Amien Rais menyambut positif pertemuan GNPF MUI dengan Jokowi. Ia ingin segera bertemu dengan GNPF.
Wartapilihan.com, Jakarta – Pelaksana Tugas (Plt) GNPF MUI, M Luthfie Hakim menuturkan, pada Senin malam (26/6) jam 18.30 ia menelepon Pak Amien Rais untuk mengkomunikasikan terkait pertemuan GNPF MUI dengan Jokowi, serta rangkaian pertemuan tertutup sebelumnya dengan Pak Wiranto dan Pak Jusuf Kalla.
“Selesai saya cerita, saya tanya apa komentar Pak Amien atas pertemuan tersebut. Beliau menjawab bahwa dalam perjuangan itu membuka komunikasi dengan berbagai pihak merupakan hal yang penting. Pendek kata lalu saya tanyakan, jadi Pak Amien setuju pertemuan dengan Jokowi? Dijawab, `Oh setuju sekali`,” katanya menirukan ucapan Tokoh Reformasi tersebut.
Saat melakukan perbincangan melalui telepon, ada satu pesan menarik dari Pak Amien mengutip nasihat Pak Natsir, kata Luthfie, yaitu apabila ada kelompok, pihak yang tidak setuju, tidak sependapat dengan cara-cara perjuangan sesama kelompok atau ormas Islam, maka sikap terbaik yang harus dilakukan adalah tidak memberi komentar atas kelompok yang tidak disetujuinya itu.
“Percakapan lewat telepon ditutup dengan ajakan Pak Amien untuk bertemu, yang tentu saja saya sambut dengan antusias. Alhamdulillah saya sudah mengenal beliau sejak pertengahan tahun 80-an ketika saya masih kuliah di UGM dan aktif di Jama’ah Shalahuddin, bukan baru kenal ketika ABI 212,” ungkapnya.
Secara terpisah, Presidium Alumni 212 dalam keterangan tertulisnya memahami dengan baik inisiatif GNPF-MUI untuk bersilaturahim dengan Presiden Jokowi selama pertemuan tersebut diniatkan sebagai pra rekonsiliasi atau pra dialog nasional antara para ulama, aktivis & tokoh bangsa dengan pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi guna mencari solusi menyelamatkan bangsa dari kegaduhan-kegaduhan yang dapat berujung kepada perpecahan, kerusuhan, konflik horizontal dan disintegrasi bangsa yang bisa mengancam keutuhan NKRI.
“Kami menyambut baik pertemuan tersebut selama dilakukan untuk kepentingan umat Islam yang lebih luas bukan untuk kepentingan politik dan ekonomi kelompok tertentu,” ujar Sambo, Selasa (27/6).
Kendati demikian, Presidium Alumni 212 tetap kepada pendirian semula bahwa rekonsiliasi atau dialog nasional antar anak bangsa harus dilibatkan dan diundang dalam rekonsiliasi atau dialog nasional ini seperti ulama, aktivis, tokoh nasional dan purnawirawan TNI yang semuanya mempunyai kedudukan setara dengan pemerintah dalam menyelamatkan bangsa dari kehancuran dan perpecahan.
“Pertemuan harus dilakukan di tempat yang netral (tidak di Istana Negara) dan bersifat terbuka (diliput dan disiarkan media) sehingga ummat dan rakyat tahu apa yang dibahas dalam pertemuan tersebut, sehingga tidak ada deal-deal dibelakang layar yang terjadi dalam pertemuan tersebut (tidak ada dusta diantara kita,” jelas Sambo ketua presidium.
Sebelum pertemuan untuk rekonsiliasi, Presidium meminta sudah ada kepastian bahwa para ulama, aktivis dan Ormas Islam yang dikriminalisasi akan dibebaskan tanpa syarat dari segala macam tuduhan dan sangkaan yang dialamatkan kepada mereka.
“Adapun agenda pertemuan adalah membahas masalah-masalah penghentian diskriminasi hukum dan diskriminasi ekonomi yang hanya berpihak pada kelompok tertentu, meredam bangkitnya Komunisme serta penuntasan korupsi-korupsi besar seperti BLBI, Sumber Waras, Reklamasi dan lain-lain,” saran dia.
Jika masukan diatas tidak dipenuhi, Presidium Alumni 212 melihat tidak akan gunanya rekonsiliasi, maka solusi yang paling tepat untuk menyelamatkan bangsa dari kehancuran, perpecahan dan konflik horizontal hanya bisa diselesaikan dengan revolusi konstitusional melalui jalur Komnas HAM & DPR RI. Apabila cara ini mentok, maka people power sebagai solusi akhir dimana semuanya tetap dilakukan dengan cara aman, damai dan konstitusional.
“Demikian tanggapan ini kami sampaikan sebagai bentuk rasa tanggung jawab untuk menyelamatkan negeri Indonesia yang kita cintai ini dari kehancuran politik, hukum, ekonomi serta perpecahan, dan konflik horizontal yang mengancam keutuhan NKRI. Semoga Allah senantiasa memberikan berkah, rahmat dan pertolongan-Nya kepada perjuangan ini serta menjadikan negeri Indonesia ini sebagai negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur dibawah ridho Ilahi, aamiin Yaa Rabbal ‘aalamiin,” tutupnya.
[Ahmad Zuhdi]