Wartapilihan.com – “Dan orang-orang mukmin sangat hebat cintanya kepada Allah”
Cinta memang enak untuk dibicarakan. Apalagi untuk anak muda yang sedang jatuh cinta. Sulit menggambarkan bagaimana cinta itu bergejolak di saat muda. Sebagaimana sulit digambarkan bahagianya perasaan kalau seseorang melihat pemandangan yang indah menakjubkan atau ketika seorang suami melihat bagaimana istrinya selamat setelah melahirkan atau ketika seorang ayah melihat anaknya berprestasi dan seterusnya.
Cinta menyangkut perasaan. Sulit menghilangkan perasaan cinta itu. Seorang anak muda yang mencintai lawan jenisnya, seringkali perasaan itu tetap muncul meski ia sudah menikah. Bahkan mungkin puluhan tahun sudah menikah dengan perempuan lain.
Begitu pula ada cinta seseorang kepada negerinya. Mereka yang pernah ke luar negeri untuk waktu yang lama, mesti kangen/cinta untuk kembali kepada pulang ke tanah airnya.
Islam yang merupakan Din Allah yang suci ini, sangat menghargai cinta. Bahkan cinta adalah ayat pertama yang terus kita ulang-ulang membacanya. Kita disunnahkan membaca ayat ini bila melakukan pekerjaan yang baik. Bismillahirrahmanirrahim. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Ya kasih sayang Allah yang menciptakan kita, sehingga muncul perasaan cinta kita kepada orang tua, cinta kepada istri, cinta kepada anak, cinta kepada sahabat dan cinta kepada umat manusia. Bahkan Allah juga menghunjamkan perasaan cinta kita ke hewan, tanaman dan alam semesta ini.
Rasulullah bersabda : “Pada setiap sedekah terhadap mahluk yang memiliki hati yang basah (hidup) akan dapatkan pahala kebaikan. Seorang muslim yang menanam tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang kemudian dimakan oleh burung-burung, manusia, atau binatang, maka baginya sebagai sedekah.” (HR Bukhari, Muslim)
Seorang Muslim menempatkan cinta kepada Allah dan RasulNya ke tempat yang tertinggi. Maknanya, seorang Muslim bila mencintai makhluk, maka itu semata-mata karena Allah. Karena Allah lah sebenarnya yang menghunjamkan perasaan cinta itu kepadaNya.
Rasulullah saw menyatakan : ”Tiga perkara yang apabila terdapat pada diri seseorang, niscaya ia akan merasakan manisnya iman, yaitu: Hendaknya Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain. Hendaklah bila ia mencintai seseorang semata-mata karena Allah. Hendaklah ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci kalau akan dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari)
Apa yang diperintah Allah dan RasulNya untuk mencintai, maka kita mencintai. Apa yang dllarang untuk mencintai, kita pun menjauhi. Misalnya Allah menyuruh kita mencintai orang-orang mukmin dan membenci orang-orang kafir, maka kita pun menurutinya. Tentu saja kebencian itu bukan terus ketemu orang kafir menghardik atau membunuhnya. Tapi kita benci terhadap gaya hidup dia yang tidak memperdulikan penciptaNya.
Allah SWT berfirman : “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS al Fath 29)
Begitulah Allah SWT menggambarkan bagaimana seorang mukmin bersikap dalam hidup ini…
Meski demikian meski Rasulullah benci atau bersikap keras terhadap gaya hidup orang kafir, bukan berarti Rasul tidak mendakwahinya. Dakwah dilakukan Rasul kepada orang-orang kafir karena kasih sayang beliau agar orang kafir itu kembali kepada jalan yang benar. Dakwah dilakukan, karena beliau sangat memahami bahwa gaya hidup orang kafir itu menyalahi fitrah dan merusak jiwa dan kemanusiaan.
Maka lihatlah sikap beliau, karena begitu tingginya kasih sayang kepada manusia, meski beliau ditimpuki batu setelah beliau dakwah di Thaif beliau tetap mendoakan kepada penduduk Thaif itu agar suatu saat mereka atau anak keturunannya bisa menerima Islam. Padahal saat itu malaikat sudah bersiap untuk menjatuhkan gunung ke penduduk Thaif. Rasul saat itu berdoa : “Ya Allah beri petunjuk kaumku, karena mereka orang-orang yang tidak mengerti.”
Lihatlah bagaimana jiwa kesabaran dan kasih sayang cinta Rasulullah selama 13 tahun dakwah di Mekkah. Meski ada sahabatnya yang dibunuh, disiksa, dicaci maki dan seterusnya tapi Rasulullah tetap tegar dakwah mengajak ke Islam, agama fitrah manusia. Mungkin, bila tidak ada pergerakan kaum kafir membunuh Rasulullah, beliau tidak hijrah ke Madinah.
Ya memang, dakwah Islam adalah dakwah cinta. Dakwah mengajak kepada umat lain agar merasakan nikmatnya Islam. Dakwah mengajak kepada manusia agar cinta kepada Al Quran yang merupakan kitab mukjizat terbesar bagi umat manusia. Dakwah mengajak kepada umat manusia agar menikmati keindahan hidup di bawah naungan Al Quran, kitab Allah SWT.
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,” (QS al Hujurat 7)
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS al Baqarah 165)
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya”. (QS al Jin 20)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS an Nahl 125)
Dalam Islam, cinta kepada lain jenis tidak dilarang. Yang dilarang adalah kelanjutan dari cinta kepada lain jenis itu, misalnya dilarang dalam Islam berdua-duaan laki-laki dan perempuan yang belum menikah di tempat yang sepi, mengadakan hubungan seks sebelum pernikahan dan seterusnya.
“Ingatlah, bahwa tidaklah seorang laki-laki itu berkhalwat dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim).
“Janganlah seorang laki-laki itu berkhalwat (menyendiri) dengan seorang wanita kecuali ada mahram yang menyertai wanita tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim)
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” [QS. Al-Israa’ : 32]
“Tidaklah berzina seorang yang berzina ketika dia berzina itu dalam keadaan iman. Dan tidaklah mencuri seorang pencuri ketika mencuri itu dalam keadaan iman. Dan tidak pula meminum khamr (seorang peminum khamr) ketika meminumnya itu dalam keadaan iman. [HR. Muslim]
“Apabila seseorang berzina maka iman keluar darinya. Maka ia wajib menjaga diri (dari berbuat zina), dan apabila dia berhenti (dari berbuat zina) maka iman kembali kepadanya”. [HR. Abu Dawud]
Perasaan cinta kepada lain jenis itu bisa akan selalu muncul, bila seseorang merangsangnya dengan melihat gambar, foto dan asesoris lain pada orang yang dicintainya itu. Bila tidak, dan ia melakukan kesibukan yang lain, maka perasaan cinta itu akan hilang.
Karena itu dalam Islam, perasaan cinta yang sebenarnya adalah bila laki-laki dan perempuan setelah menikah. Bila belum, maka yang muncul itu adalah ‘perasaan hawa nafsu belaka’. Tidak seperti dalam konsep Barat, yang seolah-olah perasaan cinta kepada lain jenis itu adalah segalanya. Sehingga lagu-lagu, film, drama dibuat untuk ‘pengagungan cinta kepada lain jenis itu’.
Cinta kepada lain jenis juga kadang-kadang bisa berubah. Makanya kita menemukan kadangkali si X ketika mahasiswa cinta kepada si Y, tapi setelah lulus kuliah, si X menikah (pembuktian cinta) kepada si Z bukan menikah dengan si Y dan seterusnya.
Maka, janganlah mengagungkan cinta kepada lain jenis. Tapi agungkanlah cinta kepada Allah dan RasulNya. Seorang mukmin bila mencintai kepada lain jenis, maka ia dianjurkan shalat istikharah, berdoa kepada Allah apakah ia pilihan terbaik bagi dirinya atau tidak. Dan Allah Yang Maha Kuasa dan Mengetahui segalanya, akan memberikan pilihan yang tepat kepada mukmin itu. Maka syukurilah pernikahan yang telah anda lakukan.
Izzadina