Wartapilihan.com, Jakarta – Pengusutan aliran dana Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI oleh polisi dinilai sudah melampaui batas. Polisi terlalu sibuk dengan tindakan-tindakan umat Islam, termasuk GNPF, yang merespon kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Padahal, menurut ketua Dewan Pertimbangan MUI, Din Syamsuddin, pangkal dari masalah ini adalah Ahok itu sendiri.
“Jangan sampai muncul anggapan adanya oknum-oknum tertentu di pemerintahan, sebagai sosok berkuasa, yang melindungi satu orang ini,” kata dia kepada wartawan usai menggelar Rapat Pleno ke-15 Dewan Pertimbangan MUI di Jakarta, Rabu (22/2) siang.
Bagi profesor bidang pemikiran politik Islam ini, polisi lebih baik mengusut rekening gendut di kepolisian sendiri atau aliran dana sebesar Rp30 milyar ke Teman Ahok.
“Kalau hal itu mau dibongkar, bongkarlah semuanya. Saya sangat terusik atas kriminalisasi para aktivis muslim dari lembaga-lembaga Islam,” tegasnya.
Ketidakadilan hukum seperti ini, sambungnya, pasti juga mengusik rasa keadilan masyarakat dan mengkhianati sila ke-5 dari Pancasila, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Selain itu, keresahan masyarakat juga diakibatkan oleh ketidakadilan ekonomi. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menilai, rasio gini 0,41% pada tahun 2016 menunjukkan ketimpangan ekonomi.
“1% dari masyarakat kita menguasai 55% aset nasional. Selain mendikte kehidupan ekonomi, mereka kini ikut mendikte kehidupan politik kita. Ini menimbulkan ketengangan di masyarakat,” terang dia.
Dalam bahasa Islam, ketidakadilan adalah kezaliman, termasuk kezaliman hukum dan ekonomi. Ia menghimbau kepada siapapun, terutama pemerintah, untuk tidak membela kezaliman, sebab kezaliman pasti akan dilawan.
“Kekuatan masyarakat yang terusik akan membuat tindakan pemerintah berbalik itu pada dirinya,” kata dia.
Meski begitu, Din menghimbau masyarakat tetap menahan diri. “Kami sebagai Wantim MUI berkonsentrasi membangun bangsa dan mencari solusi setiap masalah, karena itu kami minta kita semua untuk mengedepankan dialog,” pungkasnya.
Reporter: Ismail Alam