WARTAPILIHAN.COM, JAKARTA – Wabah kolera melanda Yaman yang sedang dilanda perang dan telah membunuh setidaknya 115 orang dan menyebabkan 8.500 orang sakit. Rumah sakit setempat berjuang untuk mengatasi masuknya pasien, kata Komite Internasional Palang Merah (ICRC), mengutip dari data yang dikumpulkan oleh Kementerian Kesehatan Yaman.
ICRC mengatakan pada hari Ahad (14/5) bahwa jumlah korban meninggal tersebut terjadi antara 27 April smpai 13 Mei.
“Kami sekarang menghadapi wabah kolera yang sangat serius,” kata Direktur Operasi ICRC, Dominik Stillhart, pada sebuah konferensi pers di Ibukota Sanaa, seperti dilansir Aljazeera mengutip AFP.
Lebih dari 8.500 kasus penyakit yang ditularkan melalui air dilaporkan pada periode yang sama di 14 provinsi di seluruh Yaman, kata Stillhart, dari 2.300 kasus di 10 provinsi pada pekan lalu. Ini adalah wabah kolera kedua dalam waktu kurang dari satu tahun di Yaman, negara termiskin di dunia Arab.
Yaman berada dalam genggaman perang antara pemerintah yang didukung Saudi dan pemberontak Houthi yang didukung Iran, dan hanya separuh fasilitas kesehatan negara tersebut yang berfungsi pada konflik yang terlak berjalan dua tahun tersebut.
Stillhart mengatakan bahwa rumah sakit dipenuhi dengan pasien yang menunjukkan gejala kolera, sebuah infeksi bakteri yang menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi.
“Ada empat pasien kolera di satu tempat tidur tunggal,” kata Stillhart.
“Ada orang di kebun, dan beberapa bahkan di mobil mereka dengan infus yang menggantung dari jendela.”
Organisasi Kesehatan Dunia kini mengklasifikasikan Yaman sebagai salah satu keadaan darurat kemanusiaan terburuk di dunia di samping Suriah, Sudan Selatan, Nigeria, dan Irak.
Impor makanan juga berada pada titik terendah sepanjang waktu karena banyak pelabuhan Laut Merah di negara tersebut diblokade.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memperingatkan bahwa 17 juta orang, setara dengan dua pertiga penduduk, akan menghadapi risiko kelaparan di Yaman.
Lebih dari 8.000 orang telah terbunuh sejak koalisi Arab yang dipimpin Saudi turun tangan untuk mendukung pemerintah Yaman pada tahun 2015 menurut WHO.
Reporter: Moedja Adzim