Direktur CIIA : Masih Ada `Ahok Effect` Pasca Pilkada

by
Harits Abu Ulya, Direktur CIIA. Foto : Youtube

Wartapilihan.com, Surabaya – Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst, Harits Abu Ulya menyatakan meskipun pilkada telah usai, pasangan Ahok-Jarot tumbang, dinamika politik terus bergerak mencari keseimbangan efek tarik ulur beragam kepentingan.

“Sadar atau tidak, dibalik itu semua umat Islam masih dihadapkan kepada pekerjaan rumah yang harus dituntaskan. Karena fakta aktual “Ahok Gate” telah melahirkan efek yang perlu perhatian dan solusi. Paling tidak berikut efeknya,” terangnya kepada Warta Pilihan pagi ini (21/4).

Menurutnya, efek pertama adalah ada indikasi kuat terjadinya kriminalisasi para tokoh dan ulama yang posisinya berseberangan dengan Ahok dan pemilik kepentingan di belakangnya. “Tidak menutup kemungkinan nafsu memgkriminisasi akan terus bergulir paska keoknya Ahok,” jelas pengamat politik dari Jawa Timur ini.

Menurutnya, publik menyaksikan, kemarin beragam tuduhan tindak pidana diarahkan. “Bahkan pasal makar juga diobral, hingga saat ini Sekjen FUI KH M Al Khattath masih di tahanan Mako Brimob dengan tuduhan makar. Ini harus menjadi perhatian semua pihak,” tegasnya. “Sadar atau tidak, sejatinya penggunaan pasal makar untuk membungkam person atau kelompok kritis akan menjadi preseden buruk bagi rezim Jokowi di era demokrasi yang diadopsi.”

Efek berikutnya menurutnya, saat ini buku rekening tabungan umat Islam terkait aksi 212 dengan saldo sekitar 3M rupiah masih di tangan Polisi. “Ingat, itu dana infaq sodaqoh umat Islam. Bukan duit haram, bukan harta hasil korupsi, bukan hasil jual beli dan makelar kasus atau jabatan. Bukan harta sogokan dari para Taipan. Itu harta umat dan untuk kepentingan umat. Sangat tidak elok jika tidak segera dikembalikan,” papar alumni perguruan tinggi ternama di Jawa Timur ini.

Efek ketiga, menurutnya, di luar beragam kasus dugaan korupsi Ahok, umat Islam perlu terus mengawal sidang Ahok terdakwa penistaan agama. Umat Islam butuh keadilan di peradilan yang fair, dan umat berharap lahirnya putusan yang memenuhi rasa keadilan.

Keempat, umat perlu mengabaikan opini-opini yang tendensius dan cenderung mendiskriditkan bahwa `kemenangan Anis-Sandi sebagai simbol kemenangan kelompok intoleransi`. Opini tersebut lebih karena kekecewaan dan paradigma Islamofobia yang melandasinya.

“Niscaya upaya-upaya untuk menyudutkan Islam dan umatnya akan terus berjalan bahkan sistemik, namun umat Islam harus fokus meningkatkan diri menjadi Muslim yang berintegritas apapun posisinya. Dengan begitu akan bermanfaat untuk dirinya dan masyarakat luas,” pungkasnya. |

Reporter : Izzadina

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *