Bagi sebagian orang, kegiatan perkuliahan identik dengan ruang kelas, papan tulis, dan deretan buku tebal. Namun, pendidikan sejatinya jauh melampaui sekat-sekat formal tersebut.
Wartapilihan.com, Depok– Ada kalanya, pembelajaran yang paling berharga justru lahir dari momen-momen informal, seperti bincang-bincang santai di sebuah warung makan sederhana, sembari menyantap hidangan seadanya. Inilah esensi yang coba diterapkan di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) M. Natsir, terutama bagi para mahasiswa baru kelas khusus Pemikiran Islam.
Pada suatu sore yang hangat, beberapa mahasiswa angkatan kelima kelas khusus Pemikiran Islam di Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) STID M. Natsir berkumpul bersama Dr Adian Husaini (Ketua Umum Dewan Dakwah Isamiyah Indonesia). Tidak ada dosen yang berdiri di depan, tidak ada proyektor yang menyala, dan tidak ada catatan yang harus disalin. Yang ada hanyalah percakapan yang mengalir bebas, ditemani hidangan sederhana yang disajikan. Pertemuan ini, meski tampak kasual, bukanlah sekadar ajang berkumpul. Ini adalah bagian integral dari proses pendidikan yang holistik.
Pendidikan Sejati, Melampaui Kurikulum
Mengenal mahasiswa secara personal adalah kunci. Ini bukan hanya tentang mengetahui nama dan nomor induk mahasiswa, tetapi juga memahami potensi unik yang tersembunyi di dalam diri mereka. Lebih dari itu, penting untuk mengetahui latar belakang keluarga, kondisi sosial, hingga lingkungan tempat tinggal mereka. Informasi-informasi ini menjadi bekal berharga bagi para pemimpin kampus dan dosen untuk merancang pendekatan pembelajaran yang lebih personal dan efektif.
Setiap mahasiswa adalah individu dengan cerita, tantangan, dan impiannya masing-masing. Ada yang datang dari keluarga dengan kondisi ekonomi terbatas, ada yang harus berjuang keras menempuh pendidikan di tengah keterbatasan fasilitas, dan ada pula yang datang dengan bekal pemikiran yang sudah matang. Dengan memahami kondisi ini, institusi pendidikan dapat menjadi lebih dari sekadar tempat transfer ilmu; ia bisa menjadi rumah, tempat mereka merasa didengar dan dipahami.
Optimalisme dan Visi Pendidikan Alternatif
Program kelas khusus Pemikiran Islam di STID M. Natsir sendiri bukanlah hal baru. Ini adalah sebuah inisiatif yang telah berjalan dan bahkan sudah meluluskan satu angkatan. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa visi pendidikan yang berbeda dapat berjalan dan menghasilkan lulusan berkualitas. Program ini berupaya mencetak individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter kuat, pemahaman Islam yang mendalam, serta kepedulian tinggi terhadap masyarakat.
Masa depan bangsa sangat bergantung pada generasi mudanya. Mahasiswa-mahasiswa ini, dengan segala potensi yang mereka miliki, adalah investasi berharga. Tugas institusi pendidikan adalah mengembangkan potensi tersebut, membimbing mereka agar menjadi agen perubahan yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Ini adalah sebuah visi yang sangat optimis dan penuh harapan, di mana pendidikan tidak hanya berorientasi pada pasar kerja, melainkan juga pada pembentukan karakter dan kontribusi sosial.
Konsep universitas ideal yang dicita-citakan di sini adalah sesuatu yang berbeda dari model kampus sekuler yang sering kali hanya berfokus pada pencapaian individual dan material. Universitas ideal ini mengutamakan integrasi antara ilmu, amal, dan spiritualitas. Pendidikan di sini bukan hanya tentang ijazah, tetapi juga tentang membentuk insan kamil, manusia paripurna yang siap menghadapi tantangan zaman dengan bekal ilmu pengetahuan dan iman yang kuat. Dengan fondasi yang kokoh ini, optimisme untuk melihat perubahan positif di masa depan menjadi semakin kuat.
Catatan kecil Dr Adian Husaini bersama para mahasiswa baru kelas khusus Pemikiran Islam.

