Hutan hujan tropis di wilayah Indonesia terancam punah, dan ini terjadi lebih karena modifikasi yang dilakukan manusia.
Wartapilihan.com, Jakarta– Hutan hujan yang tidak terganggu secara alami tahan api. Tetapi, karena terfragmentasi dan terusik, kondisinya menjadi sangat rentan. Di Indonesia (terutama Sumatera dan Kalimantan) hanya 3% dari hutan yang tersisa yang masih menawarkan proteksi kebakaran. Tentu kita tidak berharap untuk mendengar lebih banyak tentang Indonesia yang terbakar di musim kemarau, sebaliknya akan banjir di musim penghujan.
Tidak menguntungkan sama sekali ketika suara alam tidak kita dengarkan.
Sebuah studi baru yang dipimpin oleh para peneliti di Departemen Geografi di Universitas Swansea mengungkapkan skala ekstrim kehilangan dan fragmentasi hutan tropis, yang pernah menutupi sebagian besar pulau Sumatera dan Kalimantan di Indonesia.
Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa hanya 10% dari hutan yang tersisa yang tahan api. Para peneliti memperingatkan bahwa melindungi ini sangat penting untuk mencegah bencana kebakaran.
Deforestasi tropis memperburuk kejadian kebakaran lahan gambut yang berulang di wilayah ini. Ini melepaskan emisi gas rumah kaca yang signifikan secara global dan menghasilkan kejadian kabut asap beracun di seluruh Asia Tenggara. Deforestasi sendiri bermakna kegiatan penebangan hutan atau tegakan pohon (stand of trees) sehingga lahannya dapat dialihgunakan untuk penggunaan nir-hutan (non-forest use), yakni pertanian, peternakan atau kawasan perkotaan (wikipedia).
Wilayah hutan tropis dan lahan gambut yang areanya lebih luas dari wilayah Belanda, telah terbakar di Indonesia dalam lima tahun terakhir, menurut Greenpeace.
Namun studi tersebut menunjukkan bahwa kawasan hutan yang tidak terganggu yang berdekatan, tahan terhadap kebakaran bahkan dalam kondisi kekeringan.
Dr Tadas Nikonovas dari Swansea University, penulis utama penelitian , menjelaskan:
“Hutan hujan tropis yang tidak terganggu secara alami tahan terhadap api karena iklim mikro yang lembab dan sejuk yang dipelihara, secara efektif bertindak sebagai penahan api. Bertentangan dengan persepsi umum bahwa kekeringan yang memburuk mengancam hutan hujan yang tersisa, hutan tropis di Indonesia menjadi rentan terhadap kebakaran hanya setelah ada gangguan manusia. ”
Namun, studi tersebut juga mengungkapkan bahwa saat ini hanya sebagian kecil (~ 10%) dari total tutupan hutan tropis yang masih tahan api. Sisanya (~ 90%) telah sangat terfragmentasi atau terdegradasi sehingga tidak dapat lagi mempertahankan iklim mikro-nya yang tahan api.
Yang penting, hutan tahan api sekarang hanya menutupi 3% dari lahan gambut di kawasan itu, meninggalkan sejumlah besar karbon kritis iklim yang rentan terhadap pembakaran.
Para penulis menekankan bahwa peran pencegahan yang dimainkan oleh hutan tropis terhadap kebakaran merupakan alasan penting lainnya untuk pelestarian dan regenerasi beberapa lahan hutan berdekatan yang masih tersisa.
Dr Allan Spessa dari Swansea University, pemimpin proyek, menambahkan:
“Melindungi hutan tropis sangat penting tidak hanya untuk keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon, tetapi juga untuk mencegah bencana kebakaran di masa depan. Ini berlaku untuk Indonesia, juga untuk hutan tropis di Afrika dan Amerika Selatan ”.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Nature Group, Communications Earth and Environment.
Studi ini merupakan bagian dari proyek Towards Fire Early Warning System for Indonesia (ToFEWSI), yang berbasis di Swansea University.
Wallahu A’lam
Abu Faris
- Praktisi, 7th Permaculture Design Course Certified, BumiLangit Institute, Yogyakarta.
- Relawan ARM-HA IPB (Aksi Relwan Mandiri-Himpunan Alumni IPB)
Bacaan:
- https://www.swansea.ac.uk/press-office/news-events/news/2020/12/fire-resistant-tropical-forest-at-brink-of-disappearance-in-indonesian-regions-due-to-human-modification.php
- Thread pada akun twitter @bayu_joo
- Website Wikipedia.org