Dyah Kalsitorini selaku produser menjelaskan, maksud pembuatan film ini bukanlah semata-mata demi mengangkat sosok Nyai Ahmad Dahlan sebagai istri seorang KH Ahmad Dahlan, melainkan sebagai upaya mengangkat kembali kisah-kisah inspiratif tentang pejuang-pejuang perempuan Tanah Air yang kerap dilupakan dari sejarah.
Wartapilihan.com, Jakarta –Rumah produksi IRAS Film menggarap film biopic ‘Nyai Ahmad Dahlan’, yang bercerita tentang perjuangan Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan, sang pendiri organisasi perempuan Aisyiyah yang menjadi sayap organisasi dari Muhammadiyah.
Dyah Kalsitorini selaku produser menjelaskan, maksud pembuatan film ini bukanlah semata-mata demi mengangkat sosok Nyai Ahmad Dahlan sebagai istri seorang KH Ahmad Dahlan, melainkan sebagai upaya mengangkat kembali kisah-kisah inspiratif tentang pejuang-pejuang perempuan Tanah Air yang kerap dilupakan dari sejarah.
“Saya sangat senang sekali, semakin banyak film-film sejarah, karena ini akan membangun kesadaran sejarah dan juga karakter bangsa. Ini merupakan peran yang penting untuk dicatat dan diingat. Saya kira film ini akan banyak diminati, apalagi peran utamanya adalah pahlawan perempuan,” kata Fadli Zon usai menyaksikan film Nyai Ahmad Dahlan di bilangan Kuningan Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (24/8).
Selain itu, Fadli Zon menilai, mengangkat peran dari para pejuang bangsa Indonesia sangat penting khususnya bagi generasi muda. Bahwa yang dirasakan hari ini merupakan perjuangan pahlawan di masa lalu salah satunya dilakukan oleh Nyai Ahmad Dahlan.
“Film Nyai Ahmad Dahlan merupakan film yang penting karena mengangkat peran wanita, dalam hal ini Nyai Ahmad Dahlan tidak hanya sebagai seorang istri dari pendiri Muhammadiyah, tetapi juga mempunyai peran sebagai penggagas dan pendiri organisasi Aisyiyah,” ungkap Fadli Zon.
Lebih lanjut, kata Wakil Ketua DPR ini, nuansa kebangsaan dalam film tersebut ketika mendirikan organisasi. Baik itu Muhammadiyah ataupun organisasi pendamping seperti Aisyiyah dan kaum perempuan mendapatkan hak untuk edukasi di masa itu. Bahkan, sebelum ada organisasi-organisasi aliran kebangsaan ataupun partai-partai yang beraliran kebangsaan.
“Nyai Ahmad Dahlan gigih berjuang dalam emansipasi perempuan untuk mendapatkan hak pendidikan, dan ini sangat diperlukan untuk merebut kemerdekaan pada saat itu. Kyai Ahmad Dahlan juga sudah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1971 kalau tidak salah,” imbuhnya.
Fadli menyayangkan banyak orang yang tidak mengenal Nyai Ahmad Dahlan, bagaimana perannya di awal-awal berdirinya muhammadiyah sewaktu mendampingi Kyai Haji Ahmad Dahlan.
“Tetapi yang paling penting adalah melihat bagaimana ketika Nyai Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Aisyiyah dan sekarang sudah hampir 100 tahun. Mendidik perempuan di masa itu tidak mudah, termasuk melewati zaman peralihan di zaman Jepang dan lain sebagainya,” pungkas Fadli.
Film yang mengambil lokasi syuting di Yogyakarta pada bulan April 2017 lalu, turut dibintangi oleh Tika Bravani (Nyai Ahmad Dahlan), David Chalik (KH Ahmad Dahlan), Cok Simbara (Ayah Nyai Ahmad Dahlan), dan sederet artis Tanah Air lainnya seperti Della Puspita dan Egi Fedly. Rencananya, film ini sudah mulai tayang di bioskop-bioskop tanah air, pada 24 Agustus 2017.
Ahmad Zuhdi