakhir, ACT membuka cabang di Turki dengan memperkerjakan profesional lokal asli Turki (ekspatriat). Tentu, menurutnya, ini hal yang membanggakan, ada lembaga kemanusiaan asli Indonesia berkiprah langsung membawa nama bangsa di panggung kemanusiaan global. Ini menunjukkan Indonesia adalah bangsa yang besar.
“Jadi sungguh ironi kalau kemudian, sebuah ketulusan kemanusiaan dinodai dengan kriminalisasi,” jelasnya.
Reporter: Pizaro