Human Right Watch: Rezim Suriah Pakai Senjata Kimia di Aleppo

by
Fotoyang diberikan kepada Reuters pada 13 Februari 2017. Human Rights Watch menemukan sisa-sisa tabung gas kuning di Masaken Hanano, Aleppo, Suriah, setelah serangan klorin pada 18 November 2016. Courtesy of Human Rights Watch / Handout via Reuters

Wartapilihan.com, Suriah – Human Right Watch merilis laporan bahwa militer Suriah menggunakan senjata kimia saat bentrok dengan pejuang oposisi saat perebutan wilayah Aleppo akhir tahun 2016, Senin (13/2).

Lembaga yang berbasis di New York itu mengatakan, tentara Suriah setidaknya menjatuhkan bom klorin dari atas helikopter di Aleppo sebanyak delapan kali antara 17 November 2016 sampai dengan 13 Desember 2016.

Temuan ini menambah daftar panjang penggunaan senjata kimia oleh tentara Suriah yang dilarang dalam perang sipil. Temuan ini juga dapat membuat Suriah mendapatkan sanksi dari Inggris, Perancis, dan Amerika.

Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) yang mengawasi perjanjian global yang melarang perang beracun tidak dapat dimintai konfirmasi segera.

Pemerintah Suriah dan Rusia telah membantah penggunaan senjata kimia dalam penyerangan. Mereka malah menyalahkan kelompok oposisi yang berusaha menggulingkan Bashar al-Assad.

Laporan Human Right Watch berdasarkan pada wawancara saksi, analisis foto dan video, serta unggahan di media sosial.

Lembaga itu tidak menemukan keterlibatan Rusia dalam penggunaan senjata kimia. Namun, Rusia berperan penting membantu Suriah untuk merebut Kota Aleppo.

“Serangan-serangan, beberapa di antaranya termasuk pengeboman, menewaskan sedikitnya sembilan warga sipil, termasuk empat anak, dan melukai sekitar 200 orang,” kata laporan Human Right Watch seperti dikutip Reuters.

Ole Solvang, Wakil Direktur keadaan darurat Human Right Watch mengatakan dalam sebuah wawancara, penggunaan senjata kimia tidak terpisahkan dari serangan yang dilakukan.

“Ini merupakan indikasi kuat bahwa serangan klorin tersebut dikoordinasikan dengan strategi militer secara keseluruhan. Dan itu merupakan indikasi kuat maka perwira militer senior, para komandan serangan militer ini di Aleppo, tahu bahwa klorin telah digunakan,” katanya.

Sebuah penyelidikan PBB dan OPCW yang ditugaskan untuk mengidentifikasi organisasi dan individu yang bertanggung jawab atas serangan kimia menyimpulkan pada Oktober 2016, pasukan pemerintah Suriah telah menggunakan klorin sebagai senjata kimia setidaknya sebanyak tiga kali pada 2014—2015.

Bahkan, ISIS, katanya, telah menggunakan gas mustard sulfur dalam sebuah serangan.

Dewan Keamanan PBB memperpanjang mandat penyelidikan yang dikenal sebagai Joint Investigasi Mission (JIM)—yang dilakukan oleh PBB dan OPCW—hingga November tahun ini.

Menanggapi temuan JIM ini, pada bulan lalu Amerika Serikat memasukkan 18 pejabat Suriah senior ke dalam daftar hitam yang berhubungan dengan senjata pemusnah massal.

Reuters melaporkan pada Januari bahwa pejabat terkemuka Suriah, termasuk Presiden Assad dan saudaranya, diduga tersangka dalam serangan kimia.

Penggunaan klorin sebagai senjata dilarang di bawah Konvensi Senjata Kimia yang Suriah bergabung pada 2013. Jika terhirup, gas klorin berubah menjadi asam klorida di paru-paru dan dapat membunuh dengan membakar paru-paru yang dapat menyebabkan kematian. | Sumber: Reuters

Reporter: Moedja Adzim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *