Cokro TV ternyata mempunyai hubungan akrab dengan Partai Solidaritas Indonesia. Dalam salah satu episodenya, mereka menampilkan salah satu tokoh PSI, Dara Nasution.
Wartapilihan.com, Depok– Ahmad Sahal dan Ade Armando mewancarai panjang lebar kepada Dara yang sekarang lagi kuliah di Oxford University Inggris. Dara yang gagal jadi caleg DPR dari PSI 2019 lalu memutuskan mengambil kuliah jurusan Public Policy di Inggris.
Dara, memang perempuan berprestasi sejak SMA dan UI. Ia mengaku gembira dapat mengambil kuliah di Jakarta dan kini melanjutkan studinya di universitas ‘rangking nomer satu’ di dunia.
Ia juga menceritakan bagaimana pihak Oxford memperlakukan dirinya dengan sangat baik dan ‘personal’. Dengan bangganya ia cerita kini bisa mempunyai teman dari 50 negara. Di Oxford ia cerita tentang tempat kuliah yang berpindah-pindah. Salah satunya ia senang dapat kuliah di gereja di kampusnya.
Yang menarik dalam perbincangan bertiga di Cokro TV itu, tidak ada kata Assalamualaikum dari mereka bertiga ketika berjumpa. Mungkin Cokro TV dan Dara/PSI menganggap bahwa Assalamualaikum itu sektarian.
Selain Dara Nasution, dua tokoh perempuan PSI lainnya juga mengambil kuliah di luar negeri. Ketua Umum Grace Natalie mengambil studi Public Policy di National University of Singapore dan Tsamara Amany mengambil studi Public Policy and Media Studies di New York University.
Tentu, tiga perempuan ini bila kembali ke Indonesia diharap akan lebih meroketkan PSI lagi dalam blantika politik di tanah air.
Seperti diketahui PSI berdiri pada tahun 2014. Dalam pemilu 2019 lalu, ia memperoleh suara sekitar 1, 89%. Meski tak lolos DPR, ia telah menempatkan anggota DPRD nya di enam daerah pemilihan. Yaitu di DKI Jakarta, Bali, Yogyakarta, NTT, Banten dan Sulawesi Utara. Partai yang membatasi usia pengurus maksimal 45 tahun ini, juga berhasil meraih kemenangan setidaknya di lima daerah pemilihan di luar negeri. Yaitu di Korea Utara, Myanmar, Vietnam, Amerika Serikat dan Australia.
Meski mereka minoritas di DPRD, tapi mereka vokal menyampaikan aspirasinya. Di Jakarta, Anies selalu diganggu dengan anggota DPRD PSI Jakarta.
Dalam pemilu 2019 lalu bisa dilihat, bagaimana Grace Natalie mendukung Jokowi dan menentang Prabowo dengan gegap gempita. Pidatonya disiarkan lewat TV dan medsos dengan masif. Ade Armando, dosen komunikasi UI, menjuluki pidato Grace sebagai pidato terbaik diantara para ketua umum partai. Ade terang-terangan dalam pemilu 2019 lalu, mendukung PSI dengan berbagai alasan.
Ade Armando, Syafiq Hasyim, Eko Kuntadhy, Ahmad Sahal dan Nong Darol adalah host Cokro TV.
Cokro TV, yang subcribernya kini 887 ribu orang itu, memang agenda-agendanya melawan aspirasi politik mayoritas umat Islam Indonesia. Persis seperti PSI. Mendukung Ahok, menghantam Anies Baswedan (hingga kini), melawan Islamisasi Kampus/Indonesia, melawan dan berupaya menghapuskan perda-perda (yang bernuansa) syariah, menentang poligami, mendukung penuh Jokowi dan lain-lain.
PSI selain asasnya Pancasila, ia juga berasas liberalisme dan demokrat. PSI dengan Cokro TV terus berusaha mengegolkan agenda-agenda mereka. Minoritas yang kreatif ini, bila tidak ada kelompok yang mencegah atau mengkritisinya, maka mereka akan menentukan perpolitikan di Indonesia kini dan mendatang.
Dari informasi yang beredar, PSI adalah bentukan dari para pemikir Katolik di CSIS. Kelompok ini dikenal sebagai think tank Orde Baru dan kini terus bermain.
PSI, Cokro TV dan gengnya adalah tantangan bagi umat Islam. Mesti ada dari umat ini, kelompok minoritas yang kreatif pula untuk menandingi mereka. Partai Islam atau kelompok umat Islam perlu lebih agresif dan kreatif untuk memenangkan hati umat. Pertarungan politik masa kini, bukan hanya di dunia nyata, tapi juga dunia maya.
Al Qur’an menasihatkan,” Berapa banyak kelompok kecil memenangkan kelompok besar dengan izin Allah.” Wallahu azizun hakim. II Nuim Hidayat (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Depok dan Alumni IPB-UI).