DR Adian Husaini: Selamat Jalan Pak Habibie…!

by

Innaa lillaahi wainnaa ilaihi raaji’uun…. Bapak BJ Habibie telah dipanggil Allah SWT, dalam usia 83 tahun. Semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT, diampuni segala dosa-dosanya, dan keluarga yang ditinggalkan, serta kita semua, dapat melanjutkan perjuangan beliau.

Wartapilihan.com, Depok– Meskipun belum pernah berbincang khusus dengan beliau, saat menjadi wartawan Harian Republika, tahun 1993-1997, saya sempat beberapa kali mendengarkan ceramah dan paparan langsung dari beliau.

Satu ceramahnya seperti masih terngiang di telinga saya, pada awal pendirian Harian Republika, di tahun 1993 yang lalu. Pidato Pak Habibie itu sangat menyentuh, sangat bersemangat, mendorong umat Islam, agar memiliki media massa yang hebat.

Saat bertugas sebagai wartawan di Istana Negara, 1994-1997, saya berkesempatan menulis satu buku berjudul Habibie, Soeharto, dan Islam (Jakarta: GIP, 1995). Buku ini saya tulis, beberapa bulan setelah menikah, di sebuah rumah kontrakan di Lenteng Agung, Jakarta Selatan; sebuah rumah petak berukuran 3 x 7 meter.

Buku ini sekedar catatan seorang wartawan muslim tentang sosok BJ Habibie dan kiprahnya — khususnya sebagai Ketua Umum ICMI — yang saat itu menjadi bahan pemberitaan hebat di berbagai media massa, dalam dan luar negeri. Juga, tentang kondisi politik Islam, tantangan dan prospeknya. Saya sempat menghadiri acara bedah buku ini di sejumlah kampus, diantaranya di Universitas Hasanuddin Makassar, Universitas Airlangga Surabaya, dan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Waktu terasa begitu cepat berjalan. Seperti baru kemarin-kemarin terjadi, berbagai kehebohan di tahun 1990-an itu. Selamat jalan Pak Habibie… kami semua juga menunggu giliran untuk dipanggil, menghadap Allah Yang Maha Kuasa dan harus mempertanggungjawabkan amal kami semua. Semoga kami semakin sadar akan amanah yang terpikul saat ini… Ya Allah, ampuni kami semua…. Allaahummaghfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu’anhu.

“Kalau saya ditanya, Habibie siapa? Insinyur, muslim, ataukah Indonesia? Saya jawab bahwa Habibie adalah muslim. Mengapa? Karena kalau saya mati, saya tidak lagi berwarganegara. Kalau saya sampai ke akhirat, yang ditanya bukan kewarganegaraan saya atau kedudukan saya. Karena itu saya jawab, SAYA MUSLIM. Itu bukan emosional, melainkan rasional. Saya percaya, pada hari akhir, saya tidak akan ditanya paspor. Jadi, kalau saya jawab demikian, jangan bilang Habibie tidak nasionalis. No….” (Prof Dr Ing Bacharudin Jusuf Habibie)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *